16 | Little Accident

123 14 15
                                    

Suara tangisan semakin nyaring terdengar, nafas ikut tak beraturan karena bertabrakan dengan rasa amarah yang menggejolak didalam hati. Tangan mengusap punggung ringkih harap agar bisa membantu menenangkan wanita yang sedang menangis namun sepertinya tangisan itu semakin terdengar begitu terpukul.

"Levi bahkan sama sekali tidak mau mengakui bahwa dia bertemu dengan wanita itu! Sejak kapan Levi mau hang out sama Hange sedangkan wanita itu saja suka membuat dia kesal!"

"Petra tenangkan dirimu, bukankah sudahku katakan bahwa kau harus bersikap biasa saja?"

"Bagaimana mungkin aku biasa saja, jika suamiku bertemu dengan wanita lain. Apa lagi wanita itu yang sedang membuatku cemas!"

"Ini baru bukti pertama, dan itu masih belum cukup. Jika kau mengacau sekarang, rencana kita akan gagal."

Petra mendengus kasar apa yang dikatakan Zeke rasanya ingin membuat kepalanya meledak saat ini juga, ia mengusap kasar air mata yang terus jatuh membasahi pipi. Ketika mendapat panggilan dari Petra tadi Zeke langsung segera datang untuk menenangkannya, dan benar saja ketika ia baru saja sampai mata wanita itu sudah sangat bengkak karena menangis sedari tadi. Bukankah ini pemandangan yang indah untuk Zeke? Benar adanya, padahal baru bukti itu yang ia tunjukkan.

"Jadi harus menunggu berapa lama lagi untuk kita mencari tau tentang wanita ini? Aku tidak mau dia bergerak lebih jauh Zeke"

"Iya Petra aku tau, tapi satu bukti tidak cukup sama sekali. Kita harus punya bukti yang lain."

Zeke diam sesaat untuk berpikir cara apa untuk mendapatkan bukti yang lain agar bisa menguatkan bahwa mereka berdua memang benar adanya bahwa sedang bermain dibelakang. Bagi Zeke melihat Petra seperti ini adalah hasil yang bagus, dan itu artinya apa yang dia lihat sesuai dengan harapannya.

"Petra, lebih baik kau pergi ke kantor Levi dan mengatakan maaf karena sudah bertingkah seperti ini."

Petra menatap sinis ke arah Zeke, dengan keadaan hati yang sedang kacau dia harus datang kesana dan bertemu dengan [Name]? Jujur saja itu bukan rencana yang baik, Petra bisa semakin kehilangan kendali jika dia melihat [Name].

"Apa tidak ada cara lain? Aku sedang tidak mau bertemu dengan Levi."

Zeke menggeleng. "Kau harus kesana, jika tidak kau akan memperkeruh semuanya."

Petra menghela nafas panjang, pada akhirnya diapun mengangguk setuju meskipun sekarang saat ini suasana hatinya sedang bertolak belakang, mengingat kesehatannya sedang menurun Petra mengambil beberapa obat miliknya dari dalam tas dan segera meminumnya guna untuk memberikannya kekuatan untuk melanjutkan hari. Setelah melihat Petra merasa cukup tenang, Zeke pamit karena dia juga harus lanjut berkerja.

"Ingat pesanku Petra. Jangan mengacau" kata Zeke sebelum dia benar-benar keluar dari ruangan Petra.

"Aku tau! Akan aku hubungi kau lagi nanti."

Zeke mengangguk dan berjalan keluar, disaat ia keluar pria itu tanpa sengaja menabrak Gunther asisten pribadinya Petra. Meski mengucap kata maaf tapi ia yakin sekali setelah itu Zeke tersenyum licik juga ekspresi wajahnya terlihat begitu senang. Sangat berbeda dengan Petra, ketika ia masuk wanita itu sedang menyandarkan kepalanya dikursi terlihat begitu letih. Entah apa maksudnya tapi Gunther sungguh menaruh curiga kepada Zeke.

°°°°

Sudah setengah hari namun Levi masih tertidur, dan selama itu pula [Name] menemaninya. [Name] bahkan tidak mengetahui bahwa Levi tidak sepenuhnya tidur dengan nyenyak bahkan Levi juga tidak pernah tau kapan terakhir dirinya bisa tidur dengan pulas, tenang, dan mengistirahatkan tubuh dan pikiran dengan benar. Tapi sepertinya itu tak akan pernah ia rasakan kembali mengingat keadaan disekitar semakin membuatnya gila. Perlahan Levi membuka mata, dan menoleh kesana ke arah [Name] yang masih sibuk dengan pekerjaan tidak menyadari dirinya sudah bangun. Satu hal yang ia sadari bahwa sakit kepalanya sudah hilang sepenuhnya, selama ini tak ada obat yang bekerja dengan baik padahal dia baru meminum satu kali.

NO REGRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang