PH18

19.8K 1.4K 73
                                    

“Apakah ikannya sudah habis?” Jaemin menggumam seraya menatap lubang di depannya, sesekali menggoyang joran pancingnya.

Sudah beberapa menit sejak ikan yang terakhir dia dapat, kail pancingnya belum berhasil menjerat ikan lagi. Sementara Jeno baru bergabung di sampingnya.

Jeno tersentak saat ujung pancingnya melengkung, dia langsung menariknya dan berhasil menangkap seekor ikan membuat Jaemin menatapnya iri.

“Uh? Kenapa aku tidak dapat lagi?” Rajuknya.

“Namanya memancing Jaemin, kau harus sabar.” Sahut Jeno di sela tawa karena melihat suaminya merajuk.

Jaemin menyandarkan tubuhnya dengan helaan nafas, sembari menunggu, dia menikmati segelas kopi yang di seduh suaminya, meski matanya tak lepas menatap pancingnya yang tak bergeming.

Beberapa jam memancing, keduanya hanya berhasil mendapatkan tiga ekor ikan seukuran tangan orang dewasa. Jaemin berjongkok di sebelah Jeno yang tengah membersihkan ikan.

“Mau kita apa kan ikannya?” Tanya Jaemin.

“Aku tidak tahu, kau bisa memasak?” Tanya Jeno menoleh ke arah sang suami dan dia dapati Jaemin menggeleng sebagai jawaban.

“Kau bisa?” Jaemin balas melempar tanya yang sama-sama di jawab dengan gelengan kepala oleh Jeno.

Keduanya tertawa karena pembahasan mereka.

“Aku sudah jadi Tuan Muda sejak lahir, mana pernah memasak, rempah saja aku tidak tahu.” Gerutunya membuat Jeno tersenyum.

Jaemin senantiasa di samping Jeno dan memperhatikan apa pun yang di lakukan suaminya. Apalagi saat Jeno menyalakan kompor dan meletakkan grillpan di atasnya lalu mulai menyusun ikan untuk di bakar.

Sembari menunggu ikan hasil pancingan mereka matang, Jaemin bermain di atas danau yang beku, berlarian ke sana kemari dengan senyum.

“Wah Jeno, ternyata seperti ini menyenangkan. Huuuu.” Jaemin berlari di sekitar Jeno membuat Jeno sesekali menoleh dengan senyum.

Pria itu berjongkok lalu mengumpuli butiran salju, dia kemudian berdiri dan melemparnya ke atas lalu tubuhnya berputar. Di tengah keseruannya, dia melihat sang suami yang tengah memberesi pancing mereka.

Sebuah ide jahil pun terlintas di benaknya. Dia langsung berjongkok membuat bola salju lalu berbalik menatap sang suami.

Bruk!!!
Jeno tersentak saat merasakan sesuatu menghantam punggungnya, dia lihat suaminya berdiri satu setengah meter dengan senyum yang menampilkan giginya setelah berhasil melemparnya dengan bola salju.

Entah sudah berapa kali Jeno jatuh cinta dengan wajah bahagia suaminya, bahkan belum habis hari ini.

“Kau ya!”

“Jeno, tidak! Aku bercanda!” Jaemin langsung berlari saat melihat Jeno mengumpuli salju untuk membalas suaminya.

Jeno tertawa lalu mengejar sang suami dengan bola salju di tangan kanannya, saat mendekat, dia langsung melempar suaminya hingga mengenai pundak Jaemin.

“Ugh! Aku bilang bercanda. Tidak boleh kasar pada submissive.” Omelnya seraya berjongkok dan membuat bola.

“Kau juga tidak boleh kurang ajar pada suamimu!” Jeno mengomel di sela tawa, kedua tangannya menutupi wajahnya saat Jaemin melempar bola salju ke arahnya.

“Ugh! Rasakan ini, rasakan!” Gerutunya seraya melempari Jeno dengan beberapa bola salju yang ia buat.

Jeno hanya tertawa seraya berusaha menghalangi serangan suaminya, dia berjongkok untuk membuat bola salju dan Jaemin yang tahu bahwa sang suami hendak membalas langsung berlari. Jeno langsung mengejar Jaemin berusaha meraih suaminya.

Partner or Husband [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang