Prolog

127 83 24
                                    

Sore itu hujan kembali menyapa Bekasi, akhirnya sekian lamanya penantian pribumi. Air yang jatuh tampak bergerak lambat dengan seluruh anak-anak sekitar bermain pada lapangan bola Bumi Eraska seraya memasang wajah ceria. Kini payung tidak lagi digunakan untuk menampung panas di bawah terik sinar matahari, sudah saatnya ia kembali menampung air di bawah hujan.

Kia sudah tidak menghirup angin Jakarta lagi, ia sudah kembali menghirup angin Bekasi yang sudah lama tidak berkunjung. Sosok Saskia Belani berparas cantik memiliki kulit kuning langsat beserta rambut yang terurai panjang sepundak lebat dan hitam.

Wanita berusia 19 tahun itu berjalan di bawah naungan hujan mengguyur deras payung biru tua miliknya. Ia terus berjalan di sisi jalan Bumi Eraska dengan beberapa motor berlewatan.

Bekasi ini masih terasa sama seperti lima tahun yang lalu, batin Kia dengan kedua bola matanya melirik seluruh pemandangan di hadapannya. Angin menerjang begitu kencang dalam sekejap itu, payung milik Kia terbang terbawa angin sampai jatuh dan terhenti di hadapan seorang pria memakai kaos putih dan celana levis berwarna hitam. Pria itu melihat payung yang jatuh, lalu melirik ke arah Kia.

Kia menatapnya, menatap pria itu dengan mata sebelah kiri tertutup oleh rambutnya. Mereka saling berkontak mata saat itu, Kia mengenalinya namun ia hanya bisa terdiam membatu.

CATATAN KIA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang