Keesokan paginya, Reona yang masih tertidur dengan pulas terpaksa membuka matanya setelah merasakan pergerakan kecil disebelah kirinya. Dia menoleh kesisi tersebut lantas tersenyum mendapati kesayangannya masih tertidur dengan nyenyak menggunakan lengannya sebagai bantal. Dipandangnya pemuda berwajah manis nan rupawan itu dengan lekat lalu tangan kanannya terangkat untuk mengusap pipinya dengan lembut.
"Aku bersusah payah melewati malam dan kau malah tertidur seperti bayi," gumamnya.
(Suara ketok pintu)
Pigen memanggil-manggil tuannya dari luar kamar. Reona sontak mendecak kesal. "Dasar pengganggu!" ucapnya lantas memindahkan kepala Melidas seraya menarik tangannya secara perlahan lalu beranjak turun dari tempat tidur kemudian berjalan menuju pintu.
(Suara pintu terbuka)
Reona bersandar pada gawang pintu seraya bersidekap dada. 2 kancing kemeja hitam bagian atasnya terbuka. Rambut pirang kecoklatannya tergerai sempurna. Dia menatap pria dihadapannya dengan datar. Tidak ada sikap ramah, perlakuan manis dan tatapan yang hangat karena semua itu hanya untuk candunya.
"Ada perlu apa?" tanyanya. Pigen hanya melongo ditempat lalu celingak-celinguk memperhatikan sekitarnya.
'Apa aku salah kamar? Sepertinya...tidak. Lalu, apa yang dilakukan Lady Ashtarte dikamar tuan duke? Ti- tidak, apa mereka tidur bersama? Apa mereka melakukan...itu? Wah, tidak kusangka tuan duke lebih berani dari kelihatannya.' Batinnya.
Pigen sontak menyengir. "Anu...sa- saya hanya ingin mengantar sarapan dan pakaian untuk tuan duke tapi sepertinya saya salah kamar. Hahaha...," ucapnya seraya tertawa garing.
Reona menghela napas lalu meraih nampan berisi makanan yang dibawanya. "Melidas masih tidur. Aku akan berikan nanti. Jika sudah selesai kau bisa pergi," ucapnya.
Pigen tersenyum kecut. "Ba- baiklah. Semoga hari anda menyenangkan!" ucapnya sembari berlalu pergi.
'Aku tidak tau hubungan mereka berkembang sejauh ini lagipula ada apa dengan ekspresi Lady Ashtarte. Seolah-olah ingin menelanku, wajahnya menakutkan sekali.' Batinnya seraya bergidik ngeri.
Reona meletakkan nampannya diatas meja disamping tempat tidur, melihat kesayangannya masih tertidur dengan pulas. Bibirnya mengulum senyum tipis lantas mengecup pipinya dengan lembut setelah itu pergi kekamar mandi. Melidas menggeliat kecil dalam tidurnya. Kecupan Reona membuatnya terbangun. Dia membuka matanya, menyadari dirinya dalam keadaan bertelanjang dada. Dia mengedarkan pandangannya kesekitar lantas terbengong-bengong melihat pakaiannya berserakan dilantai. Otaknya langsung memproses secara otomatis. Bersamaan dengan itu, bayang-bayang ingatan tentang apa yang sudah dilakukannya kemarin malam mencuat dibenaknya. Seketika wajahnya memerah bak kepiting rebus. Dia menutupi wajahnya menggunakan bantal.
(Suara pintu terbuka)
Reona baru saja selesai mandi. Rambut basahnya tergerai sempurna. Dia menatap candunya dengan lekat. Melidas semakin merasa malu lantas menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya. Reona sontak tertawa terbahak-bahak.
"Aku sudah melihat semuanya apalagi yang perlu disembunyikan," ucapnya seraya berjalan menuju tempat tidur.
"Omong-omong, kemarin malam kau sangat luar biasa. Aku tidak tau kau bisa seliar itu," bisiknya tepat ditelinga Melidas.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE THRONE RESERVED [ON GOING]
Fantasy⚠️ FEMALE DOM | MALE SUB Mereka bilang 'Orang pendiam adalah yang paling berbahaya'. Itu benar. Reona Vonn Ashtarte yang lemah berubah menjadi lebih kuat dari siapapun. Demi menguak misteri kematian adik tercintanya, Livera Ashtarte. Dia menghalalk...