Bagian 9 [21+]

4.6K 147 2
                                    

Aira tersentak, tubuhnya menegang, bahkan aku merasa tangannya mencoba mendorong dan kepalanya bergerak mundur, tak ingin berakhir, ku rengkuh tengkuk kepalanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aira tersentak, tubuhnya menegang, bahkan aku merasa tangannya mencoba mendorong dan kepalanya bergerak mundur, tak ingin berakhir, ku rengkuh tengkuk kepalanya.

Awalnya hanya sebatas menyentuh bibirnya dengan lembut, namun ketika penolakan yang di dapat, membuat diriku sedikit tersinggung.

Kesal dengan apa yang Aira lakukan, bibirku menyesap dan melumat bibir Aira kuat dan tergesa-gesa. Secara tidak sadar wajahku miring ke kiri dan ke kanan sesuai ritme, mencari kenikmatan dari istri cantikku ini.

"Emmhhhpash..."

Tidak mengidahkan permintaan Aira untuk lepas, tanganku meraih pinggang ramping Aira, membaringkan tubuhnya di bawah kungkunganku tanpa melepaskan ciuman.

Tidak sadar aku sudah melepaskan atasan baju yang Aira yang di kenakan. Ciumanku beralih ke leher Aira dan memberikan beberapa tanda disana.

"Ahhh, Mashh...shhh" Aira meringkis ketika aku mencium lehernya dengan gigitan kecil. 3 rona kemerahan muncul, 1 dekat rahang bawah sebelah kiri, turun lagi kebawah sebelah kanan dekat tulang selangka, dan 1 lagi di dada bagian atas. Oh sungguh, aku melakukannya secara tidak sadar.

Pikiranku hanya terfokus dengan apa yang terasa di tambah mendengar suara rintihan Aira kian memperburuk suasana. Aira adalah kelemahanku untuk tetap waras.

Pagi itu aku menyatu dengan Aira. Aku tak tahu bagaimana hal ini bisa terjadi, yang jelas aku memaksa Aira untuk berhubungan. Ya, secara tidak langsung seperti itu. Ketika aku mencoba melakukan hal lebih dari sekadar ciuman, Aira selalu memohon untuk dilepaskan, mengiba supaya aku tidak bertindak lebih jauh, nyatanya nafsu lebih menguasai.

10 tahun hidup dengan memendam rasa, mimpi memadu kasih setiap hari dengan orang yang saat ini menjadi istriku menvalidasi tindakanku pagi itu. Mencium ataupun menyentuh adalah hak bagi seorang suami, dan suami Aira adalah diriku.

Aku memandang wajah Aira yang tertidur kelelahan. Keringat diwajah Aira adalah bukti kami benar-benar melakukannya, mendaratkan tanganku untuk mengusap keringat yang mengalir di kening dan pelipis Aira.

Cups

Cups

"Mas mencintaimu." Kata itu menjadi sesi terakhir percintaan sebelum aku ikut membaringkan diri di sebelah Aira dan memejamkan mata setelah mendaratkan kecupan di pelipis dan bibir ranumnya.

***

Jam 1 siang aku terbangun. Melirik wajah istriku yang tertidur membelakangi sambil ku peluk dari belakang. Ah, rasanya masih seperti mimpi.

Mengingat waktu, buru-buru masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Tak tega membangunkan Aira, aku membiarkannya tetap tertidur.

Setelah membersihkan diri dan menunaikan ibadah, aku berencana membuatkan Aira makan siang. Membuka lemari kulkas, memindai apakah ada bahan makanan untuk di olah.

Mengejar Cinta IstrikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang