Bagian 21

1.1K 83 4
                                    

Hari ini adalah aqiqah kelahiran Naka, meskipun aqiqah biasanya di lakukan setelah lahir atau 7 hari setelah lahir, kami tetap ingin mengadakanya sebagai ucapan syukur atas hadirnya Naka diantara aku dan Aira

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini adalah aqiqah kelahiran Naka, meskipun aqiqah biasanya di lakukan setelah lahir atau 7 hari setelah lahir, kami tetap ingin mengadakanya sebagai ucapan syukur atas hadirnya Naka diantara aku dan Aira. Kami bukan tidak ingin melakukannya dari kemarin-kemarin, keadaanya yang belum memungkinkan karena Naka harus di inkubator cukup lama.

Keluarga, Mertuaku, teman-teman, serta beberapa rekan kerja ku turut hadir. Selain doa, banyak hadiah yang Naka dapatkan dari mereka semua, seperti baju, sepatu, alat makan, mainan untuk mengasah gigi, bahkan sepeda untuk umuran 4 tahun juga ada. Siapa pula yang menghadiahi, kenapa tidak yang bisa di gunakan saat ini saja kan sayang barangnya tidak cepat di gunakan.

"Siapa sih yang ngasih sepeda? Alat makan sama mainan perangsang gigi masih mending." Ujarku ketika membuka hadiah-hadiah yang lain. Aira tersenyum menanggapi.

"Itu Echa yang ngasih Mas, katanya biar Naka jago main sepeda." Aku terkejut mendengarnya.

"Kenapa ga ngasih yang bermanfaat, yang bisa di gunakan sekarang. Sepeda bisa nanti-nanti. Lagi pula itu untuk anak umur 4 tahun, umur Naka baru genap 40 hari. Echa ga niat ngasih kayanya." Gerutuku mengomentari.

"Mas suka isengin Echa sih sekarang, jadi dia isengin balik. Tadi Echa bilang, mau balas dendam sama Mas hihi" ya semenjak Echa cepu sampai Mamah ngomel di rumah sakit waktu itu, aku jadi sering usil padannya. Seru aja sih menjahili Echa, biasanya aku yang ia jahili dengan tingkah randomnya saat hamil. Aku masih ingat dia memukul kepalaku dengan wajan, rasanya masih kerasa sampai sekarang.

"Dia yang mulai duluan, Sayang. Bahkan jahilnya dia lebih parah. Heran...kenapa dia dendam banget sama Mas?" aku merasakan Aira yang memeluk lenganku dan menyenderkan kepalanya di sana.

"Mas, tau ga? dulu, kalau Echa cerita tentang Mas, Aira suka iri. Kenapa kakaknya Echa baik banget, sayang banget sama Echa. Antar jemput ke sekolah, bahkan kalau Echa minta ga di jemput, Mas tetep datang. Echa selalu bilang, Mas kakak paling baik sedunia, kalau dia nikah, dia mau nyari calon suami yang mirip Mas." Kepala yang menyender pada lengan atasku kini mendongkak, mata kami saling menatap satu sama lain.

"Echa itu deket banget sama Mas, dia merasa aman ketika Mas belum ada tanda tertarik atau bawa perempuan dalam kehidupan Mas. Lalu dengan tiba-tiba, Mas memperkenalkan aku sebagai istri. Aku kalau jadi Echa juga khawatir, takut kalau Mas ga sayang lagi. Apalagi pas ada Naka, sifat Mas jadi usil ke dia, Echa jadi tambah sensi."

"Wahh..baru kali ini Mas denger kamu cerita." Ujarku menanggapi.

"Loh bukannya aku sering?"

"Apaan, ga perna tuh. Kamu kalau cerita Mas paksa dulu, kalau yang barusan kamu cerita sendiri."

Aku menyingkirkan kado-kado yang ada di hadapanku dan membawa Aira duduk di pangkuan. Rasanya sudah lama tidak begini.

"Mas fikir kamu ga tahu apa-apa soal Echa, dari yang Mas denger, kamu itu cuek nyerempet ogah berteman malahan ama dia." ujarku di akhiri kekehan geli.

Mengejar Cinta IstrikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang