𝐊𝐚𝐭𝐚𝐫𝐢𝐧𝐚 𝐄𝐥𝐞𝐚𝐧𝐨𝐫 lahir sebagai ancaman terbesar bagi dunia iblis, 𝑎 𝑐𝑢𝑟𝑠𝑒 𝑣𝑒𝑖𝑙𝑒𝑑 𝑖𝑛 𝑚𝑜𝑟𝑡𝑎𝑙 𝑓𝑜𝑟𝑚. Hidupnya hancur dalam sekejap saat 𝑅𝑒𝑑 𝑀𝑜𝑜𝑛 𝐸𝑐𝑙𝑖𝑝𝑠𝑒 mengungkap kebenaran mengerikan: ayahnya adalah...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jeano berniat mengunjungi Katarina hari ini, mengingat gadis itu masih belum sadarkan diri. Bersama Grossvenor dan rekan-rekannya, Jeano memiliki janji untuk melihat kondisi Katarina. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat kekacauan yang terjadi di sekelilingnya. Para pelayan berlarian panik, dan suasananya tampak sangat kacau
Aeros, yang sedang membantu salah satu pelayan yang terjatuh, mengerutkan kening. "Kau baik-baik saja?" tanyanya, sementara pelayan itu mengangguk ragu-ragu. "T-terimakasih, Tuan" jawabnya dengan nada gemetar
"Jadi, sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Aeros, mencoba mencari penjelasan. Pelayan itu mendongak dengan wajah ketakutan. "N-nona Eloraa..."
Edgar mengeraskan rahangnya. "Apa yang terjadi pada Eloraa?!" tanyanya dengan nada marah dan cemas
Helena menatap ke depan, melihat keadaan di mansion Eloraa yang benar-benar kacau. Orang-orang berlarian menjauh dari arah ruangan Eloraa. "apa yang dilakukan para pengawal?!" teriak Edgar, merasa frustrasi. Ia segera berlari menuju ruangan Eloraa, diikuti oleh teman-temannya
Ketika mereka tiba, betapa terkejutnya mereka melihat ruangan Eloraa yang sangat berantakan. Helena menutup mulutnya untuk menahan kekagetan. "Di mana Eloraa?" tanyanya dengan cemas
Jeano melirik ke sekitar ruangan, mencari-cari keberadaan Eloraa. Matanya tajam menilai situasi. "Akhh" desisnya ketika ia akhirnya melihat Eloraa dalam posisi yang membahayakan
"EL?!" seru Jeano, terkejut melihat Eloraa terpojok. Eloraa tampak menahan napasnya, tubuhnya bergetar ketika mata pedang Katarina hampir menyentuh lehernya. Jeano tidak pernah menyangka situasi bisa menjadi begitu menegangkan, terutama karena kemarin Katarina masih terbaring tak sadarkan diri
Ketegangan di udara semakin memuncak. Semua mata tertuju pada Katarina, yang tampak menatap mereka dengan kosong. Namun, sedikit demi sedikit, tangannya mulai bergetar. Melihat kesempatan ini, Jeano dan Edgar perlahan maju, berusaha mencari cara untuk menenangkan Katarina
"Kate, tenanglah. Dengarkan aku" kata Jeano dengan lembut, mencoba meredakan ketegangan. "Kami tidak ingin ada yang terluka di sini, jadi tolong turunkan pedangnya. Kau juga tidak ingin menyakiti Eloraa, kan?"
Katarina masih menatap mereka dengan penuh kebingungan, matanya penuh keraguan. Pedangnya terus menekan leher Eloraa
"Kate, come on, don't do that. Please, let her go" pinta Leo dengan penuh kekhawatiran, menatap adiknya dengan cemas
"Aku tidak tahu siapa kalian. Jika kalian mendekat lagi, dia akan merasakan akibatnya" ancam Katarina dengan nada dingin
"Baiklah, baiklah. Tolong turunkan pedangmu dulu" kata Edgar dengan hati-hati, merasa cemas bahwa Eloraa bisa terluka jika Katarina melanjutkan