Chapter 13. Duke Of East

168 14 0
                                    

Diistana timur. "Tuan penasihat sepertinya punya banyak waktu luang. Anda bahkan masih betah duduk disini hanya dengan beberapa cangkir teh dan kudapan," sindir Rudeus. Luke hanya tersenyum. Tak ingin menanggapi ucapannya.

"Lapor, Sir!" Seorang penjaga mendatangi Rudeus dengan terburu-buru. "Beberapa orang sedang menunggu didepan gerbang. Mereka ingin bertemu dengan anda," beritahunya.

Rudeus berdecak kesal. "Apa kau tidak melihat aku sedang menerima tamu? Usir mereka! Dasar bodoh!?"

"Ta— tapi salah satu dari mereka mengaku sebagai saudara anda, Pak."

Seketika Rudeus menjadi gugup. "Ka— kakak?"

"Yo!"

"Lady?"

"Halo anak manis!" sapa Reona dengan senyuman yang lebar.

"Apa yang Lady lakukan disini?" Luke tampak kebingungan. Reona hanya memamerkan cengirannya.

"Ada apa kakak datang kemari?" Rudeus berkeringat dingin. Penjaga merasa heran dengan tingkahnya.

"Rud, hentikan saja semua ini! Aku akan menarik sihir ditubuh tuan duke setelah itu akui saja semua perbuatanmu!" ucap Razel to the point.

Rudeus sontak terbelalak. "Apa yang kakak katakan? Jika aku melakukannya tuan duke pasti akan membunuhku. Kakak juga tau kepribadiannya seperti apa," ucapnya dengan cemas.

"Jangan khawatir! Itu tidak akan terjadi, dia akan membantumu." Razel menunjuk Reona. Rudeus mengeryitkan kedua alisnya. Sama halnya dengan Luke yang sedari tadi hanya menyimak.

"Memangnya siapa dia? Apa yang bisa dia lakukan?" ketus Rudeus.

"Aku akan menjelaskannya nanti sekarang bawa aku menemui tuan duke," ucap Razel. Rudeus sempat merasa ragu meski pada akhirnya dengan berat hati dia menurut.

Beberapa saat kemudian, mereka berdua kembali. Rudeus bersembunyi dibelakang kakaknya. Duke Galius Esthertove yang telah pulih berjalan didepan mereka, mukanya merah padam menahan amarah. Dia langsung memanggil penjaga untuk menyeret keluar kakak beradik tersebut, beruntung Reona menghentikannya.

"Siapa kau? Aku tidak pernah melihatmu diwilayah ini, apa kau juga bagian dari mereka?" tanya duke dengan suara yang keras menggelegar.

"Tuan duke telah salah paham. Saya Reona Ashtarte. Putri dari Count Grunge Ashtarte," ucapnya sembari menunduk dengan anggun.

"Aku tidak peduli siapa kau, aku hanya perlu tau apa kau juga bagian dari mereka atau bukan?" bentaknya.

Reona tersenyum kecil. "Anda benar-benar orang yang berisik," ucapnya mengejutkan semua orang.

"Apa kau bilang?"

"Tuan duke, tenangkan diri anda! Bagaimana saya akan menjawab jika anda terus saja berbicara?"

Duke Esthertove menjadi geram. "Katakan!"

"Baiklah. Saya tidak tau apa anda bisa mengerti. Saya bukan bagian dari mereka tapi kakak beradik itu adalah pelayan saya," jelas Reona dengan santai.

"Apa? Kakak apa maksudnya itu?" bisik Rudeus.

"Itu artinya kau yang memerintahkan mereka? Penjaga! Seret wanita ini!!" titah Duke Esthertove.

Reona berdecak pelan. "Saya sudah menduganya. Anda tidak akan mengerti." Dia merebut pedang salah satu penjaga lalu memamerkan kelihaiannya dihadapan semua orang. Diwaktu yang bersamaan, dia juga menjatuhkan para penjaga yang mendekat kearahnya tanpa melukai mereka. Aksinya tersebut membuat Duke Esthertove merasa kagum.

"Aku tidak tau jika keponakan Ruslan memiliki kemampuan berpedang yang hebat," pujinya.

"Dengan kemampuan seperti itu sepertinya aku memang telah salah mencurigaimu," lanjutnya.

Reona hanya tersenyum kecil. "Saya bisa menemani anda berlatih pedang jika anda ingin tapi ada hal yang harus saya diskusikan terlebih dahulu," ucapnya.

"Pelayan! Siapkan teh untuk para tamu!" titah Duke Esthertove.

"Baik, tuan duke."

Semua orang berkumpul diruang tamu. "Kaisar sudah menyebutkan tentang penasihat, si bodoh ini pasti menyulitkanmu!" ucap Duke Esthertove.

Luke tersenyum seperti biasa. "Saya tidak merasa kesulitan sama sekali. Terima kasih atas kekhawatiran anda," ucapnya dengan sopan.

Duke Esthertove beralih kepada Reona. "Jadi, hal apa yang ingin Lady diskusikan?"

Reona langsung to the point. "Saya ingin anda memaafkan kebodohan Rudeus lalu menerimanya kembali disisi anda."

Sang duke tersentak. "Apa yang kau katakan? Si bodoh ini telah mempermalukan diriku, dia juga menyeret perdana menteri. Aku tidak akan melepaskannya dengan mudah," ucapnya seraya melontarkan tatapan tajam.

Reona menghela napas. "Tuan duke tolong pikirkan! Bagaimanapun juga hampir seluruh penduduk wilayah timur mendukung Rudeus. Si bodoh ini memang sampah tapi dia masih bisa berguna. Anda juga tau si bodoh ini cukup cerdik dalam urusan pemerintahan," bujuknya.

"Berapa kali dia akan menyebutku bodoh, Kak?" bisik Rudeus tepat ditelinga sang kakak.

Duke Esthertove tampak berpikir selama beberapa saat. "Lalu, bagaimana jika dia melakukan kesalahan yang sama?" tanyanya.

"Saya akan bertanggungjawab," sahut Reona dengan cepat.

"Jika dia melakukan kesalahan saya akan membunuhnya tapi itu tidak akan terjadi karena Razel pasti akan mengajari adiknya dengan baik. Benar bukan?" Reo melirik sosok yang dimaksud.

Razel yang berada tepat disebelahnya sontak mengangguk. "Aku akan mewakilimu menebas kepalanya jika dia membuat ulah," jawabnya dengan tegas.

"Kakak, apa maksudmu? Kenapa kau ingin membunuhku?" rengek Rudeus yang seketika menciut setelah mendapat lirikan maut dari sang kakak.

"Kalau begitu pastikan kau membereskan kekacauan yang telah kau perbuat lalu meminta maaflah kepada perdana menteri," tegas sang duke. Rudeus langsung mengangguk dengan cepat.

"Baiklah, masalahnya sudah selesai kalau begitu saya permisi. Saya akan beristirahat terlebih dahulu," pamit Reona.

"Yah, lakukan saja apapun yang kau inginkan. Lady adalah tamuku diistana ini." Duke Esthertove mempersilahkan. Reona langsung beranjak dari posisinya.

Setelah berada didalam kamar, dia menanggalkan gaunnya lalu berdiri didepan cermin. "Sialan!" umpatnya seraya memperhatikan luka tusuk diperutnya yang telah berubah warna menjadi gelap, tanda racunnya telah menyebar. Meski tidak cukup kuat untuk membunuhnya tapi rasa sakit yang menyertainya sangatlah mengganggu. Tidak ada yang bisa dilakukan. Reo tidak punya pilihan selain bertahan dengan rasa sakit tersebut.

"Sialan kau (No.9, Penyembuh, Umerania)!" gumamnya.

THE THRONE RESERVED [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang