End Contract

19.1K 1.3K 133
                                    

Waktu terus bergulir sementara Jeno tak henti berjalan hilir mudik di depan ruang operasi, bersama Tiffany yang turut menunggu cemas. Sesekali ia akan duduk, namun dengan perasaan gelisah yang menyelimuti, beberapa menit kemudian dia akan berdiri, begitu beberapa kali.

Saat tengah berjalan di depan pintu rumah sakit, dia di buat tersentak saat mendengar pintu terbuka, di lihatnya seorang dokter keluar masih mengenakan seragam operasi lengkap dengan masker dan sarung tangan yang berdarah.

Wajah pria Taurus itu menunjukkan kekhawatiran, sembari menunggu dokter bicara.

Setelah melepas masker dan sarung tangannya, dokter wanita itu mengulum senyum.

“Selamat Pak, dua bayinya telah lahir dengan selamat. Berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, sehat, sempurna, dengan berat masing-masing tiga kilo tiga ratus gram. Bayi dan Papanya akan di pindahkan ke ruang rawat.” Ujar Dokter menjelaskan membuat Jeno akhirnya bisa menghela nafas lega dengan senyum haru.

Dia langsung memeluk sang Ibu yang tersenyum haru dengan air mata yang akhirnya menetes, membasahi pipi Tiffany.

Setelah meluapkan kebahagiaan itu, Jeno berbalik. Melihat dua bayinya di dorong oleh perawat, lalu sang suami yang belum tersadar, menyusul. Dia pun berakhir mengekori perawat yang membawa suami dan bayinya menuju ruang rawat.

Setelah di pindahkan, mereka membiarkan Jeno meluapkan kebahagiaannya dan menyambut dua bayinya.

Kepala pria itu tertunduk, memandangi dua bayinya yang terlelap dengan mata berbinar, senyumnya tampak penuh haru. Netranya bergerak menyelami wajah dua bayinya yang menggemaskan.

“Halo, Lee Jisung. Halo, Lee Jenna.” Sapa Jeno dengan suara lembutnya. Tangannya kemudian bergerak menyentuh pipi lembut dua bayinya beriringan dengan air mata yang akhirnya menetes ke ranjang bayinya.

Tiffany tersenyum seraya mengusap punggung Jeno membuat Jeno menoleh, dia tertawa malu sembari menyeka air matanya.

“Mereka lucu sekali, Ibu.” Ujar Jeno beralasan.

“Jenna sangat mirip dengan Jaemin.” Ucap Tiffany yang disetujui oleh Jeno.

“Jeno...”

Baik Jeno dan Tiffany tersentak mendengar suara parau Jaemin, mereka berbalik dan melihat Jaemin baru saja tersadar dari efek bius. Jeno dengan cepat menghampiri sang suami. Dia bawa tubuhnya duduk di tepi brankar Jaemin, membantu Jaemin duduk.

Alis pria itu bertaut melihat suaminya tiba-tiba menangis tersedu seraya memeluknya.

“Sayang, kenapa?” Tanya Jeno.

“Kakiku Jeno, kakiku tidak ada.”

Jantung Jeno berpacu cepat mendengar suaminya mengadu, dia langsung memegang kedua kaki Jaemin dan mendapati kakinya masih terbalut selimut.

“Apakah mereka mengambil kakiku?” Ia menangis tersedu.

“Ini kakimu Sayang.”

Tangis Jaemin berhenti mendengar ucapan suaminya, dia tarik tubuhnya yang memeluk Jeno lalu memegang kakinya kemudian menatap suaminya dengan mata masih berkaca-kaca selepas menangis.

“Tadi tidak ada di sini.” Jawabnya lirih.

“Tak apa, itu efek pembiusan” Tiffany menyahut lembut dengan senyum.

“Hei, kau tidak ingin melihat anak kita Sayang?”

“Anak? Sejak kapan kita punya anak?” Tanya Jaemin dengan polosnya membuat Jeno tertawa.

Dia melepaskan kedua tangan Jaemin yang memeluk pinggangnya lalu beranjak, membuat Jaemin hanya memperhatikan ke mana pergerakan suaminya. Dapat ia lihat ranjang bayi di dekat brankarnya berbaring lalu Jeno menggendong seorang bayi membuat matanya membulat sempurna.

Partner or Husband [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang