PH33 🔞

27K 1.4K 144
                                    

“Kau tahu bahwa ada kode etik dalam bekerja. Aku tidak tahu bagaimana proses merekrut pekerja di sini karena sepertinya, kode etik tidak di terapkan...” Jeno berujar dengan wajah dingin membuat senyum Seungmin pudar.

“Pertanyaan yang barusan kau lontarkan itu, melanggar kode etik dalam bekerja, kau tahu?” Tanya Jeno menuntut membuat Seungmin tertunduk dengan wajah memerah.

“Apakah pantas, seorang karyawan, bertanya perihal privasi atasannya?” tanya Jeno lagi.

“Maaf, Direktur.” Lirih Seungmin, tangannya yang memegang nampan bekas mengantar kopi langsung mengepal, dia tengah meredam perasaannya yang mendadak bergejolak dan sakit hati.

“Dan mulai besok, tak perlu lagi mengantar kopi ke ruanganku, karena sudah ada pelayan.” Ia memperingati yang di angguki oleh Seungmin.

“Keluar dari ruanganku!” Perintahnya kemudian.

Seungmin membungkuk pamit lalu keluar dari ruangan Jeno, selepas menutup pintu, dia langsung menutupi wajahnya dengan nampan, butuh beberapa detik baginya untuk menenangkan dirinya yang berkecamuk.

Sakitnya bukan main saat dia di tegur oleh pria yang ia kagumi.

Jeno menghela nafas lalu menarik tubuhnya untuk bersandar, dia mengusap wajahnya dengan kedua tangan kemudian menatap ke sekitar untuk menenangkan dirinya, meredam emosi yang menguasai.

Pipinya menggembung saat dia mengembuskan nafas berat. Suasana sepi ini membuangnya berpikir sangat jauh akan pertanyaan karyawannya itu.

Bagaimana mungkin Seungmin berani menanyakan hal seperti itu, dan bagaimana bisa dia berpikir suaminya cemburu padanya?

Tapi, suaminya cemburu?
Jeno juga tahu Jaemin beberapa kali menyinggung soal Seungmin, tapi apa benar karena Jaemin cemburu? Dia bahkan tidak tahu jika Jaemin menyukainya, atau memiliki perasaan yang sama dengannya.

Mungkin bisa saja itu terjadi, setelah kedekatan mereka belakangan.

Dan itu membuat dia mendadak teringat suaminya di rumah, tadi saat dia pergi, suaminya masih terkapar di bawah pengaruh alkohol. Apakah sekarang sudah bangun?

Tring!
Jaemin menoleh ke arah ponselnya yang berdering di atas meja rias, dia letakkan botol liptintnya lalu menyambar benda pipih itu.

“Kau sudah bangun?”

Jaemin mendecih dengan seulas seringai membaca pesan Jeno, dia langsung menghapusnya lalu meletakkan kembali ponselnya ke atas meja dan menyambar botol parfumnya.

“Setelah mengatakan aku sombong dan angkuh. Pikirmu aku akan jatuh dengan perhatianmu lagi?” Umpatnya lalu meletakkan botol parfum itu dengan kasar ke atas meja.

“Kau yang meminta kan? Akan kutunjukkan seperti apa sifat sombong dan angkuh yang sesungguhnya!” Dengusnya seraya menyambar ponselnya lalu beranjak dari kursi untuk menikmati makan siangnya.

Baru saja jemarinya bergerak untuk membuka pintu, dia dihentikan dengan suara dering ponselnya, saat di lihat ternyata ada panggilan masuk dari Jeno membuatnya langsung memasang wajah datar. Dia biarkan ponselnya terus berdering hingga mati dengan sendiri.

Jaemin mendudukkan tubuhnya di kursi makan dan maid langsung menyajikan makan siangnya. Dia pun menikmati makan siang dengan tenang, sampai ponselnya berbunyi lagi.

“Seungmin keluar dari ruangan Direktur sambil menangis Presdir.”

Jaemin membulatkan matanya membaca pesan yang masuk dari Han, dia langsung menghubungi pria itu.

“Aku memintamu untuk berhenti melaporkan tentang mereka. Gajimu sudah di kirim kan? Atau kau coba memerasku?” Omel Jaemin.

“Saya melakukannya tanpa di bayar.” Sahut Han membuat alis Jaemin bertaut.

Partner or Husband [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang