Bab 18

99.8K 4.6K 17
                                    

Setelah pulang dari kebun binatang Gentara pergi ke ruang belajar karena Gentara mendapat telepon yang mendesak dari Sean apalagi kalau bukan tentang pekerjaan padahal sekarang merupakan hari libur.

Naya dan Gabriel yang sudah merasa capek mereka sandaran di sofa dengan gaya dan ekspresi yang sama.

"Iyel, Papa kamu kuat banget udah kayak robot." Ujar Naya melirik Gabriel di samping nya sambil mengajukan jempol.

"Papa dari dulu pikirannya cuma kerja aja ma." Beritahu Gabriel untuk hari ini Gabriel merasa senang karena papanya ada waktu buat ngajak dia pergi bermain. Gabriel memang anak yang tidak akan manja ke papanya dia sudah biasa mandiri. "Jadi udah biasa." Lanjut Gabriel santai.

"Iyel gak usah sedih mulai sekarang karena mama akan selalu ada buat Iyel." Ucap Naya dan memeluk Gabriel dan mengusap kepalanya.

Naya menjadi rindu dengan adik-adik pantinya. "Bagaimana keadaan adik-adik panti dan ibuk panti." Pikir Naya.

Naya pengen sekali pergi ke panti asuhan tempat dulu Naya tinggal.

Naya semenjak umur enam tahun sudah tinggal di panti karena di tinggal kan ibunya dari dulu Naya tidak tahu siapa ayahnya.

Pernah Naya untuk bertanya sama ibunya yang dijawab kalau ayahnya meninggalkan Naya karena dia tidak suka anak perempuan.

Setelah Naya dewasa Naya tidak pernah memikirkan orang tuanya lagi sekarang Naya akan mengikuti alur hidupnya aja, apalagi sekarang sesuatu yang tidak pernah Naya pikirkan yaitu bertransmisi ke tubuh orang lain dan juga sudah menikah dan punya anak.

Naya melihat ke Gabriel yang nasibnya juga sama yaitu tidak mempunyai keluarga yang lengkap.

Naya berjanji Kediri nya sendiri dia akan memperlakukan Gabriel dengan baik karena Naya tahu bahwa anak-anak sangat membutuhkan orang tua.

"Gabriel juga seneng punya mama." Ucap Gabriel dan juga ikut memeluk Naya.

Naya yang sudah merasa capek nya sudah hilang mengajak Gabriel untuk pergi mandi.

"Ayok Iyel, kita pergi mandi." Ujar Naya ke Gabriel. "Iyel mau mama mandiin?." Lanjut Naya bertanya ke Gabriel.

Gabriel memang sudah biasa mandi sendiri tapi naya juga penasaran setahu Naya anak yang seumuran dengan Gabriel belum bisa mandi sendiri.

"Ayok ma." Ajak Gabriel senang walaupun dia sudah terbiasa mandi sendiri dia juga pengen merasakan dimandiin mamanya.

"Ayok iyel." Ajak Naya sambil menggandeng Gabriel menuju kamar mandi dikamar nya.

Gentara yang melihat Naya yang masuk ke kamar dengan Gabriel.

"Mau ngapain?" Tanya Gentara ke Gabriel.

"Mau mandi bareng mama." Balas Gabriel.

"Gak boleh." Bantah Gentara yang langsung di pelototi Naya.

"Kenapa gak boleh?" Tanya Gabriel. "Padahal mama yang ngajak Iyel, papa gak usah cemburu." Lanjut Iyel menjelaskan.

"Iyel, kamu anak laki-laki yang pasti sudah mengerti kalau perempuan dan laki-laki itu berbeda." Jelas Gentara.

Gabriel yakin pasti papanya cemburu kalau dia dimandiin sama mamanya.

Naya juga tahu apa maksud Gentara tapi menurut Naya dengan usia Gabriel sekarang itu juga tidak akan menjadi masalah kalau dia memandikan Gabriel.

"Hiraukan aja ucapan papa kamu, ayok mama bantu Iyel mandi." Ucap Naya dan mengajak Gabriel langsung ke kamar mandi.

Gentara cuma bisa menghala nafas dan melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.

Tidak lama Naya dan Gabriel masuk ke kamar mandi Gentara sudah mendengar suara tawa Gabriel yang ada di kamar mandi.

Gabriel di dalam kamar mandi juga merasa senang ternyata begini rasanya dimandiin seorang mama pikir Gabriel dan melihat ke arah Naya.

Tangan mama sangat lembut dan Gabriel juga merasakan bahwa kalau mamanya yang memandikan merasa lebih bersih dan wangi.

***

Malam harinya melihat Gentara yang belum masuk ke kamar Naya langsung melakukan perawatan pada wajahnya walaupun wajahnya udah cantik sampai pori-porinya juga tidak terlihat Naya merasa dia harus melakukan perawatan kulit pada wajahnya, apalagi di depan Naya, Naya melihat merek-merek perawatan wajah nya juga mahal sayang sekali kalau tidak dipakai pikir Naya.

Mendengar pintu kamar terbuka Naya cuma bisa mengabaikan dan bersikap seakan-akan apa yang dia kerjakan hal biasa bagi perempuan sedangkan Gentara yang baru mengenal akan perempuan cuma bisa menatap Naya dengan aneh.

"Sedang apa?" Tanya Gentara penasaran.

"Perawatan." Balas Naya yang masih fokus melihat cermin.

"Buat apa?" Tanya Gentara.

"Biar kulit saya halus dan gak keliatan tua." Balas Naya santai.

Gentara yang dapat balasan dari Naya mengusap wajahnya dan perhatikan Naya yang menerapkan perawatan kulit nya satu persatu.

Melihat Naya yang udah selasai Gentara langsung mengajak Naya untuk tidur "Ayok tidur, besok kita kerumah mama." Ujar Gentara mengigat besok dia harus mengajak Naya kerumah mamanya.

Naya yang sudah melupakan ucapan Gentara tadi siang merasa kembali gugup mendengar ucapan Gentara.

"Gak usah dipikirkan mama saya baik." Ucap Gentara kembali.

"Apa yang harus saya siapkan untuk menemui mama?" Tanya Naya.

"Gak ada." Balas Gentara dan mengisyaratkan Naya untuk naik ketempat tidur.

Naya yang berbaring di tempat tidur sudah deg-degan dan melirik ke arah Gentara.

Gentara langsung memeluk pinggang Naya lagi. Gentara mendapat kesenangan dengan memeluk Naya karena dengan memeluk Naya dan mencium bau Naya membuat Gentara bisa cepat tidur dan buat dia rileks.

Gentara merasakan bahwa tubuh Naya kaku.

Naya juga merasa cemas dengan ulah Gentara sebelumnya walaupun dia dipeluk Naya tidak sadar kalau dipeluk Gentara karena dia tertidur kalau malam kemarin itu juga ada Gabriel.

"Saya akan menunggu kamu siap." Jelas Gentara.

"Maaf aku gak terbiasa." Balas Naya canggung.

"Biasakan aja, karena gak akan selamanya kita kayak gini." Jelas Gentara. "Saya juga lelaki normal dan saya juga punya kebutuhan." Lanjut Gentara.

"Kalau aku membuat kamu gak nyaman lebih baik saya tidur di sofa aja." Jelas Naya yang akan beranjak.

Gentara mendengar ucapan Naya jelas tidak akan rela dia akan tidur terpisah. "Tidur." Ujar Gentara sambil memeluk Naya.

Naya yang sudah kecapean habis bermain langsung tertidur.

Melihat wajah terlelap istrinya yang tidur membuat Gentara pengen mencium Naya lagi apalagi sekarang tidak ada Gabriel di samping nya.

Akhirnya sebuah ciuman mendarat di pipi Naya yang tertidur pulas dan tidak cukup dengan itu Gentara juga mencium bibir Naya.

Melihat kelakuannya sendiri ke Naya, Gentara hanya bisa tersenyum yang jauh dari sikap dingin dan acuh tak acuh nya di tempat kerja.

Gentara juga merasakan semenjak dia  bertemu dengan Naya setelah pernikahan entah kenapa ada rasa aneh perasaan nya melihat Naya apalagi melihat Naya berkomunikasi dengan Gabriel membuat hati nya yang udah lama tidak berdetak menimbulkan perasaan aneh yang membuat dia geli sendiri.

Padahal umurnya sudah tiga puluh tapi baru kali ini dia rasakan.

Transmigrasi Jadi Istri Duda (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang