Sore menjelang malam, permaisuri masih berada diruang kerjanya. "Ada apa, Caesar?" tanyanya setelah menyadari pria dihadapannya terlihat gelisah.
Caesar terdiam sejenak. "Menurutmu...tidakkah kita sudah bermain terlalu jauh?" tanyanya. Permaisuri sontak mengangkat sebelah alisnya.
"Shofia Constantine dan Julia Roviero, keduanya adalah tuan putri dari kerajaan besar. Jika berita tentang mereka sampai tersebar keluar, kedua kerajaan itu pastinya tidak akan tinggal diam." Caesar menggungkapkan kekhawatirannya.
"Sejak kapan kau memikirkan hal-hal yang tidak penting seperti itu?" Permaisuri menatapnya keheranan.
Pria itu sontak terkekeh. "Akhir-akhir ini situasinya begitu tenang. Aku hanya merasa sedikit tidak nyaman," jawabnya.
Seketika permaisuri tertawa. "Tidak perlu cemas. Semuanya ada dalam kendaliku," ucapnya dengan penuh percaya diri. Caesar menghela napas dan hanya bisa mempercayai ucapannya.
Malam harinya, permaisuri yang bersiap-siap untuk tidur dikejutkan oleh penyusup yang tiba-tiba sudah berada didalam kamarnya. Entah bagaimana caranya masuk hingga dirinya tak menyadarinya. Permaisuri berteriak memanggil para penjaga tapi tidak ada satupun yang merespon. Tepat disamping kirinya terdapat sebilah pedang berlapis berlian yang sengaja dijadikan sebagai ornamen ruangan. Tanpa pikir panjang, permaisuri meraihnya lalu menggunakannya sebagai senjata.
Si penyusup hanya menggunakan sebilah pisau kecil. Meski seharusnya permaisuri yang lebih diuntungkan karena pedang panjangnya itu memungkinkannya melukai lawan sembari mempertahankan jarak aman tetapi apa yang terjadi adalah sebaliknya. Berkali-kali permaisuri justru hampir kecolongan.
Siapa sangka si penyusup begitu lihai. Setiap gerakannya tidak ada yang sia-sia, langkahnya jelas dan terstruktur, serangannya pun cepat dan mematikan. Saking cepatnya, seolah-olah tampak seperti ribuan pisau yang mengarah kepadanya. Permaisuri tidak punya kesempatan untuk melancarkan serangan balik. Sejak awal dia hanya sibuk menangkis dan bertahan.
'Pola serangannya tidak asing.' Batin permaisuri.
Sedetik kemudian dia tersadar lantas mengambil jarak darinya. "Seharusnya kau sudah mati 5 tahun yang lalu tapi ternyata kau masih hidup. Apa sekarang kau ingin membalas dendam kepadaku, (No.1, Putri Duri, Geldamone)?"
Si penyusup membuka tudung kepalanya, memperlihatkan wajahnya yang sebagian tertutup oleh topeng. "Lama tidak bertemu, (No.9, Gadis Suci, Lilianne)! Bagaimana rasanya hidup menggunakan identitas orang lain? Apakah menyenangkan?" tanyanya.
Permaisuri sontak berdecih. "Jangan bertingkah sok dihadapanku, Gelda! Aku pernah membunuhmu sekali dan aku masih bisa melakukannya untuk yang kedua kalinya," ucapnya.
Geldamone menarik napasnya dalam. "Aku tidak senaif saudara-saudaraku, Lilianne. Kau juga mengetahuinya."
Permaisuri menggertakkan giginya merasa kesal. "Memangnya kenapa? Niklaus Rotdard, kakakmu itu juga bertingkah sok sebelumnya. Dia hanyalah penasihat rendahan tapi berani-beraninya mengancamku. Lalu, adikmu itu, Lili- ah maksudku, Ellia, Flowie Ellia. Gadis penyakitan sepertinya berani sekali memerintahku. Bukankah dia sangat bodoh karena menuruti semua perkataanku? Aku mengatakan padanya, 'Memegang angka 1 memerlukan banyak tanggungjawab, aku tidak ingin kau kesulitan. Aku akan menggantikannya untukmu.' Apa kau tau apa jawabannya? 'Anda sangat baik, Permaisuri. Terima kasih telah mengkhawatirkan saya.'" Permaisuri mendengus meremehkan.
"Benar-benar tolol, bukan? Mereka berdua pantas mendapatkannya," sambungnya.
"Begitupun denganmu," sahut Geldamone lalu melemparkan pisau kearahnya. Permaisuri langsung berteriak mengaduh kesakitan setelah benda tajam itu menggores pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE THRONE RESERVED [ON GOING]
Fantasía⚠️ FEMALE DOM | MALE SUB Mereka bilang 'Orang pendiam adalah yang paling berbahaya'. Itu benar. Reona Vonn Ashtarte yang lemah berubah menjadi lebih kuat dari siapapun. Demi menguak misteri kematian adik tercintanya, Livera Ashtarte. Dia menghalalk...