Bab 46

58.4K 2.4K 17
                                    

Walaupun sudah waktunya untuk tidur Gentara masih duduk di ruang tamu yang di temani Alvin yang menggodanya karena Naya masih tidak membiarkan dia untuk dekat dengannya.

"Ahaha." Tawa Alvin yang masih belum pulang kerumahnya karena masih beta meledak Gentara yang tidak diperbolehkan oleh Naya masuk ke kamarnya. "Anak Lo keren masih dalam perut ibunya aja udah benci sama Lo." Lanjut Alvin meledek Gentara yang disertai tawa.

"Diam Lo." Ucap Gentara yang kesel. "Pulang." Lanjut Gentara menunjukkan pintu keluar.

"Santai dong Lo, gue masih mau menikmati kesengsaraan Lo." Ledek Alvin ke Gentara. "Lagian Lo, udah mau punya anak dua aja masih gak tahu kalau istrinya hamil." Lanjut Alvin.

Gentara yang malas meladeni Alvin cuma memutar matanya males.

"Mamanya Gabriel mana? Gue gak mau karena istri Lo yang pertama Lo harus bertengkar dengan Naya apalagi sekarang Naya sedang hamil anak Lo." Jelas Alvin serius.

"Di luar negeri." Balas Gentara. "Gabriel bukan anak kandung gue." Lanjut Gentara memberitahu Alvin karena Gentara juga merasakan bagaimana Alvin peduli dengan Naya.

"Apa?" Tanya Alvin kaget.

"Gabriel anak teman gue yang sekarang sudah menjadi anak gue dan Naya dan gak ada yang akan bisa merebut Gabriel dari gue walaupun keluarga asli Gabriel sendiri." Jelas Gentara santai.

"Baguslah kalau gitu." Balas Alvin yang tidak bertanya lebih ke Gentara.

Gentara yang tidak sabar pengen ketemu Naya langsung naik ke atas menuju kamarnya yang ditiduri Naya.

"Mau kemana Lo?" Tanya Alvin melihat Gentara.

"Tidur." Balas Gentara dan tidur berjalan ke kamar Nya.

Alvin yang melihat Gentara yang sudah pergi langsung pulang dari rumah Gentara dan masih banyak waktu melihat Naya dan Gabriel pikir Alvin.

Gentara yang masuk ke kamar melihat Naya yang sudah tidur, sampai dekat Naya Gentara mencium kening Naya dan juga mengusap perut Naya yang masih datar.

"Kalau kamu lahir gak akan papa berikan kamu dekat-dekat sama istri papa." Ucap Gentara mengancam anaknya yang masih diperut Naya.

Setelah itu melihat Naya yang tidur Gentara langsung tidur di samping Naya seperti biasanya Naya tetap mencari kenyamanan dipelukan Gentara setelah merasakan ada Gentara disampingnya.

"Walaupun kamu bangun gak suka bau mas tapi kalau tidur tetap aja kamu memeluk mas." Ucap Gentara yang senang dan mencium pipi Naya dan menggelengkan kepalanya lucu melihat Naya.

Gentara gak nyangka di umurnya yang ke 30 dia akan memiliki anak dengan wanita yang dicintainya.

"Terimakasih sayang." Ucap Gentara sebelum memejamkan matanya dan ikut tidur dengan Naya.

Bangun pagi harinya Naya dibangunkan karena ingin muntah dan Naya langsung beranjak dari tempat tidur pergi ke kamar mandi.

Mendengar suara muntahan dari kamar mandi Gentara juga terbangun dan melihat Naya tidak ada disampingnya.

Melihat Naya yang sedang muntah Gentara mengusap punggung Naya dan membantu Naya keluar dari kamar mandi setelah selesai muntah.

"Minum Nay." Ucap Gentara menyerahkan air putih ke Naya yang lemas. "Nanti siang kita akan pergi ke dokter kandungan supaya gak tersiksa lagi." Lanjut Gentara yang merasa kasihan melihat Naya yang tersiksa karena hamil.

"Gak apa-apa mas, ini memang biasa sebagai ibu hamil." Ujar Naya yang tidak lagi merasa mual berada di dekat Gentara. "Aku akan menikmati proses selama kehamilan aku, mas jangan cemas." Lanjut Naya tersenyum ke Gentara.

"Makasih sayang sudah mau mengandung anak mas." Ucap Gentara memeluk Naya. "Kamu gak mau kasih tahu sama Dava dan keluarga nya?" Lanjut Gentara bertanya.

"Mas kan tahu kalau aku bukan Naya yang asli aku belum berani hubungi mereka semenjak aku menikah dengan mas mereka juga belum ada menghubungi aku." Kasih tahu Naya.

"Mereka orang baik Nay mereka pasti juga akan suka sama kamu." Ucap Gentara.

"Ya udah mas, aku akan kasih tahu mereka." Jelas Naya yang juga menghormati keluarga Naya yang asli.

"Kamu harus siap-siap kalau mereka kembali ke Indonesia." Ucap Gentara yang tahu kalau Dava peduli dengan Naya walaupun dia tidak sering menghubungi Naya, Gentara tahu alasannya karena kalau Dava menghubungi Naya pasti Dava akan langsung pulang ke Indonesia. "Kamu harus menghadapi kelurga Naya sayang." Lanjut Gentara.

Sebenarnya Dava tetap memaksa Naya untuk ikut dengannya ke luar negeri walaupun Naya tidak mau tapi Gentara juga memaksa Dava untuk menitipkan Naya kepadanya dan Gentara tidak membiarkan Dava untuk membawa Naya pergi.

Takut Naya akan meninggalkannya Gentara waktu itu dengan berani Gentara mengatakan ke Dava kalau dia ingin Dava menikahi sepupu nya dengan dia walaupun sempat ditolak oleh Dava karena dia mempunyai Gabriel.

"Iya mas." Ucap Naya dan memeluk Gentara dari samping.

Siang harinya Gentara dan Naya pergi ke rumah sakit menemui dokter kandungan.

"Silahkan berbaring buk." Ucap dokter tersebut menyuruh Naya untuk berbaring di bangsal rumah sakit untuk diperiksa.

Saat Naya melakukan pemeriksaan Gentara selalu menggenggam tangan Naya yang sedikit cemas.

Dokter yang melihat itu hanya tersenyum dan juga ikut bahagia melihat Gentara yang begitu peduli dengan Naya.

"Sudah selesai." Ucap dokter tersebut setelah melakukan beberapa pemeriksaan ke Naya.

Gentara dengan sigap membantu Naya untuk bangun dan membantu Naya berjalan keruangan dokter.

"Kehamilan ibuk baru enam minggu." Ucap dokter. "Tidak ada yang masalah dengan kehamilan ibuk." Lanjut dokter tersebut.

"Dok, kenapa istri saya selalu muntah-muntah?" Tanya Gentara.

"Gak masalah pak, biasanya itu akan terjadi selama tiga bulan dan harap-harap hati-hati ya pak karena dengan usia kandungan yang belum tiga bulan rentan akan keguguran." Jelas dokter tersebut.

"Apa yang harus aku perhatikan dok?" Tanya Naya.

"Ibuk harus perhatikan pola makannya ya buk dan juga sekali sebulan silahkan melakukan pemeriksaan kedokteran biar tahu perkembangan bayinya." Jelas dokter tersebut yang di anggukkan Naya. "Owh iya pak, jangan melakukan hubungan dengan istrinya sebelum usia kandungan tiga bulan ya pak." Lanjut dokter tersebut ke Gentara.

"Iya dok." Ucap Gentara yang sudah pengen membeli buku tentang kehamilan supaya paham apa yang harus dia lakukan ke Naya. "Setelah tiga bulan berarti gak masalah kan dok?" Lanjut Gentara bertanya dengan serius.

Naya mendengar pertanyaan Gentara mencubit pinggang Gentara dan memelototi Gentara.

"Gak masalah pak, tapi dikurangi dari pada biasanya berhubungan ya pak dan gak boleh sering-sering." Balas dokter tersebut tersenyum melihat Naya dan Gentara.

Gentara mendengar jawaban dokter cukup senang sedangkan Naya wajahnya sudah memerah mendengar jawaban dokter.

"Untuk mengurangi mual-mual ibuk bisa makan asam-asam." Ucap dokter ke Naya. "Dan saya juga sudah meresepkan beberapa obat untuk ibuk dan bisa di ambil di apotek." Lanjut dokter tersebut.

"Baik dok, terimakasih." Balas Naya.

Selesai dari rumah sakit Gentara menyuruh Naya untuk mengasih tahu Dava tentang kehamilannya yang di turuti Naya dan langsung mengirim pesan ke Dava.

"Mas, aku udah janji ajak Gabriel hari ini ke toko." Beritahu Naya setelah keluar dari rumah sakit.

"Gak usah ke toko, kamu langsung mas antar aja pulang ke rumah mama ." Ucap Gentara yang tidak memperbolehkan Naya pulang kerumahnya. "Kamu harus patuh, kamu lagi hamil." Lanjut Gentara yang tidak ada penolakan bagi Naya.

Mama Gentara menyuruh Naya untuk tinggal seminggu dirumahnya karena takut terjadi apa-apa ke Naya.

"Iya mas." Ucap Naya pasrah dan merasa bersalah dengan Gabriel. "Terus Gabriel." Lanjut Naya.

"Nanti biar mas yang ngomong sama Gabriel." Jelas Gentara dan menjalankan mobilnya ke rumah orang tua nya.

Transmigrasi Jadi Istri Duda (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang