Hari sudah menunjukan pukul 12.30, 20 menit lagi jam istirahat selesai. Akan tetapi, Brian masih berkutat dengan laptopnya. Semenjak berbincang singkat ketika mengantarkan Aira pulang pikiran Brian benar-benar kacau. Jika dulu ia sangat senang dengan hadirnya Aira dalam mimpi, maka sekarang ia amat sangat terganggu. Bukan kehadiran Aira yang membuat ia terganggu, melainkan alur dalam mimpi itu. 2 minggu berturut-turut Brian memimpikan Aira selalu menangis, ketika ia menghampiri, mencoba untuk menenangkan respon Aira marah dengan sorot mata kebencian. Brian tahu itu hanyalah mimpi, bunga tidur yang tidak mungkin terjadi dikehidupan nyata, akan tetapi dirinya tidak bisa menganggap angin lalu. Brian mencintai Aira, amat sangat mencintai Aira. Brian takut, mimpi itu pertanda bahwa dirinya tidak boleh mencintai Aira, tidak bisa memiliki Aira, dan Aira tidak akan bahagia berada disisinya. Bolehkan dirinya egois?
Ditengah pengalihan pikirian dengan menyibukan diri, getaran ponsel terdengar berada diatas meja kerja pria itu, Brian langsung mengangkat ketika tahu siapa yang menelepon.
"Hallo?"
"Mas Ian." Ucap Aira. Ya, orang yang menghubungi Brian adalah Aira. Gadis yang tidak bisa hilang dalam pikiran Brian walau sejenak saja.
"Mas Ian sibuk? Aku mau balikin jaket yang Mas pinjamkan, tadinya aku mau titip Elsa tapi dia ga mau." Sungguh suara Aira seperti merajuk kala mengatakan itu pada Brian, senyuman secara tidak sadar hadir diwajah pria bucin itu.
"Kenapa ga kerumah, ada mamah kan disana, atau nanti aja balikinnya, Mas ga masalah ko." Walaupun Brian bisa menfaatkan hal tersebut untuk dapat bertemu dan berbincang dengan Aira lebih banyak tetapi dia tidak setega itu. Jarak kosan Aira dengan rumahnya lumayan jauh, apalagi saat ini dirinya sedang tidak berada di ciputat, rumah sang mamah, melainkan dikantor cabang yang berada di daerah Bogor.
"Enggak ah, aku minjem jaket Mas udah kelamaan bisa-bisa ga balikin entar. Jaket Mas bagus bisa aku pake walau kegedean." Brian tertawa geli mendengarnya, itu lebih bagus, pakaian yang ia punya dikenakan oleh orang spesial dan itu Aira, gadis menggemaskan itu merajuk ketika mendengar suara Brian yang tertawa.
"Mas, aku serius. Nanti setelah pulang ngantor Mas, kita ketemu ya? Deket kantor Mas ada toko bakery gitukan, nanti aku traktir hehe."
"Mas di Bogor." Lagi, senyuman Brian tidak luntur, bahkan tambah sumringah. Gadis itu membuat Brian sangat gemas apalagi jika bertemu langsung, kadar menggemaskan seorang Aira di mata Brian akan bertambah berkali lipat. Membayangkan pipi chubby Aira yang mengembung, cocok ia gigit dan uyel-uyel, pasti jauh lebih menyenangkan.
"Yahhh...terus gimana dong?"
"Ya udah nanti."
"Tapi nanti aku lupa, Mas juga ga pernah nagih, aku jadi lupa terus."
"Ya udah nanti Mas tagih."
"Bener ya, aku juga mau traktir Mas. Mas juga harus tagih ya?"
"Iyaa... nanti Mas tagih juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Cinta Istriku
RomantizmDalam kondisi apapun, aku akan tetap mencintaimu. Mengejar cinta istriku, Aira Citrakirani. 10 tahun bukan waktu sebentar menyimpan rasa tanpa berpaling jadi bukan masalah jika saat ini perasaanmu belum hadir, aku akan berusaha supaya kamu membalas...