Chapter 23. Something Forgotten

128 13 0
                                    

Keesokan paginya, Melidas terbangun dengan perasaan aneh yang tidak dia mengerti. Pemuda itu mendatangi neneknya yang sedang menyiapkan sarapan lalu memandangi meja makan dengan raut wajah kebingungan. Sang nenek sontak menegurnya.

"Ada apa?" tanyanya.

Dia menoleh. "Kenapa hanya ada 2 piring makan?"

Sang nenek tersentak. "Apa yang salah dengan itu?" tanyanya sedikit gugup.

Melidas menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Benar juga. Apa yang salah dengan itu?" Dia menatap sang nenek lalu meminta maaf.

"Sejak bangun aku telah merasa aneh. Aku selalu merasa ada sesuatu yang terlupakan," ungkapnya.

"Itu hanya perasaanmu saja." Sang nenek memintanya segera duduk untuk sarapan.

Beberapa saat kemudian, Melidas kembali ke kediamannya yang masih dalam proses pembangunan. Dia langsung disambut oleh Cotty, seorang penyihir yang bertugas mengurus kediamannya. Wanita itu berdiri dipintu masuk, berkacak pinggang sembari menunjukan ekspresi kesalnya.

"Selamat pagi, nona Cotty?" sapanya sembari tersenyum tanpa dosa. Wanita itu hanya mendeham lalu pergi begitu saja.

Sementara itu, Pigen menghampirinya dengan membawa sebuah apel. "Itu salah anda karena sering meninggalkan istana tanpa izin." ucapnya sembari tertawa cekikikan lalu menggigit apel tersebut. Melidas hanya menggelengkan kepala lalu pergi menuju ruang kerjanya. Pigen mengekorinya dibelakang.

"Jadi, apa Lady sudah ditemukan?" tanyanya.

"Lady siapa?"

Pria itu menatap tuannya keheranan. "Bukannya anda pergi bersama si kucing untuk mencarinya?

"Si kucing? Ah- Ferio? Kapan kami pergi bersama?" Melidas malah balik bertanya membuat Pigen mulai kesal karena berpikir dirinya sedang mencoba mengusilinya.

"Dengar, aku tanya sekali lagi. Apa Lady Reona sudah ketemu?"

Melidas menghela napas. "Apa maksudmu? Siapa yang kau bicarakan sedari tadi?"

Seketika Pigen mengusap wajahnya kasar. "Bukannya kalian mencari Lady Ashtarte? Apa dia sudah ditemukan sehingga anda kembali kesini? Apa sebegitu sulitnya memahami ucapan saya?" Dia memberikan penekanan diakhir kalimatnya.

Sesaat Melidas tampak berpikir. "Lady Ashtarte? Ah benar, aku dengar dia menghilang tapi kenapa aku harus mencarinya?" jawabnya terkesan tidak peduli.

Pigen sontak menepuk jidatnya sendiri. "Tuan, apa otak anda bermasalah?" celetuknya.

"Itu adalah Lady Ashtarte, kenapa anda berbicara seolah kalian tidak saling mengenal? Bukannya kalian berdua dekat satu sama lain?" sambungnya.

Melidas kebingungan. "Kami hanya bertemu sekali pada pesta tahun baru. Bagaimana kami bisa menjadi dekat? Sepertinya otakmu yang sedang mengalami masalah," entengnya sembari tertawa kecil. Pigen hanya melongo ditempatnya, tidak habis pikir dengan perubahan drastis yang terjadi pada tuannya.

"Sudahlah. Jangan meributkan hal yang tidak penting! Nenek membawakan beberapa camilan. Aku meletakkannya didapur. Diam dan- "

"Tunggu. Nenek siapa?" potong Pigen dengan cepat.

"Aku hanya punya satu nenek. Apa kau bahkan melupakannya?" tanya Melidas.

Pigen memicingkan matanya. "Jadi, anda baru saja menemui Carla?" Dia mencoba memastikan. Melidas hanya mengangguk sebagai jawaban. Setelah itu, Pigen melemparkan diri kesofa yang ada disebelahnya, terlalu lelah dengan kebingungan yang terjadi barusan. Akhirnya dia memahami situasinya.

THE THRONE RESERVED [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang