10 | With You

92 12 1
                                    

[Name] menghela nafas panjang setelah mengunci pintu apartementnya, kedatangannya langsung disambut hangat oleh Louis, kucing manis itu menggosokkan tubuhnya ke kaki [Name]. Lantas ia berjongkok untuk mengelus kepalanya, "Kau sangat rindu padaku ya?" yang dilakukan oleh kucing itu hanya menatapnya sambil mengeong seolah dia mengerti akan pertanyaan itu.

"Baiklah.. Ayo isi mangkuk kosongmu itu" mereka berduapun berjalan bersama kedapur, dilihatnya bahwa mangkuk untuk Louis minum sudah hampir habis, [Name] mengisinya kembali dengan air segar tak lupa memberikan makan malam untuk Louis.

Setelah selesai memberi majikan makan, [Name] melepaskan beberapa kancing kemejanya sembari mengacak rambutnya asal, hari ini rasanya dikeroyok oleh banyak orang pinggangnya benar-benar lelah akibat seharian duduk didepan laptop. Ia melirik handphone yang terdapat balasan dari Erwin, sebelum ia membalas dan menghubungi Erwin, [Name] memutuskan untuk mandi terlebih dahulu agar badannya terasa jauh lebih segar.

Rutinitas [Name] setiap mandi yaitu mendengarkan musik, baginya mandi sambil mendengarkan musik adalah suatu meditasi dibawah guyuran shower bersenandung kecil dengan lagu favoritnya membalikan moodnya kembali, seperti mengisi batrai yang hampir saja kosong.

Setelah selesai, [Name] mengambil handuk lainnya untuk mengeringkan rambut, tak butuh waktu lama ia hanya mengambil baju over-sized dan celana tidur pendek, dengan menggulung tinggi rambut basah dengan handuk jarinya sembari mencari nomor si pirang. 

Seperti biasa pria itu pasti mengangkat telponnya dengan cepat, [Name] tersenyum geli saat pria itu sudah tersenyum lebar sekali bahkan kamera itu berada dekat dengan wajahnya menampilkan dua alis yang tebal. 

"What is it blonde hair?" [Name] berjalan kedapur sambil membawa Erwin bersamanya. 

"Aku menunggumu lama sekali"

"Hm benarkah?" ia menjawab sambil mencari bahan yang bisa ia masak didalam kulkas. Sepertinya tidak ada yang menarik hanya ada dada ayam dan juga sosis, mungkin ini bisa menjadi makan malam yang enak. Maka dengan begitu ia mengeluarkan bahan-bahan tersebut dan segera mengolahnya. 

Disana Erwin memangku dagu asik memerhatikan [Name] yang sibuk dengan bahan-bahan masakannya, "Iya.. Aku sempat berpikir bahwa kau diusir lagi"

Ucapannya menarik perhatian [Name] kemudian ia menunjuk Erwin dengan pisau ditangannya, "Jika aku di usir lagi aku akan membunuh pria itu!"

"Wow.. Easy princess" katanya sambil tertawa.

[Name] melirik pisau itu lalu tertawa, "Maaf, tapi syukurlah semuanya berjalan dengan baik sekali, meskipun pekerjaannya banyak banget"

"Tidak apa-apa.. Namanya juga berkerja"

[Name] berhenti sebentar sambil berpikir. "Kau tahu.. Sepertinya cita-citaku bukan lagi menjadi wanita yang mandiri, sukses dan juga kaya raya"

Erwin ingin sangat tertawa, apa lagi yang dipikirkan wanita ini dalam otaknya, meskipun begitu ia tampak penasaran. "Lho kenapa? Bukannya menjadi wanita kaya raya menjadi nomor satu di list yang kau tulis?"

"Kau tidak salah, tapi sepertinya aku akan mengganti list itu dengan.. Bercita-cita menjadi istri orang kaya" ucap [Name] sangat serius sekali dengan kedua tangannya di pinggang.

Lantas Erwin tertawa tak habis pikir dengan perkataan [Name] barusan.

"Hey aku serius!" ia menghentakkan kaki kanannya. Erwin menyeka air mata, ia berusaha untuk berhenti lalu sebelum kembali berucap ia mengambil nafas panjang.

"Kalau begitu cita-citamu, itu artinya aku bisa menjadi salah satu calon suamimu" Erwin menatap serius [Name] yang bungkam seketika.

Tapi tak lama, tawa [Name] mengudara perkataan Erwin seakan menggelitik perutnya, namun pria itu tak bergeming wajahnya masih serius. "Aku sama sekali tidak pernah membayangkan kalau suatu saat nanti kita menikah.."

NO REGRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang