Asap dari secangkir kopi melambung ke atas, jam makan siang sudah lewat satu jam yang lalu, tapi tidak apa. Bagi pekerja keras seperti mereka bukanlah masalah, dan disinilah Zeke dan Petra sedang menghabiskan waktu bersama, setelah urusan mereka tadi selesai Petra menawarkan diri untuk mengajak Zeke pergi makan siang. Tak ada niat apapun, yang ia lakukan hanya ajakan murni sekedar ingin menjalin pertemanan saja karena bagi Petra, Zeke adalah orang yang baik. Seharusnya dia meminta izin terlebih dulu kepada suaminya, tapi Petra mengurungkan niat tersebut karena ia pikir pasti Levi tidak masalah dengan itu semua, karena ini hanya sekedar makan siang biasa.
"So, Zeke ceritakan tentang dirimu." Petra membuka pembicaraan selagi ia menyantap makannannya. Zeke menyesap kopinya sedikit sebelum memulai topik pembicaraan tersebut.
"Latar belakangku sama sekali tidak menarik. Kedua orang tuaku sudah bercerai, ayahku sudah menikah lagi, dan aku hanya tinggal bersama ibuku." jawabnya seakan tidak tertarik dengan latar belakang miliknya sendiri. "Tidak ada yang spesial."
"Oh maaf aku sama sekali tidak bermaksud untuk membuatmu sedih."
"Bukan masalah yang besar, aku sudah terbiasa."
"Tapi hubunganmu dengan ayahmu baik-baik saja kan?"
Zeke angkat bahu. Jujur saja sebenarnya Zeke tidak peduli lagi dengan ayahnya itu apa lagi selama menikah dengan ibunya mereka sering bertengkar, baginya alasan karena tidak pernah saling mencintai adalah hal yang bodoh yang pernah mereka katakan. Menikah hingga puluhan tahu dan memiliki anak lalu ketika berpisah mengatakan hal tersebut. Maka dari itu Zeke tidak mau terlalu peduli dengan ayahnya lagi. Juga tidak mau mencari tahu alasan yang konkrit atas perceraian mereka, entah ayahnya selingkuh atau murni mereka tidak bisa bersama lagi. Intinya sekarang Zeke hanya punya satu tujuan yaitu membuat ibunya bahagia.
"Entah bagaimana mengatakannya, tapi setelah mereka resmi bercerai aku tidak pernah menghubungi ayahku lagi. Bahkan menghadiri pernikahannyapun aku tidak."
Petra merasa tidak enak, mendengar latar belakang Zeke barusan. Meskipun pria itu sudah tumbuh besar menjadi orang dewasa ia yakin sekali bahwa setidaknya Zeke sedih atas perceraian tersebut. Petra tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika hal tersebut terjadi pada dia dan juga Levi. Petra berjanji jika nanti keluarga mereka sudah lengkap dengan kehadiran buah hati mereka, ia akan berhenti berkerja dan lebih memilih untuk menjadi ibu rumah tangga dan istri yang ada untuk keluarganya.
"Kau tidak perlu menatapku seperti itu. Aku saja tidak mau ambil pusing atas apa yang telah terjadi, mungkin itu sudah takdir tuhan pernikahan mereka hanya sampai disini saja."
"Kau benar Zeke. Untukku yang sudah menikah dan menjalin rumah tangga selama enam tahun aku takut sekali hal tersebut menimpa rumah tangga kami. Aku tidak bisa membayangkannya, aku tidak rela"
"Kau percaya suamimu? Bahwa pria itu tidak akan bermain dibelakang?"
Petra tertawa, "Apa yang kau katakan Zeke? Levi bukanlah orang seperti itu. Dia sangat mencintaiku."
"Dulu ibuku juga pernah berkata seperti itu tentang ayahku, tapi lihatlah mereka sekarang? Bercerai."
Petra menyesap tehnya sebentar, "Ibumu dan aku itu berbeda. Juga ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan rumah tangga orang tuamu." ucapnya dengan penuh penekanan.
Berbeda dengan Zeke pria itu mengulas senyuman dengan bersedekap. Tidak tahu saja Petra bukti apa yang sedang ia pegang saat ini, wanita itu beruntung karena Zeke belum mau mengeluarkan bukti tersebut, bahkan Zeke bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika Petra mengetahui foto tersebut.
"Terserah kau saja, aku hanya ingin mengatakan bahwa seharusnya kau berhati-hati. Namanya rumah tangga itu pasti ada aja badai, dan juga tidak salamanya mulus terus."
KAMU SEDANG MEMBACA
NO REGRET
RomanceDisaat cinta mulai diuji dengan kedatangan orang baru sedangkan Levi terus berusaha keras untuk mempertahankan rumah tangganya. Namun hati ini sudah terlanjur jatuh mencintai wanita yang datang dititik terendah, sedangkan dunia memandang wanita ters...