Sudah satu minggu Brian membawa Aira ke rumah orang tuanya, setelah keluar rumah sakit tanpa berpikir panjang memutuskan untuk tinggal dulu di rumah Kasih. Kasih sempat mempertanyakan luka yang ada di wajah Aira, pria itu sempat di tuding KDRT oleh sang mamah dan adiknya, Elsa.
Ia juga mendapat cubitan maut dari mamah dan adiknya itu, beruntung saat itu Aira membantu.
Saat ini di rumah sepi, keluarganya sedang pergi ke acara nikahan keluarga. Brian dan Aira tidak ikut, mode tubuh Brian yang caper aktif kembali, setelah satu minggu vakum. Caelah bahasanya vakum.
Brian sedang shirtless karena sedang mengolesi minyak angin di bagian perut, sebelumnya Aira juga membantu mengolesi di bagian punggung dan tengkuk, sedikit memijat juga. Aira duduk di belakang tubuh Brian tiba-tiba berbaring. Menatap suaminya yang memunggungi.
"Mas..."
"Dalem sayang." Tangan Brian masih sibuk mengoles-ngoles perutnya dengan minyak angin, setelah perut selesai beralih ke leher, mungkin bisa juga menyegarkan tenggorokannya yang sedikit sakit.
Aira masih diam, tangannya terulur mengusap-usap punggung belakang Brian.
"Mas..."
Brian langsung berbalik menghadap istrinya, "Kenapa sayang?" tanyanya sambil menatap Aira.
Brian pikir istrinya tidak melanjutkan karena ia membelakangi dan tidak menatap lawan bicara, oleh karena itu Brian membalikkan badan.
"Aku mau..." ucapan Aira tidak selesai, Brian menunggu kelanjutan ucapan Aira. Lama menunggu Brian putuskan bertanya saja, perempuankan ingin di mengerti?
"Mau apa, kamu ngidam?"
"Mau itu..." lagi-lagi hanya sepenggal kalimat.
"Itu apa, kamu mau itu apa sayang? Makan?"
Aira cemberut, tangannya mencubit pinggang Brian.
"Mas ga peka!" tuh kan, cewek tuh memang kaya begini. Siapa coba yang ga peka, dia kan bukan cenayang dan apa susahnya Aira menyelesaikan kalimatnya. Huh sabar Brian, Aira istri kamu, ga boleh marah. Tarik nafas....hembuskan!
"Kamu mau apa, Mas kan ga tahu. Mangga muda atau mau rujak?"
"Ko jadi mangga muda?" sewot Aira.
"Biasanya orang ngidam makan itu, kemarin Echa juga begitu."
"Aku ga ngidam, aku Cuma mau itu!"
Aku terkekeh mendengarnya, serius Aira meminta sesuatu seperti anak kecil yang baru bisa bicara dan kesal jika orang sekitarnya tidak mengerti maksud tersebut.
"Ya itu apa? Ya jelas, biar Mas tahu hehe"
"Malu!"
Pecah, aku tertawa karena respon Aira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Cinta Istriku
RomanceDalam kondisi apapun, aku akan tetap mencintaimu. Mengejar cinta istriku, Aira Citrakirani. 10 tahun bukan waktu sebentar menyimpan rasa tanpa berpaling jadi bukan masalah jika saat ini perasaanmu belum hadir, aku akan berusaha supaya kamu membalas...