PH6

27.6K 1.5K 135
                                    

Baik Jeno dan Jaemin, langsung saling tatap saat mendengar ucapan Goongmin. Raut wajah bingung terpancar jelas menghiasi wajah mereka.

“Karena Ayah sudah tak sabar untuk menggendong cucu.” Lanjutnya tertawa membuat Jaemin tertawa kikuk.

“Uhm, baiklah Ayah. Akan kami usahakan untuk segera memiliki momongan.” Jawab Jaemin asal, enggan berdebat dengan sang Ayah.

Dia melirik ke arah Jeno yang akhirnya tertunduk, di tuntut memuaskan Jaemin saja dia sudah menyesal, sekarang di tuntut harus memberi cucu.

Jika Jeno bisa memutar waktu, dia akan menolak tawaran Jaemin. Ini benar-benar melelahkan.

Selama perjalanan menuju rumah Tiffany, keduanya hanya diam. Jeno sesekali melirik ke arah suaminya di sela menyetir. Tampaknya, hanya dia sendiri yang memikirkan ucapan Ayah mertuanya. Sementara suaminya tampak tenang, mungkin karena sudah di gagahi sebelum pergi. Bahkan bibirnya tampak melengkungkan senyum tipis. Terlihat jelas wajah bahagianya itu, berbeda dengan Jeno yang tampak suram.

“Soal permainan Ayah...” Jaemin buka suka di tengah sepinya suasana perjalanan.

“Abaikan saja.” Lanjutnya membuat Jeno menoleh dengan kaget.

“Tapi, bagaimana jika Ayahmu terus menuntut, seperti katamu, terus menuntutmu untuk menikah.”

“Abaikan saja. Kau tahu bahwa aku tidak tertarik dengan hubungan pernikahan kan? Apalagi sampai memiliki anak.” Gerutu Jaemin di akhir kalimatnya.

“Baiklah.” Jawab Jeno pasrah.

“Lagi pula, kenapa kau begitu peduli? Kau ingin kita memiliki anak? Tidak kan?”

“Ti-tidak tentu saja.” Jawab Jeno panik. “Melegakan jika kau pun tidak ingin. Aku hanya khawatir akan Ayahmu saja.” Ia beralasan.

“Ya sudah, itu akan menjadi urusanku.” Sahutnya lirih.


‧͙⁺˚*・༓☾ ☽༓・*˚⁺‧͙


Tiffany berdiri di sebelah meja makan dengan kepala celingukan ke arah depan. Senyumnya pudar saat tak juga mendapati putranya tiba, lalu dia lihat beragam hidangan di atas meja makan.

Sudah hampir makan siang dan Jeno belum tiba.
Apakah dia tidak akan datang?

Dengan perasaan sedih, Tiffany mengambil mangkuk berisi sup rumput laut untuk di simpan. Mungkin tidak hari ini.

“Ibu, aku datang.”

Tiffany tersentak saat mendengar suara putranya, dia berbalik dengan senyum saat mendapati putranya masuk bersama menantunya.

“Halo, Ibu.” Sapa Jaemin membungkuk hormat.

Langkah Jeno terhenti saat melihat Ibunya memegang dua mangkuk.

“Ibu sedang apa?”

“Ah, karena Ibu pikir kau tidak datang, jadi Ibu akan membuangnya.” Jawab Tiffany dengan senyum kecut.

“Apakah itu sup rumput laut, Ibu?” Tanya Jaemin.

“Iya, Jeno sangat suka...”

“Sepertinya enak.” Sahut Jaemin, dia mendorong sang suami agar tak menghalangi langkahnya lalu duduk di kursi makan tanpa di suruh.

Jeno terperangah melihat tingkah suaminya, pria itu kini sudah duduk manis di kursi makan memandang Tiffany dengan senyum merekah. Seperti minta di sajikan sup rumput lautnya.

“Tapi ini sudah dingin.”

“Tak apa, Ibu.” Sahut Jaemin.

Tiffany menoleh ke arah Jeno dengan pandangan bertanya, namun akhirnya dia meletakkan kembali dua mangkuk sup rumput laut itu. Dia senang saat sang menantu menatap hidangannya dengan mata berbinar.

Partner or Husband [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang