Bab 22| Luna drop

184 69 137
                                    

Hai, jangan lupa tinggalkan jejak ya. Support author dengan vote dan komen. Tandai jika typo. Happy reading!

Kalian tau cerita ini dari mana? Instagram, tiktok, telegram atau FB?

Follow Instagram @wp_salvanitw untuk informasi cerita lebih lanjut.

Siapa yang setuju kalau Bintang, Luna dan Bastian punya Instagram?

Atau ada yang mau buat grup wa?

Hargai penulis ya dengan komen/vote. Ramaikan komentar kalian agar MENYALA ABANGKUH 🔥🔥🔥



Luna menarik selimutnya sampai di batas dadanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luna menarik selimutnya sampai di batas dadanya. Gadis itu terus saja menggigil ditambah lagi dengan luka yang masih saja perih membuat Luna susah untuk bergerak. Untung saja ia mempunyai beberapa pembantu yang siap untuk membantu dirinya.

Seperti saat ini, kening Aluna tengah di kompres oleh salah satu pembantunya. Gadis itu demam tinggi entah apa yang membuatnya tiba-tiba sakit tapi sepertinya itu karena semalam. Kejadian malam tadi yang membuat Luna sedikit kaget dan menyebabkan ia drop.

Di pasangnya infus di tangan gadis itu walaupun ia sedikit memberontak karena dirinya sangat takut akan suntikan.

Lemas dan sedikit tak berdaya ditambah lagi ia sedang demam membuatnya menjadi malas untuk beranjak dari tempat tidurnya.

"Iya, Luna itu sebenarnya gampang sakit tapi sejak dia pubertas udah jarang sakit tapi sekalinya sakit bisa buat Om takut."

Luna mendengar percakapan seseorang serta langkah kaki mereka yang menuju kamar miliknya. Luna memandangi pintu kamarnya dan ingin melihat siapa yang akan memasuki kamarnya itu.

"Semalam ada temannya, dia cowok namanya kalo gak salah Bastian yang bawa Luna pulang. Katanya Luna sempet keserempet untung ada dia."

"Syukurlah, Om kalo ada dia. Kalo gak ketemu dia pasti Luna kasihan."

Di buka pintu kamar Luna yang menampilkan Gibran dan Reygan. Mereka berdua masuk ke dalam kamar tersebut dengan Reygan yang menenteng tote bag dan plastik yang sepertinya dari swalayan.

"Selamat pagi, cantik. Masih sakit? Mana yang sakit biar Ayah liat," ucap Gibran kepada putrinya.

Luna tak menggubris perkataan Gibran, gadis itu hanya tersenyum simpul mengingat kejadian waktu itu yang membuatnya menjadi renggang dengan sang ayah.

Minutes Of Love Destiny [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang