Aira sedang membereskan pakaian bayi untuk dimasukan kedalam tas, tanggal HPL sebentar lagi makanya prepare dari sekarang. Selama menikah dengan Brian, Aira merasa kebahagiannya yang luar biasa. Brian memperlakukan Aira sangat lembut, cinta kasih yang di berikan membuat dirinya goyah, tidak perlu waktu lama untuk membalas cinta Brian.
Keluarga Aira jarang menunjukkan cinta kasih, terkadang Aira juga malu sekadar mengucapkan rindu pada Ibunya. Keluarganya sibuk untuk bisa bertahan hidup dan lupa kalau seorang anak juga ingin bercengkrama.
Perlakukan Brian yang memanggilnya kesayangan, pelukkan ketika sedih, mendengarkan apa yang menjadi keresahan hati, bahkan ketika marah sekalipun Brian masih bisa memperlakukannya dengan lembut.
Sosok Brian bisa berperan apa saja, figur ayah bisa, sahabat bisa, suami bisa, sampai anak kecil juga bisa. Lucu rasanya kalau mengingat hal itu.
"Yang, Mas minta tolong!" teriak Brian dari dalam toilet. Tangan Aira yang sedang melipat baju terhenti, ia berjalan ke pintu toilet yang masih tertutup.
"Kenapa, Mas?"
"Mas lupa bawa handuk. Di atas kasur, Yang." Aira berjalan ke dekat kasur, mengambil barang yang di sebutkan suaminya tadi.
Rutinitas Aira dalam sebulan ini ya kaya begini. Setiap pagi atau pulang kerja di ributkan dengan Brian yang mandi lupa membawa handuk. Sebelum-sebelumnya tidak pernah, ini terjadi ketika ia mulai cuti kuliah untuk melahirkan dan diam di rumah. BTW Brian membeli rumah di kawasan dekat rumah Kasih, Mamahnya. Ditawari tinggal bersama namun Brian menolak. Brian ingin tinggal mandiri, sekaligus ga ada yang mengganggu kalau mau romantisan hehe.
"Mas ini handuknya,"
"Masuk aja sayang ga di kunci." Aira patuh.
Bukan hal yang aneh bagi Aira atau Brian saling melihat tubuh satu sama lain. Pernyataan cinta Aira waktu itu membuka pembatas yang ada, keterbukaan yang membuat hubungan pernikahan mereka layaknya pasangan suami istri yang saling mencintai.
Brian mengambil handuk yang di berikan istrinya dan memakainya di depan Aira. Melangkahkan kaki kedekat Aira. Mengecup singkat pelipis Aira sebagai ucapan terima kasih.
Tangan Aira mengusap rahang Brian yang penuh dengan rambut, "Udah panjang Mas, nanti aku lahiran pegangan ke sini." Ucap Aira bercanda. Brian terkekeh dibuatnya.
"Kalau gitu harus Mas cukur, biar niat kamu tidak terlaksana heem"
Usapan tangan Aira di rahangnya beralih ke dagu, Aira bermain-main di dagu tegas Brian. Memainkan rambut yang tumbuh panjang di sana. "Mau aku bantu?"
Brian mengecup singkat bibir Aira lalu pergi mengambil alat cukur di laci yang ada di kamar mandi. "Terakhir kali pipi Mas berdarah, jadi biar Mas aja hehe" bibir Aira mengerucut dan pergi meninggalkan Brian yang akan mencukur berewoknya yang panjang.
Kembali pada kegiatan awal melipat baju, Aira duduk di lantai berlapiskan karpet berbulu. Mulai memasukan baju-baju yang ia lipat tadi ke dalam tas berukuran sedang motiv beruang dengan aksen warna biru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Cinta Istriku
RomansaDalam kondisi apapun, aku akan tetap mencintaimu. Mengejar cinta istriku, Aira Citrakirani. 10 tahun bukan waktu sebentar menyimpan rasa tanpa berpaling jadi bukan masalah jika saat ini perasaanmu belum hadir, aku akan berusaha supaya kamu membalas...