Chapter 58. Wedding Day💞

87 3 0
                                    

2 minggu kemudian.
Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Istana kekaisaran kembali ramai. Para bangsawan dari berbagai wilayah saling berdatangan untuk menghadiri acara pernikahan. Beberapa jam sebelum prosesi dimulai, Reona mendatangi makam sang bunda yang bersebelahan dengan makam sang adik tercinta. Setelah meletakkan bunga dimasing-masing kuburan keduanya, dia mendudukkan dirinya lalu mencabuti rumput liar yang tumbuh disekitar.

"4 tahun sudah berlalu tapi rasanya seperti baru kemarin kita menghabiskan waktu bersama-sama," gumamnya pelan.

"Tidakkah menurutmu takdir ini sangat lucu?" Reo mengalihkan pandangannya kemakam sang bunda.

"Saat ini kalian pasti sedang bersama," lirihnya disusul dengan helaan napas panjang. Dia terdiam memandangi makam keduanya hingga tanpa terasa waktu telah berlalu cukup lama.

"Liv!? Beritahu suamimu, aku akan menjaga adiknya dengan baik!" ucapnya sembari beranjak dari posisinya.

'Bunda!? Sampai jumpa lagi!' Batinnya.

Setelah itu, dia bergegas kembali keistana.
Prosesi pernikahan dimulai.
Tak seperti kebanyakan mempelai wanita yang mengenakan gaun mewah berwarna putih dihari pernikahannya. Reona justru mengenakan setelan formal perpaduan warna biru dan hitam, lengkap dengan sebilah pedang panjang yang disarungkan dipinggang kirinya. Dengan langkah tegas dan penuh percaya diri, dia memasuki aula kemudian berjalan menuju altar. Para tamu undangan yang semula duduk langsung beranjak dari posisinya untuk memberi penghormatan.

Tak berselang lama, mempelai pria memasuki ruangan. Sama sepertinya, Melidas mengenakan setelan formal perpaduan warna biru dan hitam, ditambah hiasan bunga mawar berwarna biru didada kirinya. Pemuda itu berjalan menuju altar. Semburat merah dikedua pipinya membuatnya tampak lucu. Reona tidak bisa mengalihkan pandangannya sedikitpun.

'Sial!' Batinnya.

Tidak lama lagi, pemuda cantik bermata biru terang itu akan menjadi miliknya secara utuh. Hanya membayangkannya saja sudah cukup membuat jantungnya berdegup kencang.

"Reona Vertozch Vonn Ashtarte, apakah kau bersedia menerima Melidas Termaine menjadi pendampingmu baik dalam suka maupun duka?"

"Saya bersedia."

Riuh tepuk tangan sontak menggema memenuhi ruangan. Pendeta beralih kepada mempelai pria lalu mengajukan pertanyaan yang sama.

"Melidas Termaine, apakah kau bersedia menerima Reona Vertozch Vonn Ashtarte menjadi istrimu baik dalam suka maupun duka?"

"Saya bersedia."

Suara tepuk tangan terdengar semakin kencang. Setelah menyematkan cincin kepada satu sama lain. Akhirnya, keduanya telah resmi menjadi sepasang suami dan istri.

Malam harinya, pesta pernikahan dilangsungkan dengan meriah. Para tamu undangan bergantian mengucapkan selamat kepada pasangan pengantin baru yang sedang duduk dikursinya masing-masing. Reo mengedarkan pandangannya. Beberapa kenalan lama yang dikenalinya juga turut hadir dalam pesta tersebut.

Beberapa jam kemudian, waktu menunjukkan pukul 1 malam. Serangkaian acara telah selesai. Semua orang juga sudah beristirahat dikamarnya masing-masing. Cael yang baru saja kembali dari luar istana sedang berjalan melewati koridor yang temaram. Dengan langkah yang berhati-hati agar tidak membangunkan siapapun, dia bermaksud menuju kekamarnya yang terletak dibagian paling ujung.

Ketika sedang asik berjalan, tiba-tiba pemuda itu menghentikan langkahnya. Seberkas cahaya lampu yang terlihat dari celah pintu salah satu ruangan yang ada disana mencuri perhatiannya. "Siapa yang bekerja selarut ini?" gumamnya pelan sembari berjalan menuju ruangan tersebut.

THE THRONE RESERVED [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang