PH44

21K 1.5K 104
                                    

Jeno tak lepas menatapi suaminya intens, sementara yang di tatap masih tampak kebingungan. Pikirannya berkecamuk, namun kondisinya juga tengah hancur.

Pada akhirnya, tangannya yang bersembunyi di balik tubuhnya itu keluar. Arah pandang Jeno langsung tertuju pada suatu benda di tangan suaminya, dengan alis bertaut dia mengambil testpack itu dan melihatnya.

Meski sempat terkejut mengetahui suaminya memegang testpack dan menimbulkan sebuah harapan.

Pada akhirnya, Jeno hanya tersenyum melihat satu garis merah di sana. Dia kemudian memeluk suaminya dan mengusap kepala Jaemin, membuat air mata Jaemin langsung menetes ke pipinya.

“Tidak apa-apa.” Ucap Jeno lembut membuat Jaemin langsung menenggelamkan wajahnya di antara kaos sang suami.

“Hei, Sayang. Jangan menangis, tidak apa-apa.” Jeno meyakinkan saat isakan akhirnya keluar dari bibir suaminya.

“Kau merasa tidak enak badan?” Tanya Jeno.

Pertanyaan itu lantas membuat Jaemin melepas pelukannya sehingga dapat Jeno lihat wajah suaminya yang memerah dan basah akan air mata. Dia langsung menangkup kedua pipi suaminya lalu menyeka air mata yang mengalir dengan ibu jarinya.

“Aku berharap bisa memberi kado terindah pada hari ulang tahunmu. Aku merasa mual jadi aku memeriksanya, aku minta maaf.” Jelasnya setengah terisak.

Jeno tersentuh mendengar jawaban suaminya, ada rasa baru dan sakit yang ia rasakan secara bersamaan. Namun begitu, dia tetap mengulum senyum untuk suaminya.

“Tidak apa-apa, Sayang. Kau adalah kado terindah yang aku miliki. Kehadiranmu sebagai pasanganku, sudah kuanggap sebagai kado terindah dan paling berharga yang bisa aku miliki.” Jelas Jeno.

“Tetap saja, aku ingin...” Ia tak bisa melanjutkan kata-katanya karena sudah sesenggukan.

“Masih ada bulan-bulan berikutnya. Kita coba lagi, tak masalah. Kita bisa menikmati hubungan kita seperti orang pacaran kan? Aku ingin menikmati manisnya berdua denganmu. Jangan terlalu terburu-buru.”

“Jenooo.” Rengek Jaemin memeluk suaminya.

Dia dekap lagi tubuh sang suami, mengusapi kepalanya dengan sayang, berharap bisa menenangkan Jaemin.

“Aku masih berharap bahwa hasilnya akan positif, aku membaca di internet dan tanda-tandanya serupa.”

“Ayo kita ke rumah sakit dan memeriksa. Kau juga sedang tidak enak badan kan? Mungkin saja testpacknya rusak.”

Mendengar rayuan suaminya, Jaemin justru menggeleng.

“Bagaimana jika tetap negatif? Aku tak ingin kecewa dua kali.”

“Tetap saja, kita harus memeriksakan kondisimu. Kau tampak lemas Sayang.”

Jaemin pun melepaskan pelukannya dan berakhir menurut bujuk rayu sang suami. Keduanya keluar dari kamar mandi dan mulai mempersiapkan diri untuk ke rumah sakit.

Sepanjang perjalanan, Jaemin hanya diam, tampak melamun. Mungkin masih memikirkan kejadian di rumah. Jeno yang tak tega, langsung meraih jemari suaminya, dia genggam kemudian dia kecup punggung tangan Jaemin, lalu dia tumpukan ke atas pahanya.

Setibanya di rumah sakit, Jaemin langsung di periksa.

Sementara Jeno hanya menunggu di depan meja dokter. Tangannya langsung mengusap rambut Jaemin setelah suaminya itu duduk di sampingnya.

“Bagaimana kondisi suami Saya, Dokter?” Tanya Jeno.

“Berdasarkan hasil pemeriksaan, Tuan Na sedang tidak mengandung...” Ujar sang dokter.

Partner or Husband [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang