Bagian 19

1.5K 97 1
                                    

Pukul 22

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul 22.00 WIB anak kami lahir dengan berat 2,5 Kg. walaupun harus di inkubator karena lahir prematur dan berat badan yang rendah, tidak menyurut rasa syukur kami atas kelahiran putra pertama aku dan Aira.

Aku menciumi wajah berkeringat Aira setelah proses melahirkan. Mamah dan Papah sangat protektif terhadap cucu baru mereka, bahkan sampai berjaga di depan ruangan NICU, katanya takut terjadi sesuatu. Maraknya berita bayi tertukar membuat Mamah dan Papah seperti itu.

Aira harus rawat inap untuk beberapa hari ke depan, kondisinya membutuhkan pantauan dokter.

"Mas, haus." Aku membantunya untuk minum dari botol yang di kasih pipet. Setelah selesai, aku membalikan botol itu ke tempat semula.

"Gimana sekarang, merasa membaik?" tanyaku setelah dia tersadar. Oh iya, walaupun bayi kami terlahir prematur, Aira berjuang melahirkan secara normal. Menurut penjelasan dokter, Aira mengalami kontraksi palsu. Jika ketubannya belum pecah mungkin bisa melahirkan sesuai tanggal HPL, tapi karena terlanjur pecah, dari pada kenapa-napa antara ibu dan bayinya memilih untuk melahirkan sekarang.

Istriku mengangguk lemah. Wajah Aira masih pucat dan terdapat guratan lelah. Aku menggenggam tangan Aira yang bebas selang infus.

"Baby mana?"

"Baby harus masuk inkubator dulu sayang, kita berdoa supaya baby cepat pulih dan pulang ke rumah."

"Maafin aku ya, Mas. Seharusnya baby baik-baik saja."

"Baby baik-baik saja. Baby sudah lahir dengan selamat dan itu berkat kamu. Istri Mas berjuang sangat luar biasa membawa baby ke dunia. Makasih ya sayang, kamu istri dan ibu yang hebat! Mas bangga sama kamu."

Senyuman terbit diwajahnya.

"Mas sini, pengen peluk!" aku mendekat, memeluk istriku dengan erat tapi juga tidak membuatnya sakit. Tangannya melingkar di pinggangku.

"Aku juga mau berterima kasih."

"Mas udah nemenin aku selama proses melahirkan, setia nungguin aku, dan peluk aku seperti ini. Mas juga ayah yang hebat. Suami yang bertanggung jawab, untuk aku dan baby. I love you, Mas Ian."

"Tapi cintanya banyak Mas, sayang."

"Aku juga banyak, lebih banyak dari Mas!"

"Pokoknya lebih banyak Mas, lebih besar juga. Mas cinta kamu udah 10 tahun lebih, lah kamu- baru beberapa bulan aja bangga!"

"Iya-iya, yang cintanya lebih banyak dan besar cuman Mas." Aku tertawa menanggapinya.

Aku masih belum percaya, gadis yang aku cintai 10 tahun yang lalu adalah pendampingku, gadis yang yang selalu hadir dalam mimpiku setiap malam, berbagi kasih dengan ku saat ini dan buktinya adalah putra kami. Tidak hanya itu, ucapan cinta yang selalu aku berikan untuknya mendapatkan balasan serupa. Hanya mengutarakan apa yang kurasa, tidak berekspetasi balasan cinta yang cepat dari Aira.

Mengejar Cinta IstrikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang