EPS 19

111 11 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim, assalammualaikum Warahmatullahi wabarakatuh.
Apa kabar? Semoga sehat yaa...
Selamat membaca

"Anti, zaujaty... Hati saya dipenuhi dengan nama kamu, tidak ada nama wanita lain selain kamu dan ummi."

~Fathir Al - Bashir~

.
.
.
.


Setelah keluar dari ndalem, desthia kembali ke asramanya. Sudah sampai di depan kamar, ia langsung masuk akan berniat mengomel kepada kedua temannya itu, karena bisa bisanya mereka berbohong.

Saat sudah didalam, desthia terkejut akan kehadiran temannya yang sudah lama sakit, kini sudah berada kembali dikamar asramanya. Desthia langsung berlari dan memeluk tubuh temannya itu, sampai sang empu terkejut.

"Ditaa!!! Omaigat omaigat!! Gue kangen banget sama elo tauu... Lama banget sakitnya!!! Betapa tersiksanya aku ditinggal kamu dan hidup bersama kedua teman kita yang random dan selalu membuat ulah!! Aku jadi dihukum karena mereka tauu!!!" Ia memeluk temannya sangat erat, yang dipeluk sudah kehabisan nafas. Dilepaslah pelukan maut itu oleh temannya yang bernama Dita itu, jika tidak di lepas? Sudah dipastikan nyawa Dita melayang.

Dita menarik nafasnya dan menghembuskannya. "Desthia?! Kamu mau bunuh aku? Apa gimana, ini? Aku baru sembuh dari sakit, kamu malah nambah aku sakit, bukan nambah tapi mau bunuh ini, astagfirullahaladzim" ucap dita seraya beristighfar, yang dimarahi hanya menyengir seperti kuda.

"Maaf, habisnya aku kangen banget sama kamu... Kamu tau gak? Selama kamu sakit, aku itu menderita karena dina sama dini," ujar gadis itu dramatis. Tidak segampang itu Dita mempercayai ucapan temannya ini, karena Dita tahu, yang membuat menderita desthia adalah diri desthia sendiri.

"Tidak boleh suudzon wahai ahli kubur, yang menderita disini itu saya!" Sahut seseorang yang baru saja masuk ke dalam kamar asrama.

Lantas, Dita dan Desthia melihat siapa pemilik suara itu, ternyata itu adalah dini. Gadis sebaya desthia itu menghampiri mereka. "Dita, mohon jangan percaya sama ahli kubur ini, yang buat menderita itu desthia, masa dia bangun telat, terus kita yang kena marah keamanan," ucap dini memberi penjelasan kepada dita.

"Eh?! Enggak yah?!! Salah siapa tetep bangunin aku?! Kalian jadi dimarahin, kan? Salah siapa coba? Hah?!" Sewot desthia tidak terima.

Sama sama tidak mau kalah, dini langsung membalas ucapan temannya itu. "Kalo aku gak bangunin, udah pasti kamu yang dihukum! Harusnya kamu itu berterima kasih sama aku sama Dina, bukan malah dituduh kalo kita yang buat kamu menderita! Dasar! Ning Abal abal!" Ucap dini. Perdebatan ini tidak sekali dua kali, tapi seringkali. Tapi mereka tidak membawanya ke hal yang serius.

Lelah rasanya menjadi Dita yang masih Waras, harus menghadapi tingkah ketiga temannya yang selalu membuat nya pusing. "Udah? Udah berantemnya? Kalo mau lanjut, ke lapangan aja sana, tempat nya pas buat berantem, sekalian jambak jambakan, sekalian bawa pisau satu satu, langsung aja ke Rahmatullah!" Baru saja dita sembuh dari sakitnya, saat pulang ke pesantren malah mendapat hadiah yang membuat dirinya kembali sakit kepala dengan teman temannya.

Mendapatkan Omelan itu membuat mereka berdua menunduk bak anak kecil yang sedang dimarahi ibunya. "Minta maaf, udah bentak kalian... Sekarang kalian maaffan," suruh Dita kepada keduanya.

Sincere love Gus Fathir Al BashirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang