Bagian 7

2.7K 140 1
                                    

Kedua pasangan itu saat ini sedang berada di kamar Brian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kedua pasangan itu saat ini sedang berada di kamar Brian. Karena kondisi semakin memburuk, ditambah tidak tega dengan Aira ketika mendengar isakkan tangis dari istrinya, membuat Brian memutuskan untuk menyudahi pembicaraan.

Kasih sempat menolak, tapi beruntung, sang kepala rumah ini mengerti, dan membiarkan dirinya dengan sang istri masuk kamar.

"hiksss...."

"Maafin keluarga Mas ya, mereka tidak bermaksud seperti itu ko," Brian mencoba berbicara dengan Aira.

Posisi Aira saat ini adalah duduk di pinggir kasur, Brian berlutut didekat kedua kaki Aira yang menjuntai ke bawah. Bukan kali pertama tangan Brian di tepis oleh gadis itu, Brian merasa hal ini wajar ia lakukan pada Aira. Aira istrinya, jadi sah-sah saja jika dirinya ingin skin to skin.

"hiksss...saya memang miskin, tapi bukan wanita rendahan."

"oh, ga gitu! Keluarga, Mas ga mungkin berpikir seperti itu. Mereka hanya shock?"

"Kalau saja anda tidak menikahi saya diam-diam hikss.. tidak hikss...lebih tepatnya anda tidak menikahi saya, saya tidak mungkin diperlakukan rendah seperti ini!"

Oh ya tuhan! Hati Brian menclos. Ia tidak suka saat Aira berbicara formal.

Dengan penuh keberanian, Brian menggenggam tangan Aira, walaupun sempat di tepis kembali tapi kali ini ia tidak mau kalah. Ia menggenggam dengan erat, menatap wajah marah istrinya yang sembab oleh isak dari bawah.

"Mas minta maaf soal keluarga, Mas. Terutama Mas Yono. Aira, Mas menikahi kamu bukan untuk merendahkanmu, itu tidak benar. Mas menikahi kamu demi kebaikan kamu."

"Maksudnya jika saya menikah dengan atasan ibu akan menderita?"

Brian terdiam.

Ia benar-benar tidak suka Aira berbicara formal terhadapnya.

"Saya mau pulang!" gadis itu menyentak hingga genggaman tangannya terlepas dengan Brian, dia bangkit menuju pintu kamar.

Melihat hal tersebut, Brian langsung mengejar, lalu meraih lengan atas Aira. Keduannya berhadapan kembali, satu dengan wajah panik dan satunya lagi wajar marah disertai tangis.

"Ini rumah kamu, tempat kamu sekarang bersama Mas. Mas ga izinin kamu kemana-mana."

"Ini rumah tante Kasih, dan tempat saya bukan di sini!" Aira mencoba melepas cengkraman tangan Brian dari lengan atasnya, walaupun tidak membuat sakit, tapi itu cukup kuat sehingga dirinya kesusahan saat ingin melepaskan.

"oh iya yah hikss...bukan hanya disini, di rumah ibu juga saya tidak ada tempat. Ibu udah jual saya."

"Astagfirullah! Jangan ngomong kaya gitu sayang."

Setelahnya tubuh Aira rubuh, untuk saja Brian masih memegang lengan Aira, sehingga tubuhnya tidak terbentur ke bawah.

Brian membawa tubuh lemas Aira ke kasur, membaringkannya dengan hati-hati. Menepuk-nepuk pipi chubby Aira.

Mengejar Cinta IstrikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang