Chapter 2. Cael's Dream

702 43 0
                                    

Hari pergantian tahun telah tiba. Reona menghadiri perayaan bersama rombongan Duke Trovier dan juga putranya. Duchess Trovier tidak bisa ikut bersama mereka. Dia memiliki masalah kesehatan yang membuatnya tidak bisa berdiri terlalu lama.

Diperjalanan, Duke Trovier memandang keponakannya dengan kagum. Dulu, dia dan sang kakak sempat mengkhawatirkan masa depan bocah itu. Karena kondisi fisiknya yang begitu lemah, sebagai seorang kakak, Reo justru menjadi orang yang harus dilindungi oleh adiknya tetapi sekarang dia sama sekali tidak bisa menemukan bayangan bocah itu dalam diri keponakannya. Mungkin ini terjadi sejak kematian Liv, Reona yang cengeng telah berubah menjadi sosok yang berbeda.

"Paman menatapku seperti orang bodoh!" celetuk Reona.

"Aku hanya merasa takjub, keponakanku begitu menawan hari ini. Gaunmu memberikan kesan angkuh yang terlihat cocok untukmu," ucap Duke Trovier.

Reona yang tadinya santai berubah menjadi sinis. Duke Trovier tersentak melihat perubahan ekspresinya.

"Keponakanku menjadi sangat berani sekarang," ucapnya. Reona hanya meliriknya sekilas dan tidak mengatakan apapun sesudahnya.

Kereta kuda terus berjalan. Sepanjang perjalanan, Cael lebih memilih duduk dengan tenang sembari memperhatikan interaksi kedua orang disebelahnya. Ayahnya yang sesekali bengong terlihat lucu dimatanya. Pemuda itu tersenyum kecil melihat sang kakak yang banyak bicara tetapi saat gadis itu mendadak terdiam tanpa sepengetahuan siapapun senyumnya luntur tergantikan dengan ekspresi yang datar. Siapapun tidak akan menyangka bahwa pemuda berwajah polos sepertinya dapat membuat ekspresi demikian.

Cael mengalihkan pandangannya keluar jendela, pikirannya menerawang jauh menembus awan, ingatannya mundur pada hal-hal yang telah lalu. Sejak kecil Cael adalah anak yang cerdas. Dia bisa mengingat dengan jelas kenangan indah bersama kedua kakak perempuannya yang tersayang.

Saat itu Reo yang bertubuh lemah dan Cael yang masih kecil hanya bisa mengandalkan Liv yang sikapnya lebih dewasa daripada usianya. Hari-hari hanya ada kebahagiaan. Beberapa tahun kemudian, Liv menikah dengan Duke wilayah utara. Semua orang bersukacita, waktu itu Cael teringat dengan ucapan Rosie yang merupakan ibu dari kedua kakak perempuannya.

'Cael sayang, kamu adalah anak laki-laki, kamu harus melindungi kedua kakak perempuanmu. Mereka mungkin terlihat kuat tetapi mereka sebenarnya sangat rapuh. Kamu menyayangi mereka bukan? Jaga mereka baik-baik!'

Saat itu Cael langsung mengangguk dengan mantap. Dia memang sangat menyayangi kedua kakak perempuannya. Reona yang tidak bisa melakukan apapun sendirian membuatnya merasa bahwa dia memiliki adik untuk dilindungi. Sedangkan, Liv yang kuat membuatnya merasa memiliki kakak yang bisa diandalkan. Cael sangat membanggakan kedua kakaknya.
Sampai hari itu datang....
Cael mengepalkan tangannya dengan erat, hatinya berkecamuk. 3 tahun yang lalu, peristiwa besar mengguncang keluarga Ashtarte membuat pondasi keluarga itu roboh hingga semua orang didalamnya terperosok kedalam jurang keterpurukan yang begitu dalam. Menantu tersayang mereka yakni Duke Meliodas Termaine dijatuhi hukuman mati karena sebuah tuduhan yang belum dipastikan kebenarannya lalu putri kedua keluarga itu, Duchess Livera Termaine yang menghadapi kematian tragis dalam perjalanan menuju kekaisaran. Situasi menyedihkan itu diperpuruk saat Kaisar mengeluarkan perintah untuk memusnahkan wilayah utara sebagai bentuk pendisplinan. Keluarga Ashtarte bertahan karena Kaisar melihat hubungan baiknya dengan Duke Trovier tetapi hal itu juga tidak membuat semuanya menjadi lebih mudah. Opini masyarakat telah mendorong keluarga itu menuju kehancuran.

Setahun kemudian, keluarga Astarte berhasil bangkit kembali tetapi itu hanyalah apa yang terlihat dari luar. Apa yang hilang tidak mungkin kembali. Kematian Liv adalah pukulan besar yang mengubah Reona secara drastis. Cael adalah orang pertama yang menyadarinya meski begitu dia justru bahagia karena berpikir bahwa kakaknya yang lemah telah bangkit sampai dia sadar bahwa dirinya tidak bisa lagi mengenali sang kakak. Lalu, disaat yang sama, dia mengetahui kebenaran tentang kematian Liv dan kakak iparnya. Dia merasa sangat marah dan bertekad untuk menghancurkan semua orang yang telah terlibat.

"Aristokrat kekaisaran? Apa kau ingin bekerja diistana sampai repot-repot mempelajarinya?"

Duke Trovier membuyarkan lamunan Cael. "Ah, ini. Aku akan menjadi perdana menteri kekaisaran," jawabnya membuat sang ayah berdecak kagum.

"Ayah pikir kau tidak tertarik dengan politik."

"Aku memang tidak tertarik tapi impianku membuatku harus mengantongi pengetahuan ini. Mau ataupun tidak," jawab pemuda itu.

Duke Trovier terlihat bingung. "Ayah tidak mengerti tapi semoga sukses dengan impianmu," ucapnya lalu mengusap pucuk kepala putranya dengan sayang.

"Duke, kita telah sampai."

"Baiklah, ayo turun anak-anak!"

THE THRONE RESERVED [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang