Makan siang kali ini berbeda dari pada sebelumnya, karena biasanya entah dia makan sendiri atau bersama Reiner dan Berthold. Dua orang yang sudah di anggap seperti keluarga sendiri membuat hati menghangat, Erwin menggeser makanan yang [Name] pesan. Benar sekali, pria itu duduk disampingnya sedangkan ayahnya duduk didepan mereka berdua.
"Sushi disini jauh lebih enak dari pada di Amerika kan?" tanya sang ayah.
Erwin tertawa mengangguk setuju. "Tentu saja, bahkan ukuran mereka lebih besar dan banyak disini."
"Jadi, kapan pindah kesini?" [Name] bertanya sambil menuangkan kecap asin disalah satu piring kecil.
Erwin mengunyah sushi sambil berpikir, setelah ia menelan makanannya baru dia menjawab. "Rencanaku ingin langsung pindah kesini setelah pelantikannya selesai. Karena sebenarnya aku sudah mendapatkan panggilan di salah satu rumah sakit disini"
"Hey! Bagus dong kalau begitu" seru [Name] menyuapi sushi kedalam mulutnya.
"Tunggu apa lagi, langsung pindah saja kesini nanti"
Erwin mengangguk. "Iya pa, akan aku usahakan."
"Oh iya [Name] bagaimana kerjaan mu? Semuanya lancar?" tanya Erwin.
Sumpit [Name] menggantung di udara, bingung mau jawab apa karena akhir-akhir ini masalah yang datang bukan hal yang sepele, tapi bukan berarti [Name] tidak mau menceritakan semuanya kepada Erwin, dia mau karena hanya Erwin yang bisa membantunya mencari jalan keluar itu.
"Baik" singkat saja. Saat ini [Name] rasa hanya itu bisa ia katakan pada Erwin. Jika waktunya sudah tepat dia akan menceritakan semuanya.
Erwin malah diam, ia tidak menangkap sinyal baik yang [Name] katakan karena hatinya berkata lain. Dia sudah mengenal [Name] bukan satu atau dua bulan, jadi ketika melihat wanita itu mencoba untuk tersenyum Erwin tau bahwa ia sedang berbohong.
Sadar dirinya di perhatikan, [Name] mengangkat kepalanya menghadap Erwin. Mata biru itu menatap lurus ke matanya seakan masuk menebus jantung membuat [Name] jadi bergetar takut jika Erwin tau ada yang ia tutupi.
"Mata kananmu merah" alih-alih ingin bertanya, ternyata Erwin menyadari sesuatu yang aneh dari mata kanannya [Name].
Masih ingat bahwa mata bagian kanan itu adalah mata yang cukup parah karena siraman air panas yang Petra lakukan?
Ya, itulah yang sedang di lihat oleh Erwin tanpa disadari [Name]. Padahal ia sama sekali tidak merasakan apapun.
"Tapi tidak sakit kalau aku mengedip" ucap [Name] setelah melihat matanya dari pantulan cermin kecil yang selalu ia bawa kemanapun.
"Habis ini bakalan balik kantor lagi?"
"Iya balik lagi, nanti pulangnya sekitar jam 5."
"Sebelum balik ke kantor kita singgah ke apotek beli obat tetes, matamu kering. Kalau dibiarkan akan tambah iritasi lalu kalau sudah iritasi bisa robek, nanti kalau robek dan membahayakan hingga mengenai bagian pupilnya bisa sampai dioperasi"
[Name] memutar bola matanya mengangguk malas, beginilah Erwin kalau sudah khawatir dia akan berbicara panjang lebar dengan sangat profesional tidak melewati hal penting sedikitpun. Ini baru mata [Name] yang merah, jangan sampai saja Erwin tahu ada hal yang membuatnya merasa sakit, dia pasti akan berbicara banyak seperti ini lagi.
Bahkan bisa mengambil tindakan.
Sedangkan Gerry hanya bisa mengulum senyumannya melihat Erwin memperlakukan [Name] seperti pasiennya.
"Sudah sudah Erwin kau bisa lanjut mengobati pasienmu itu setelah kita selesai makan." kata Gerry kemudian ia menambahkan masing-masing sushi kedalam piring mereka berdua.

KAMU SEDANG MEMBACA
NO REGRET
RomanceDisaat cinta mulai diuji dengan kedatangan orang baru sedangkan Levi terus berusaha keras untuk mempertahankan rumah tangganya. Namun hati ini sudah terlanjur jatuh mencintai wanita yang datang dititik terendah, sedangkan dunia memandang wanita ters...