Waktu sudah menunjukan pukul 07.30. Gadis yang baru berstatus istri itu masih terlelap dalam tidurnya.
Cklekk
Suara pintu terbuka mengusik tidur nyenyak Aira. Entah Aira nyenyak atau kelelahan.
Brian membuka tirai jendela membuat sinar matahari pagi masuk, Aira langsung membuka mata, menengok ke arah jendela yang membuatnya silau.
"Selamat pagi." Sapa Brian dengan senyuman.
Walaupun telah terjadi sesuatu kemarin, tapi Brian ingin memulai hari ini dengan senyuman, dengan sesuatu yang baik, sehingga dopamin kebahagiaan terbuat.
Aira bangun dari tidurnya.
Masih diatas kasur, gadis itu menatap Brian tanpa membalas sapaan selamat pagi barusan.
Brian mendekat ke arah Aira, duduk di sisi kiri dimana Aira berada. Mendaratkan telapak tangannya pada kening Aira, dengan maksud men-chek suhu.
"Membaik." Singkatnya sambil tersenyum.
"Mandi gihh, tadi Mamah buatkan bubur sebelum berangkat ke rumah makan, khusus buat kamu, jadi harus dihabiskan."
Aira cukup bingung dengan respon Brian pagi ini, bukankah terjadi sesuatu kemarin? Lalu mengapa dia terlihat seolah tidak terjadi apapun?
Untungnya Brian peka, pria itu mengusap kepala istrinya pelan. "Kamu tidak perlu khawatir atau berprasangka buruk, soal kemarin nanti kita bicarain setelah kamu siap. Karena perut kamu kosong dari kemarin, otomatis kamu belum siap." Diakhiri kekehan kecil.
"Karna itu...istri cantik Mas bersih-bersih dulu gih, terus makan bubur buatan Mama mertua. Mas panasin bentar." Brian beranjak keluar.
Walaupun masih bingung, Aira mematuhi perintah sang suaminya itu. Berat sekali mengakui bahwa status antara Brian dengan dirinya adalah pasangan suami istri. Aira tidak pernah mencintai Brian, sekadar suka sebagai pria pun tidak pernah. Aira menganggap Brian adalah orang yang harus ia hormati sebagai kakak dari teman dekatnya, Elsa.
Aira sangat ingin pergi, tapi pergi kemana? Orang tuanya pasti tidak akan menerima. Benar apa yang dikatakan ibunya kemarin, kalau Aira hanya bisa menyusahkan orang. Menjadi benalu untuk orang-orang terdekatnya, termasuk Brian.
Setelah membersihkan diri dan menggunakan baju yang telah disiapkan Brian untuknya, Aira kembali duduk diatas kasur. Ia tidak berani keluar kamar, takut bertemu dengan keluarga Brian yang kemarin jelas menolak, bahkan Aira merasa di rendahkan.
Pandangan gadis itu fokus kedepan, pikirannya berkelana entah dimana. Bahkan secara tidak sadar Brian sudah memanggilnya dari tadi, tidak mendapatkan respon, Brian menepuk pelan pundak sang istri.
"Aira"
"Ehh-"
"Maaf, Mas buat kamu kaget ya."
"Mas tungguin kamu ga kebawah, jadi buburnya Mas bawa kemari. Makanlah, sebelum dingin." Lanjut Brian sambil menyodorkan nampan berisikan bubur ayam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Cinta Istriku
RomanceDalam kondisi apapun, aku akan tetap mencintaimu. Mengejar cinta istriku, Aira Citrakirani. 10 tahun bukan waktu sebentar menyimpan rasa tanpa berpaling jadi bukan masalah jika saat ini perasaanmu belum hadir, aku akan berusaha supaya kamu membalas...