Hai. Jangan lupa untuk vote dan komen ya. Jangan jadi pembaca gelap. Happy Reading!!
•
•
•Dinginnya udara pagi membuat Luna mengusap-usapkan kedua tangannya. Banyak pula siswa yang tertidur karena cuaca yang sedikit dingin ditambah dengan jam kosong pada jam pertama.
Bintang yang baru saja datang, tiba-tiba menghidupkan kipas angin yang tepatnya mengenai Luna yang tengah menelungkupkan kepalanya dengan kedua tangannya itu, sontak membuat Luna terbangun. Gadis itu menatap Bintang dengan tatapan tak senang. Namun, Bintang yang tengah ditatap justru meledeknya.
"BINTANG! DINGIN LOH!"
"Panas loh,"ujar Bintang dengan tatapan jahilnya.
"Bintang, cepetan matiin. Dingin loh!"
"Males. Matiin sendiri."
"Kipasnya kan ada diatas lo. Matiin kek,"gerutu Luna.
Bintang yang terduduk dikursi miliknya lantas menggapai tombol kipas angin. "Gak nyampe,"kekeh Bintang yang masih menjahili Luna.
"Terserah." Luna tak memperdulikan Bintang lagi dan melanjutkan untuk menyelam ke dunia mimpi.
Pelajaran pertama telah usai. Karena jam kosong berlangsung, banyak siswa yang sudah segar karena pergi ke kantin sebelum istirahat. Kini guru pelajaran ke dua memasuki kelas untuk mengajar.
Luna yang masih sedikit kedinginan pun langsung mengoleskan tubuhnya dengan minyak telon. Luna tidak menyukai minyak kayu putih tetapi ia malah menyukai minyak telon karena wanginya yang enak.
"Ish, bau. Gak suka baunya,"ucap Bintang seraya menutup hidungnya.
"Dih, ini enak tau. Seger baunya." Luna menyodorkan minyak telon ke arah Bintang.
"STOP! JANGAN DEKET-DEKET. BAUUU. BUNDAA BAUU!" Bintang teriak sembari memberontak agar Luna tidak mendekatinya.
"Bintang alay,"ucap Aira yang berada disamping Luna.
"Diem lo."
Bintang memegang bahu Luna dan sedikit mendorongnya untuk duduk dikursinya. " Lo duduk disini. Gausah deket-deket. Bau."
"Dih, gitu doang."
Pagi berganti dengan siang. Sekarang saatnya untuk melaksanakan ibadah sholat bagi umat Islam. Banyak siswa yang kesana kemari untuk berwudhu atau sekedar ke kantin karena tidak melaksanakan sholat. Mayoritas siswa disekolah ini beragam Islam walaupun ada sebagian yang non muslim namun itu hanya sekitar 30% saja.
Luna bersama kedua temannya tengah berjalan menuju ke mushola yang berada di samping aula sekolah. Namun ditengah perjalanan mereka, terdapat Bintang dan teman-temannya yang sedang nongkrong didepan mushola.
"Widih, neng cantik. Mau kemana nih,"goda Haikal seraya menaik turunkan alisnya.
"Mau ke bioskop,"cetus Aira yang menatap datar kearah Haikal.
Haikal terkekeh," Kesini mau sholat bukan nonton bioskop."
"Ya itu Lo tau kenapa make nanya! BEGO." Aira meninggikan suaranya dengan berkacak pinggang.
"Santai neng, silahkan masuk."
Bintang yang sedari tadi hanya melihat percakapan dua orang didepannya lantas berdiri dari duduknya. Ia berjalan kearah Luna yang sedari tadi diam saja. Luna yang mengetahui itu langsung menghindar dari Bintang karena ia sudah berwudhu.
"Gausah deket-deket. Gue udah wudhu."
Bintang menatap jahil Luna. "Masa sih? Eh itu di muka lo ada nyamuk." Bintang memukul pelan wajah Luna.
Luna pun dengan spontan membulatkan matanya. "BINTANGG! GUE BATAL ANJIR!"
"Sttt." Bintang membekak mulut Luna. "Gak papa. Wudhu lagi biar sekalian bareng gue."
"TERSERAH. TAU AHK, GUE MALES SAMA LO. AHK, BINTANG. GUE TANDAI LO." Luna langsung pergi dari sana dan menuju ke tempat wudhu dengan perasaan yang kesal.
Bintang masih saja tertawa melihat kelakuan Luna yang menurutnya lucu. "Gue jahilin lagi lah." Bintang pun menyusul Luna ke arah tempat wudhu didekat Musholla tersebut.
"Baru kali ini nengok Bintang sejahil itu,"celetuk Arsen.
***
Siswa pulang dengan berlalu lalang di lorong sekolahan. Tak banyak yang masih menunggu jemputan atau hanya sekedar duduk saja ditaman. Bintang pula sedari tadi duduk salah satu dibangku taman sekolah bersama teman-temannya. Lain dengan Luna, ia sudah siap akan pulang terlebih dahulu yang sialnya harus melewati rombongan Bintang ditaman.
Luna berdecak karena melihat Bintang dan teman-temannya didepan taman. " kenapa dia disitu sih."
"Oke, gapapa. Semangat Luna." Luna menyemangati dirinya sendiri.
Luna berjalan tanpa memandang kearah Bintang. Sementara Bintang sendiri, ia sudah terkekeh pelan melihat Luna yang berjalan cepat tanpa melihat kearah depan.
"Anjir, angsa!"teriak Luna yang sontak membuat Bintang tertawa.
"Aaa! Angsa! Tolong ada angsa."
Luna terus saja berteriak karena didepannya terdapat dua angsa yang sedang menghalangi jalannya. Luna menggeram kesal sekaligus takut, lantas ia melempar angsa tersebut dengan batu namun angsa itu malah semakin mendekati Luna.
"Angsa sana kau!hus hus."
Luna langsung melihat ke arah Bintang. "BINTANG! TOLONGIN." Teriak Luna yang sedikit ingin menangis.
"Usir sendiri,"kekeh Bintang.
Luna sudah ingin menangis. Air matanya tak terbendung lagi. Ia sangat takut dengan hewan itu bahkan sekarang ia berkeringat dingin.
Bintang yang tak tega pun langsung menghampirinya. Ia lempar angsa tersebut agar menjauh dari hadapan Luna. Namun Luna malah semakin takut karena suara angsa itu seperti ingin mengejarnya. Bintang masih saja terus tertawa.
Digenggamnya tangan Luna agar menjauh dari sana. Didudukkannya ia didekat teman-temannya sembari diusap wajahnya yang sedikit basah karena air matanya.
"Udah, jangan nangis. Masa sama angsa takut,"ucap Bintang seraya tertawa.
Luna pun memukul pundak Bintang. "GUE KAN TAKUT!"
"Aduh, iya-iya. Jangan teriak juga."
"Yaudah yok pulang bareng gue biar gak dikejar angsa. "Bintang menggandeng tangan Luna pergi meninggalkan teman-temannya ditaman.
"Bintang Suka ga sih sama Luna?"tanya Mario.
"Tapi keknya emang gitu kok sifatnya,"ujar Haikal seraya memakan kuaci.
"Tapi gatau juga sih ya,"timpal Haikal kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Minutes Of Love Destiny [ON GOING]
Novela Juvenil⚠️WARNING⚠️ Follow akun author terlebih dahulu dan budayakan vote/komen setelah membaca "Gue gak tau kalo jatuh cinta itu menyakitkan." "Menyakitkan kalo bukan dengan orang yang benar-benar mencintaimu." Kisah asmaraloka yang terjadi antara Bintang...