PH38

26K 1.7K 111
                                    

Jaemin keluar dari kamar mandi mengenakan bathdrobe, di lihatnya sang suami sudah rapi mengenakan pakaian kerja. Jaemin tersenyum lalu menghampiri suaminya, dia langsung memeluk Jeno dari belakang, menyandarkan kepalanya di punggung suaminya, bibirnya mengulum senyum saat meresapi pelukannya sendiri, dia hirup aroma maskulin dari parfum yang di kenakan suaminya.

Jeno tersenyum lalu melepaskan pelukan Jaemin, tubuhnya berbalik namun Jaemin lagi-lagi memeluknya, kepalanya mendongak menatap sang suami, membuat Jeno menempelkan hidung mereka. Dia kecup bibir plum Jaemin membuat Jaemin tertawa geli karena malu.

“Selamat pagi, Suamiku.” Sapa Jeno.

“Selamat pagi, Suamiku.” Balas Jaemin dengan senyum manisnya. “Kau ke restoran hari ini?” Tanyanya yang di angguki oleh Jeno.

“Aku sepakat untuk menambah ruangan, mungkin membuatnya menjadi dua atau tiga lantai.”

“Aku senang bisnismu berkembang dengan baik.”

“Semua itu, juga berkat suamiku.” Puji Jeno mencubit hidung Jaemin.

Jaemin berbalik menatap sang suami yang duduk di sofa kamar mereka.

“Uhm, Jeno...” Panggilnya.

“Soal Seungmin?” Tanya Jaemin, dia dengan ragu melangkahkan kakinya lalu duduk di atas pangkuan sang suami.

“Aku sudah memberi dia surat peringatan. Aku tak bisa memecat dia karena semua perlu prosedur, tapi satu hal yang perlu kau tahu...” Jeno meraih jemari sang suami, dia genggam lalu dia kecup punggung tangan suaminya.

“Aku tidak memberikan atensi apa pun padanya. Aku tidak memiliki ketertarikan apa pun padanya. Duniaku, semuanya hanya ada dirimu. Aku memikirkanmu selama 24 jam penuh.”

Jaemin tersenyum salah tingkah lalu memukul dada Jeno manja.

“Kau lebih pintar merayu dari yang aku kira. Semudah itu kau meluluhkanku.” Jaemin mencebik.

“Tidak, bagiku, ini sulit untuk meluluhkanmu karena aku hampir menyerah.”

“Kau membuatku mudah tersentuh, tapi aku malu mengatakannya.”

Jeno tersenyum lalu menangkup pipi suaminya, dia mengecup kilat bibir Jaemin.

“Cantik.” Pujinya.

“Baiklah, aku harus berangkat.” Jeno berucap membuat Jaemin langsung beranjak dari pangkuannya.

“Boleh aku datang ke restoran nanti?” Tanya Jaemin melangkahkan kakinya menuju lemari untuk mengambil baju.

“Silakan, kau bisa datang kapan pun kau mau. Restoran itu, milikmu juga, Sayang.” Ucap Jeno.

Dia berbalik membuat Jeno mengusap kepalanya lalu mengecup keningnya.

“Aku berangkat.”

Di lihatnya Jaemin mengangguk, setelahnya dia pun keluar dari kamar untuk berangkat ke kantor. Begitu pula Jaemin yang bersiap untuk ke kantor.


‧͙⁺˚*・༓☾ ☽༓・*˚⁺‧͙


Jaemin menyandarkan tubuhnya pada kursi kerja, mengistirahatkan tubuhnya di sela-sela pekerjaan. Netranya tak sengaja melihat kalender di atas meja, alisnya bertaut lalu mengambilnya.

Dia pandangi lekat tanggal demi tanggal hingga tiba-tiba pemikirannya tertuju pada suatu hal. Netranya membulat lalu di detik berikutnya tampak bergerak gelisah. Dia letakkan kalender mini di atas meja lalu kembali menyandarkan tubuhnya.

Tiffany baru saja meletakkan piring kotor bekas makan siangnya ke wastafel, kepalanya menoleh ke arah pintu saat mendengar bel berbunyi, dia langsung melangkah dan melihat lewat peephole, di depan pintu, ada menantunya yang berdiri menjinjing tas mahalnya.

Partner or Husband [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang