Aroma parfum tersebar satu ruangan, tak perlu membuka mata ia sudah tahu siapa pemilik parfum ini. Padahal hari masih sangat pagi tapi wanita itu sudah bersiap. Kecupan hangat mendarat pada tulang pipi, tak membuang kesempatan ia menarik tangan sehingga membuatnya terjatuh kedalam pelukan.
"Levi!" pekiknya kecil dengan menggeliat kecil. Tapi apalah daya kedua tangan itu memeluknya erat, dan semakin erat. Tak lagi menggeliat ia tertawa kecil dengan mencubit hidung mancung.
"Seharusnya aku tahu ini" katanya dengan menghela nafas kecil. Tidak. Ia tidak marah. Hanya kebiasaan pria itu setiap pagi yang pasti akan selalu menariknya kedalam pelukan jika melakukan sesuatu yang nakal, salah satunya dengan kecupan itu.
"Kau nakal" ia berseru dengan suara serak khas bangun tidur. Lalu mata itu terbuka pelan sekali masih nampak mengantuk, jam berapa kiranya ia tidur? Jangan lupakan bahwa pria ini memiliki insomnia berat, entah kenapa matanya tidak pernah mau tidur awal tidak peduli betapa lelahnya dia. Disaat tubuh sudah lelah tapi mata tetap segar. Baru mengantuk menjelang pagi, dapat dua sampai tiga jam tertidurpun ia sudah bersyukur.
"Apa aku salah nakal pada suamiku sendiri?"
Sudut bibir tertarik sambil menggeleng kecil. Hidungnya kembali dicubit sang istri namun kali ini bersamaan dengannya menggeliat. "Ayo bangun!"
Wanita itu sudah duduk menyilangkan kaki dihadapan sang suami, merapikan rambut pendek yang sedikit berantakan akibat ulahnya. Tangan kekar itu juga membantu merapikan rambut dengan menyematkannya ke belakang daun telinga.
"Bangun Levi.."
"Hm.. Jam berapa ini?"
"Setengah tujuh pagi"
Dengan cepat ia segera turun dari tempat tidur lalu berjalan ke meja rias untuk mengecek apa pakaiannya baik-baik saja atau tidak, Levi sendiri duduk ditempat tidurnya memerhatikan wanita itu sudah terlihat cantik seperti biasa, rambut pendek sebahu berwarna madu menggunakan satu outfit yang tidak pernah ketinggalan zaman, selalu terlihat trendi setiap harinya. Dari kaca ini ia bisa melihat suaminya itu masih memerhatikannya.
"Ada apa?"
Dalam hati ia memuji kecantikan wanita tersebut, tapi mulut berkata. "Tidak ada" dengan menggeleng seakan memang tidak ada yang ia pikirkan. Sungguh tipe pria yang tidak bisa mengungkapkan perasaan maupun ekspresinya dengan baik. Sudah lama menikah masih saja kaku kepada istri sendiri.
Sebagai istri, Petra mengerti. Pria itu hanya tidak bisa mengungkapkan sesuatu dengan benar maka dengan itu ia memilih untuk menyembunyikannya.
"Kau sudah mau pergi?"
Petra mengangguk sambil memasukan beberapa barang yang ia perlukan untuk hari ini kedalam tas keluaran terbaru. "Iya.. Aku harus menyelesaikan gambaranku"
Levi terdiam sejenak. Matanya mengedarkan ke setiap ruangan, lalu kembali menatap wanita disana. "Bisa kita sarapan pagi bersama terlebih dahulu?"
Levi sangatlah mengerti, mereka berdua sama-sama sibuk. Tapi tidak ada salahnya untuk mencuri sedikit waktu hanya untuk berduaan. Sarapan saja mereka hampir tidak pernah lagi bersama, hanya untuk tidur dan melaukannya saja mereka mempunyai waktu tapi untuk hal yang lainnya sepertinya mustahil.
Petra tidak terlalu terburu-buru pagi ini, tapi tetap saja ia tidak bisa terlambat. Namun juga tak mau membuat sang suami kembali kecewa seperti minggu lalu. Cukup susah membuat pria itu kembali normal pasalnya ia benar-benar mendiamkannya beberapa hari barulah kemarin ia bisa mengembalikan Levi seperti biasanya. Ya jelas dengan sesuatu yang membuat pria itu tidak bisa menolak.
Maka dengan begitu Petra mengangguk dan tersenyum. "Apapun yang kau mau Levi.. Kau mandilah dulu akan aku siapkan sarapannya."
Senyuman tipis muncul, Levi sungguh senang mendengarnya. Tak membuang banyak waktu ia segera bergegas mandi.

KAMU SEDANG MEMBACA
NO REGRET
RomansaDisaat cinta mulai diuji dengan kedatangan orang baru sedangkan Levi terus berusaha keras untuk mempertahankan rumah tangganya. Namun hati ini sudah terlanjur jatuh mencintai wanita yang datang dititik terendah, sedangkan dunia memandang wanita ters...