Hai, jangan lupa untuk vote dan komen ya. Jangan jadi pembaca gelap. Happy Reading!!
•
•
•"DEFANDRA!Keluar kau sekarang!"teriak Gibran yang sudah berada di depan rumahnya.
Defandra yang berada didalam pun terlihat panik. Ia tidak mau tertangkap polisi dan mau tidak mau ia harus kabur dari sini. Namun, pintu utama telah di oleh beberapa polisi.
"Kau tidak bisa melarikan diri sekarang."
"Gibran, maafkan aku. Aku—"
"Aku apa! Kau seenaknya meminta maaf atas apa yang telah kau lakukan pada istriku. Aluna, dia kehilangan sosok ibunya dari kecil dan itu karna ulah mu,"teriak Gibran dengan nafas yang memburu karna emosi.
"Maafkan aku. Aku yang terlalu egois terhadap Cyntia. Sebelum aku di penjara, tolong maafkan aku,"tutur Defandra dengan nada pelan.
Gibran tak memperdulikannya." Bawa dia ke penjara. Hukum dia dengan seberat-beratnya. Nyawa harus dibalas dengan nyawa. Aku tidak peduli."
Polisi pun membawa Defandra. Bintang yang melihat Ayahnya dibawa polisi hanya menatap miris. Ia menatap Aluna yang berada disamping Ayahnya. Gadis itu menggelengkan kepalanya pelan seakan tatapan Luna tak percaya jika selama ini Bundanya dibunuh oleh Ayah dari orang terdekatnya.
***
"Lun, Luna."Bintang memegang tangan Luna ketika gadis itu hendak lari.
"Lun, gue bisa jelasin. Ini semua terjadi karna masa lalu kelam. Kita bisa memulai hal yang baru,"tutur Bintang dengan meyakinkan Luna.
Luna menghempaskan tangan Bintang dengan keras. Sorot matanya berubah tajam. "Kalo lo bisa hidupin Nyokap gue lagi, gue baru bisa maafin lo."
"Lun, maafin Ayah gue. Gue rela lakuin apa aja demi nebus kesalahan dia."
"Yang salah lo atau Ayah lo? Gara-gara Ayah lo, gue harus kehilangan sosok Ibu apalagi gue saat itu masih kecil."
"Maaf, Lun."
"Memang gampang mengucapkan kata maaf tapi apa bisa Ayah lo balikin Ibu gue, Bintang!"
Bintang terdiam. Ia mendadak membisu karna perkataan gadis di depannya. Memang benar semuanya, tapi apakah tidak bisa memperbaiki semuanya dan melupakan masa lalu tersebut.
"Bintang, gue benci lo. Gue keluar dari band lo,"ucap Aluna lalu meninggalkan Bintang dengan keadaan mematung.
Bintang tidak habis pikir dengan Luna yang bisa-bisanya ia keluar dari Band miliknya dengan tiba-tiba. Bintang ingin mengejar Luna namun tangannya ditahan oleh seseorang.
"Biarin aja dulu, dia butuh sendiri. Beri dia ketenangan, pelan-pelan kasih tau sama dia jangan terburu-buru karna ego mu. Dia cewek pasti moodnya gampang naik turun,"ujar Arsen yang sedari tadi telah memperhatikan mereka berdua bertengkar.
"Gue takut dia benci sama gue."
Arsen, pemuda itu memegang pundak Bintang sembari berkata," kalo lo mau dia gak benci sama lo. Jangan buat kesalahan yang fatal. Dia suka sama lo. Kalo cewek suka duluan berarti dia benar-benar cinta. Jangan di sia-siakan."
Bintang menatap Arsen tak percaya. Ia sungguh terkejut dengan ucapan temannya yang padahal ia tidak pernah berpacaran namun pria itu bisa mengetahui semua tentang perasaan wanita.
"Dari mana lo tau beginian? Kan gak pernah pacaran. Deket doang, paling hts."
Arsen membulatkan matanya sembari berdecak." Gue berguru sama Haikal walaupun gak pacaran gue tau. Makanya gak mau nyakitin perasaan perempuan."
"Dih, gak pacaran Karena gak mau nyakitin hati perempuan. Nyatanya lo ngegosting anak orang namanya itu kalo deket doang.
Arsen tertawa pelan sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Hehe, ya gitu lah."
***
Rabu pagi yang indah telah di hiasi oleh keributan di dalam kelas 11 IPA¹. Seperti halnya Bintang dan teman-temannya yang sedang memainkan gitar yang mereka bawa ke sekolah. Mereka menyanyikan lagu random yang tak jarang jika semua penghuni kelas ikut bernyanyi.
Bintang mulai menyanyikan sebuah lagu sembari memainkan gitarnya."Datang sebuah berita tentang adanya pesta pangeran mencari permaisurinya."
"Cinderella pun tiba dengan kereta kencana Sepatu kaca hiasi kakinya Semua mata terpana akan kedatangannya Pangeran pun jatuh cinta padanya,"sambung Haikal.
"Anjay, woah!"sorak semuanya yang berada di kelas.
Luna yang melihat itu hanya memutar bola matanya malas. Ia sedang tidak mood untuk melakukan apapun termasuk berurusan dengan pria itu.
"Cinderellanya yang mana nih,"kekeh Arsen sembari melihat Luna.
Luna tidak menggubris perkataan Arsen. Ia hanya duduk diam di kursinya sembari membaca buku.
Bintang lalu menghampiri Luna sembari berkata,"Lun, maafin gue. Gue rela ngelakuin apapun itu demi maaf dari lo. Walaupun Ayah gue yang ngelakuin tapi gue ngerasa bersalah, maafin gue."
Luna menarik nafas panjang sembari memejamkan matanya sejenak dan lalu ia menatap Bintang di depannya." Oke, gue maafin. Tapi lo harus tau, gue maafin lo bukan tanpa sebab."
"Oke, gue bakal lakukan apa aja biar lo bisa maafin gue sama ayah gue."
Luna tersenyum tipis mendengar penuturan Bintang. Kapan lagi ia bisa membuat orang yang ia cintai sedekat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Minutes Of Love Destiny [ON GOING]
Teen Fiction⚠️WARNING⚠️ Follow akun author terlebih dahulu dan budayakan vote/komen setelah membaca "Gue gak tau kalo jatuh cinta itu menyakitkan." "Menyakitkan kalo bukan dengan orang yang benar-benar mencintaimu." Kisah asmaraloka yang terjadi antara Bintang...