Usia pernikahan Brian dan Aira terhitung sudah dua bulan lebih. Perubahannya tidak begitu signifikan, Brian dan Aira menjalani kehidupan seperti biasannya. Bekerja dan kuliah. Yang membedakan keduanya tinggal seatap, sekamar, dan seranjang dengan status suami istri.
Keluarga Brian juga menerima Aira selayaknya menantu, terutama Kasih. Cuman terkadang Elsa, adiknya masih begitu sensi entah karena faktor bumil atau tidak bisa nerima aja gitu kalau Aira adalah istri Brian sekarang.
Sebenarnya Aira dan Elsa jarang berkontekkan, kalau Aira main kerumah berarti atas dasar Elsa yang menyuruhnya. Kondisi saat ini, Elsa sama sekali tidak menghubungi Aira sekadar menanyakan kabar atau meminta penjelasan terkait pernikahan antara Aira dan Brian juga tak ada, hal itu membuat Aira berspekulasi Elsa sangat membencinya karena menikah dengan Brian.
"Coba telpon Echa nya, sayang. Mas kan sudah bilang, dia sama sekali ga marah sama kamu. Dia mungkin ingin kamu terbuka dan menganggap hubungan kalian selayaknya sahabat." Brian sering kali menemui Aira nangis diam-diam. Tidak letih, Brian selalu mengatakan hal tersebut. Elsa tidak pernah membenci Aira, yang Elsa benci adalah Mas-nya sendiri. Walau begitu Aira tidak mengidahkan saran yang diberikan, entah Brian yang membantu telpon atau Aira sendiri yang menghubungi, Aira selalu mengatakan takut.
Sore di hari minggu ini, Brian berguling-guling dikasur, mencari posisi tidur yang enak. Matanya sudah sangat ingin terlelap, namun tak membuat dirinya pergi kealam tidur. Rasanya posisi apapun tidak nyaman.
"Mas!" Brian mendengar istrinya memanggil.
"Mas, Mas Ian mau makan apa, aku buatkan untuk nanti malam." Brian merasa nada bicara Aira sangat antusias. Bahkan terlihat seperti anak kecil, lucu.
Kepala Brian yang awalnya baring diatas bantal berpindah kepangkuan Aira. Menenggelamkan wajah pada perut, untung istri cantiknya ini duduk dekat Brian jadi bisa modus tipis-tipis.
"Mas, Mas kenapa? Sakit?" tanya Aira sembari mengusap rambut belakang kepala Brian. Tangan Brian yang nganggur langsung membelit pinggang ramping istrinya, entah lancang atau tidak menurut Aira, nyatanya pria itu menduselkan wajah dan mendaratkan kecupan bertubi-tubi pada bagian perut. Gemas.
"Ih Mas, ngapain sih!" usapan berubah menjadi menjengut. Kepala Brian tertarik kebelakang, setelahnya pria itu terkekeh.
"Gemess, Yang." Ucapnya dengan merapatkan gigi.
Kalau dilihat satu sisi, hubungan Brian dan Aira layaknya suami istri yang menikah karena cinta. Bercanda, merajuk, bermesraan, mungkin kalau yang satu ini lebih Brian yang banyak beraksi dan Brian bersyukur istrinya tidak pernah menolak tapi juga tidak menerima. Contohnya seperti sekarang, wajah Aira memberenggut dengan bibir mengkerucut kesal. Bukannya takut, Brian semakin gemas. Pria itu merangkum wajah Aira dan menarik tubuhnya hingga terjatuh keatas tubuh supaya bisa Brian gigit pipi chubby Aira.
"Aaaa...sakit Mas!" walaupun mengaduh, respon Brian terkekeh geli.
"Aku nyamperin Mas mau berbuat baik loh, ko malah di KDRT sih!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Cinta Istriku
RomanceDalam kondisi apapun, aku akan tetap mencintaimu. Mengejar cinta istriku, Aira Citrakirani. 10 tahun bukan waktu sebentar menyimpan rasa tanpa berpaling jadi bukan masalah jika saat ini perasaanmu belum hadir, aku akan berusaha supaya kamu membalas...