Chapter 26. An Offer

102 10 0
                                    

Keesokan paginya, Kaisar Ladrel baru saja bangun lalu melihat permaisuri sudah berada didalam kamarnya.

"Selamat pagi, Yang mulia!" sapanya sembari tersenyum lebar.

"Selamat pagi, Permaisuri! Apa ada hal penting sehingga anda repot-repot datang kemari?" tanya kaisar.

Permaisuri menghela napas. "Tidak bisakah aku datang menemui suamiku?" tanyanya sembari berkacak pinggang.

Sang kaisar yang masih berada diatas tempat tidurnya langsung terkekeh kemudian meminta maaf. "Ada apa, Permaisuri?" tanyanya dengan nada yang lebih lembut.

"Hanya ada kita berdua saja, Ladrel. Bicaralah lebih santai," ucap permaisuri seraya menata piring berisi makanan diatas meja makan yang ada didalam kamar tersebut.

"Anak-anak sudah dewasa tetapi kita berdua begitu sibuk hingga tidak punya banyak waktu untuk dihabiskan bersama. Aku hanya ingin setidaknya kita bisa menikmati sarapan berdua saja," sambungnya.

Kaisar hanya tersenyum mendengarkan hal itu. "Kalau begitu biarkan aku mandi lebih dulu," ucapnya sembari beranjak turun dari tempat tidur lalu masuk kekamar mandi.

Tidak butuh waktu lama hingga kaisar selesai mandi. Kini mereka telah duduk dikursinya masing-masing untuk sarapan. Permaisuri membuka topik pembicaraan dengan membahas pesta pertunangan kemarin malam.
"Semua orang antusias karena Shofia adalah seorang putri yang jenius. Aku beruntung memiliki calon menantu sepertinya," ucapnya.

Kaisar mengangguk setuju. "Sejak kecil Shofia sudah dilatih dengan keras. Ketika para putri lainnya lebih banyak menghabiskan waktu diistana, dia sudah berjuang menghadapi konflik sosial dimasyarakat yang membuat pandangannya semakin luas. Shofia memang memiliki kualitas sebagai calon ratu," jelasnya.

"Lalu, bagaimana dengan pangeran pertama?" celetuk permaisuri.

Kaisar langsung mengeryitkan alisnya. "Ada apa dengan Agares?" tanyanya dengan ekspresi keheranan.

Permaisuri menghela napas. "Tahun ini pangeran berusia 24 tahun. Dia adalah putra sulung kekaisaran. Beberapa kerajaan menobatkan putra sulungnya diusia 20 tahun bahkan ada yang diusia 17 tahun— "

"Karena mereka sudah mampu mengemban tanggungjawab yang diberikan," potong Kaisar dengan cepat.

Permaisuri merasa tidak senang dengan jawaban yang didapat. "Jadi, Agares tidak mampu?" tanyanya setengah berteriak.

"Belum dan aku yakin kau juga tau itu, Permaisuri." Kaisar tetap tenang sembari menikmati sarapannya.

"Lalu, apakah pangeran kedua mampu? Apa putramu yang telah berusaha membunuh putramu yang lain itu mampu melakukannya?" Permaisuri kembali meninggikan suaranya.

"Kenapa nada bicaramu seperti itu? Pangeran kedua adalah putramu juga," ucap kaisar. Namun, permaisuri menampiknya.

"Dia bukanlah putraku. Dia putramu, putra dari selirmu." Permaisuri menekankan setiap kata-katanya.

Kaisar yang berusaha tenang lama-lama menjadi jengkel. "Apakah ini alasan anda menemuiku, Permaisuri?" Dia menatapnya dengan tajam. Bukannya menjawab, permaisuri yang kesal menggebrak meja dengan keras lalu pergi begitu saja. Kaisar menghela napas berat kemudian memijit pelipis kepalanya yang terasa pening setelah itu bersiap-siap menuju ruang kerjanya.

"Selamat pagi, Yang mulia!" sapa Cael yang sudah lebih dulu tiba disana.

"Selamat pagi, Cael! Kau sudah menemukan sesuatu?" tanya kaisar.

Pemuda itu mengangguk lantas mengambil sesuatu dari dalam sakunya. Dia menunjukan sekelopak bunga mawar yang ditemukannya dikamar salah satu pelayan. Kaisar menatapnya heran, tidak mengerti apa yang salah dengan kelopak tersebut.

THE THRONE RESERVED [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang