Hai. Jangan lupa untuk vote dan komen ya. Jangan jadi pembaca gelap. Happy Reading!!
•
•
•
Katanya, jodoh adalah cerminan dari diri kita sendiri. Apakah Aku dan dia seperti layaknya seorang jodoh? kami sangat lah jauh berbeda.
Seragam Pramuka terpakai bersamaan dengan hari Rabu. Cerah namun masih berkesan dingin membuat Luna memejamkan matanya dikelas. Diam dikursinya sembari membaca novel yang selalu ia bawa kemana-mana tak terlalu buruk baginya.
"Lun, besok mau tampil ya ke Himalaya House?"tanya Kania.
Luna menganggukkan kepalanya pelan dan berkata," iya. Jangan lupa datang. Disana ada Haikal sama Arsen."
Mendengar kata Arsen. Kania langsung tersenyum malu-malu. Ya, Kania sangat menyukai Arsen walaupun itu secara diam-diam. Jika Aira sudah jelas pasti akan kesana karena Haikal, sang pacar pasti ada disana.
"Tenang aja, gue bakal kesana."
Setelah berbincang-bincang sedikit dengan kedua temannya. Luna memutuskan untuk tertidur sebentar sebelum pelajaran dimulai. Baru saja ingin tertidur, guru Biologi masuk kedalam kelas diiringi oleh Bintang dan Haikal yang terlambat masuk juga.
Bintang duduk dikursinya yang kebetulan sebelahan dengan Aluna. Ia tersenyum tipis melihat mata sayu Luna yang sedikit berair karena mengantuk. Ia lalu menghidupkan kipas angin dan dengan seketika Luna melonjak marah. Ya, gadis itu sangat kedinginan.
"Bintang! Udah berapa kali gue bilang. Kalo pagi itu jangan dihidupkan kipasnya!"
"Gue panas. Bentar aja."
Luna dengan cuek langsung mengalihkan pandanganya dan fokus kepada guru yang mulai mengajar.
Setelah mata pelajaran Biologi. Masih ada beberapa mapel berikutnya. Kepala Luna sedikit berdenyut, suhu badannya mulai panas. Gadis itu menatap kipas angin yang sedari tadi berputar yang membuatnya kedinginan padahal ini sudah sekitar jam 10 pagi.
Badannya semakin melemas disertai dingin yang melanda. "Bintang, gue disitu napa. Di tempat lo dulu."
"Kenapa? Males lah,"tolak Bintang seraya menatap Luna.
"Cepet lah. Dingin banget ini. Gak enak badan gue,"celetuk Luna sembari mengemasi barang-barangnya.
Bintang terus saja kekeh dengan pendiriannya untuk tidak pindah namun tetap saja ia selalu menuruti apapun perkataan Luna. Ia pun pindah ditempat Luna. Begitu pula dengan Luna yang duduk ditempat Bintang yang memang berdempetan langsung dengan dindin serta tidak terkena kipas angin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Minutes Of Love Destiny [ON GOING]
Jugendliteratur⚠️WARNING⚠️ Follow akun author terlebih dahulu dan budayakan vote/komen setelah membaca "Gue gak tau kalo jatuh cinta itu menyakitkan." "Menyakitkan kalo bukan dengan orang yang benar-benar mencintaimu." Kisah asmaraloka yang terjadi antara Bintang...