Bagian 15 [18+]

2.7K 143 1
                                    

Aira tertidur dalam pelukkan ku, tangisan membuatnya kelelahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aira tertidur dalam pelukkan ku, tangisan membuatnya kelelahan. Aku membenarkan posisinya menjadi berbaring supaya lebih nyaman, memberikan satu kecupan di kening sebentar.

Aku menatap wajahnya, lebam dan luka cakaran di sisi kiri wajah Aira cukup membuat emosiku naik, penyerangan macam apa ini, ini bukan sekadar berkelahi biasa, mendengar kesaksian tadi sepertinya perkelahian ini sepihak.

Aku menelepon nomor yang sempat Aira gunakan menghubungiku, mungkin orang tersebut tahu sesuatu. Dari profil WA menggunakan almet universitas yang sama dengan Aira, bisa saja bukan itu teman atau orang yang menolong istrinya.

Terjawab

"........"

"Saya Brian, suami Aira."

"........"

"Bisa kita bertemu, ada hal yang ingin saya tanyakan."

"......."

"Baik, saya kesana sekarang."

Panggilan berakhir.

Aku memandang istriku kembali sebelum keluar, melihat perawat yang berjaga dari luar dekat kamar inap istriku. "Titip istri saya ya Sus, saya mau beli makanan sebentar ke bawah." Suster itu mengangguk.

Tidak butuh waktu yang lama aku menghampiri orang yang di tuju, kebetulan mereka masih dekat dengan lokasi rumah sakit. Salah satu dari mereka melambaikan tangan ke arahku yang baru tiba di depan pintu café.

"Silahkan duduk Mas. Mau pesan apa dulu gitu." Tanya pria berbaju biru navy.

"Oh ga usah, nanti saja."

Kedua orang itu saling tatap, canggung. Orang-orang selalu menyebutku tidak ramah dan menyebalkan, padahal hanya sedikit bicara saja. Orang rumah selalu mengatakan, cara bicara terhadap keluarga lumayan lebih manusiawi di bandingkan di luar.

"oh eung...kenalin Mas, ini Davin dan saya Ana. Davin ini yang menolong Aira saat penyerangan, sedangkan saya hanya menemani saja di rumah sakit."

Aku mengangguk, "Saya berterima kasih soal itu. Kalian bisa menceritakan apa yang terjadi?" to the point.

"Eumm..kami tidak tahu pasti, saat ada orang yang bersuara cukup lantang, itu menarik perhatian semua orang. Dia berbicara kurang baik lalu melakukan penyerangan pada Aira." Ucap Ana mengawali.

"Saya bantu peluk kepala istri Mas tapi orang itu masih menyerang, bahkan nendang." Mataku langsung menatap tajam pada pria yang bernama Davin itu.

"Ma-maksudnya biar Sesil tidak terus-terusan mukul dan nyakar, Mas. Saya ga ada maksud apapun ko." Huftt, Brian kendalikan dirimu, sempat-sempatnya cemburu. Kalau pria ini tidak melakukan hal itu mungkin luka di wajah istrimu akan jauh lebih banyak dari sekarang.

"Nih Mas kalau tidak percaya, bahkan darah nya kena celana saya. Banyak banget soalnya, saya jadi refleks ngelakuin segala cara buat lindungin istri Mas." Davin berdiri memperlihatkan celanannya yang memang ada noda darah. Celana putih itu kontras sekali dengan merah darah yang berasal dari Aira. Kenapa bisa sebanyak itu?

Mengejar Cinta IstrikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang