Bab 23| Aluna hamil?

137 35 121
                                    

Hai, jangan lupa tinggalkan jejak ya. Support author dengan vote dan komen. Tandai jika typo. Happy reading!

Kalian tau cerita ini dari mana? FB, tiktok atau Instagram?

Follow Instagram @wp_salvanitw untuk informasi cerita lebih lanjut.

Bintang, Luna dan Bastian sekarang udah punya akun Instagram loh. Ayo follow akun Rp mereka
@aluna_adisty @fernanda_bstian @bin_Adkyasa

Hargai penulis ya dengan komen/vote. Ramaikan komentar kalian agar MENYALA ABANGKUH 🔥🔥🔥

Komen yang banyak biar cepet up



"Orang yang terlihat baik belum tentu ia bisa baik kepada kita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Orang yang terlihat baik belum tentu ia bisa baik kepada kita. Sedangkan kebaikan saja bisa dibalas dengan kejahatan."

Luna tampak memandangi tubuhnya di cermin dari atas hingga bawah. Gadis itu mengerutkan dahinya. Seperti ada sesuatu hal yang membuat dirinya sedikit kurus atau mungkin karena faktor stress yang gadis itu alami ia pun tidak tahu.

Luna melangkahkan kakinya keluar dari kamar menuju ke meja makan. Sudah dua hari Luna tidak bersekolah dikarenakan sakit yang dia alami. Sesampainya di meja makan, ia melihat ada Zahra yang sudah duduk di sana. Dengan berat hati Luna harus ikut bergabung dengan mereka.

"Luna, kamu udah enakan badannya? Nanti kalo sakit izin aja," tutur Gibran namun tidak digubris oleh Luna.

Gibran menatap tajam Luna karena tidak mendapat jawaban dari putrinya itu. Lantas Luna pun langsung menjawab, " Hm, iya Ayah."

Zahra menatap Luna seakan-akan meremehkan. Luna yang tidak takut pun langsung menatap kembali saudara tirinya itu dengan tajam. Hingga suara gelas yang Raisha sengaja hentakan di meja membuat keduanya mengalihkan pandanganya.

"Ayah, tau gak Zahra semalam dapat nilai tinggi loh ulangan Biologinya. Walaupun cuma dapet 88 tapi itu udah lumayan tinggi dikelas Zahra," ucap Zahra yang sengaja memanasi Luna.

"Wah, bagus itu. Pertahankan ya kalo bisa tingkatkan. Kalo Luna dia gak terlalu bisa Biologi, dia bisanya kelas musik sama apa ya itu yang ada puisi, novel itu."

"Sastra bahasa Indonesia, Ayah," sahut Raisha yang lelah dengan suaminya itu.

"Nah iya itu. Pas itu dia ikut lomba tapi gak menang."

"Kalo Zahra pas itu ikut olimpiade sains menang, Ayah."

"Wah, bagus Ayah bangga padamu," ucap Gibran dengan bangga kepada Zahra yang membuat Luna merasa iri.

Ekspresi Zahra seolah mengejek kearah Luna. Luna tidak menghabiskan sarapannya dan menatap tajam saudara tirinya itu. Ingin sekali ia membunuh saudaranya itu. Jika saja membunuh bukan hal yang dosa mungkin sudah ia lakukan. Luna langsung beranjak dari kursinya dan pergi menuju sekolah.

Minutes Of Love Destiny [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang