EPS 17

119 10 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim..
Assalammualaikum..
Selamat membaca
.
.
.
.

Teriakan di telinga desthia mampu membangunkannya.

"Woyy.... Bangun.... Tahajjud!" Teriak salah satu teman sekamar nya desthia, yaitu dini.

Desthia duduk dulu untuk mengumpulkan nyawanya.

"Lama ih.. aku tinggal ya!" Kesal Dina yang sedari tadi menunggu kedua temannya di luar kamar.

"Tunggu na... Jangan ditinggal!" Teriak Dini yang masih di dalam kamar.

"Des bangun lah cepet... Lama amat sih?" Kesal dini yang sedari tadi menunggu temannya yang hanya terdiam linglung.

Dengan berat hati plus mata nya juga masih berat, desthia terpaksa bangun dan masuk ke dalam kamar mandi untuk mengambil wudhu.

Setelah selesai mengambil wudhu, ia memakai mukenanya.

Mereka bertiga berjalan beriringan menuju masjid. Kalo soal Dita, gadis itu sudah lama sakit dan di bawa pulang sementara ke rumah orangtuanya sampai sembuh kembali.

Dugaan dina benar, ternyata mereka sudah telat, mereka ber tiga langsung buru buru masuk ke dalam masjid, untung imam baru takbiratul ihram, jadi tidak ketinggalan banyak.

Setelah selesai sholat tahajjud, dilanjutkan dengan tadarus Al-Qur'an sembari menunggu adzan subuh.

Ada sepasang mata yang menatap desthia dengan tatapan tidak suka, yang tak lain adalah ustadzah nur.

Keamanan yaitu Ustadzah Kinan menghampiri ketiga gadis yang tadi telat.

"Setelah sholat subuh, temui saya di ruangan ustadz ustadzah!" kata ustadzah Kinan dengan nada tegas, belum sempat ke tiganya menjawab, ustadzah kinan sudah kembali ke tempat nya.

"Mampus" gumam desthia. Dini yang mendengar itu langsung memukul bibir desthia tanpa aba aba.

"Bangsat!" Teriak gadis itu spontan yang berhasil menjadi pusat perhatian santriwati serta ustadzah, bahkan sampai terdengar di shaf Ikhwan.

Desthia langsung menutup mulutnya saat ia sadar sudah mengatakan hal yang seharusnya ia tidak ucapkan.

"Kamu sih din... Ah! Jadi aku ngeluarin khodam aku" ucap desthia kesal pada temannya ini.

"Heh kamu!" Teriak ustadzah nur menunjuk ke arah desthia.

Desthia menghela nafas panjang, ia sudah tebak pasti ustadzah nur akan memarahinya habis habisan.

"Kenapa?" Tanya desthia dengan polosnya, bukan polos melainkan pura pura polos, seakan tidak terjadi apa apa.

"Dengan lantang nya kamu berbicara kasar seperti tadi?! Hah!" Tegas ustadzah nur, desthia hanya memutar bola mata malas.

"Hm, maaf" ucap desthia dengan entengnya.

"Bener bener ya... Kamu harus di beri pelajaran!" ucap ustadzah nur geram dengan santriwati seperti desthia ini.

"Mau pelajaran apa ustadzah? Ipa? Ips? Mtk? B sun? B ind? B ing? Prakarya? Seni budaya? Kimia? Sosial? Oh, kitab? Boleh tuh ustadzah, soalnya saya udah nguasain itu semua" balas desthia dengan wajah tak berdosa.

Sincere love Gus Fathir Al BashirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang