18. Catatan Kia

20 24 13
                                    

Sepanjang perjalanan pulang, Kia dan Mahesa tampak asyik membicarakan sesuatu yang membuat mereka tertawa sampai menuju pulang ke rumah Kia pun belum usai tertawa.

Namun tawa mereka perlahan memudar saat melihat banyak kendaraan di halaman rumah Kia. Motor Mahesa berhenti tepat di pinggir jalan depan rumah Kia. Kia membuka helm lalu memberikannya kepada Mahesa dan segera bergegas masuk ke dalam rumah.

Kia membuka pintu dengan cara mendorongnya penuh energi, ia terkejut melihat Jack bersama teman lainnya tengah duduk di sofa ruang tengah menampilkan raut wajah datar namun marah.

"Seru jalan-jalannya?" ucap Nana melontarkan pertanyaan dengan nada lembut namun sinis. Seluruh mata yang ada di ruangan ini menatap tajam ke arah Kia.

"Mau kalian apa?" tanya Kia dengan kedua bola mata mulai berbinar.

"Pake nanya, udah tau deadline deket. Masih aja sempet-sempetnya jalan-jalan. Alesannya nyari inspirasi, nyari ide cerita, ketemu orang-orang hebat. Makan, tuh, orang hebat!" pekik Nana dengan lidah tajamnya.

Mendengar ucapan Nana, Kia merasa tidak terima dengan apa yang Nana ucapkan tanpa mengetahui yang sebenarnya seperti apa. Kia menarik kerak baju Nana dengan marah.

"Maksud lo apa?! Gue ke sini juga tetep ngerjain naskah yaa, anjing. Lo gak bisa seenaknya ngomong asal tanpa lo tahu gimana gue sebenarnya!" kesal Kia membuat wajahnya memerah.

Semuanya yang ada di dalam memegangi Nana, mereka berada di pihak Nana tanpa satu orang pun memihak Kia. Kia melirik Jack, tampaknya Jack terlihat tidak akan perduli dengan apa yang akan Kia jelaskan untuk kesekian kalinya.

"Jack, lo bilangin sama tim-tim lo. Gue udah susah payah bangun ide cerita, minta cerita sana-sini. Malem-malem gue telepon Kang Asep buat minta ide cerita baru, gak tidur dua malem, ini itu segalanya. Masa ini yang gue terima dari kalian semua?" ucap Kia.

"Salah lo sendiri pergi ke sini," kata Jack dengan enteng.

Kia menarik kerak baju Jack begitu kesal setelah mendengar jawaban Jack.

"GUE KE SINI KARENA GUE TAU KALO KALIAN SEMUA PASTI NGGAK MAU NGASIH PENDAPAT MAUPUN GUE SENGAJA HAPUS SALAH SATU SCENE PUN KALIAN GAK AKAN ENGEH DAN SELALU IYAIN TANPA REVISI LAGI!" teriak Kia terdengar sampai ke luar membuat Mahesa bergegas berlari masuk menuju pintu rumah.

"ITU KARENA GUE NGEHARGAIN LO, KI!" tekan Jack.

"BULLSHIT! LO SEMUA ORANG PERTAMA YANG NYALAHIN GUE KALO NASKAH INI SALAH SETIAP KALI DIREVISI DOSEN!" kesal Kia.

"KALO GITU MANA BUKTI LO NGERJAIN NASKAH SELAMA DI SINI!" sahut Nana melepaskan tangan Kia dari pakaian Jack lalu menampar keras pipi kanan Kia sampai Kia terdiam membatu memegangi pipi kanannya.

Kia mengangkat wajahnya dengan tangan belum lepas memegangi pipinya. Kedua bola matanya mulai berlinang air mata perlahan menjadi deras.

"Siapa yang suruh nyentuh Kia?" tanya Mahesa berdiri melihat semuanya yang sudah terjadi.

Mahesa menyaksikan pemandangan yang membuatnya bergolak emosi. Di hadapannya, Kia, seorang yang ia sukai, ditampar dengan keras oleh seseorang. Rasa marah langsung menyeruak dalam diri Mahesa, seolah-olah tamparan itu mengenai dirinya sendiri.

Wajah Mahesa berubah merah padam, rahangnya mengeras menahan gejolak emosi. Matanya memicing, menatap tajam ke arah pelaku yang berani menampar Kia. Tangannya terkepal erat, seakan siap meledak kapan saja.

Namun, di sela-sela kemarahannya, Mahesa juga melihat Kia yang terpukul, air mata mengalir di pipinya. Melihat orang yang sepesial baginya dalam keadaan seperti itu, hati Mahesa terasa diremas. Ia ingin segera memeluk Kia, menenangkannya, dan memastikan bahwa ia baik-baik saja.

"Siapa dia?" tanya Jack kepada Kia.

Mahesa degan sigap mengambil buku catatan Kia lalu melemparnya tepat pada wajah Jack, di timpal dengan pukulan keras meluncur sekaligus sampai memerah saat itu juga. Jack terjatuh ke bawah lantai karena begitu kencangnya pukulan pemberian Mahesa.

"Lo semua yang ada di sini, termasuk lo!" tekan Mahesa menujuk semuanya termasuk Nana yang paling ditegaskan.

"Mau liat bukti kerja Kia, kan? Lo semua ambil itu buku, bawa pergi. Terus lo bacain satu buku itu sampe mikir gimana caranya kalian dapetin ide kaya gitu, dalam waktu singkat. Lo pikirin ide cerita satu itu aja udah makan banyak scene, apalagi itu lebih dari puluhan ide cerita," ucap Mahesa berusaha menahan amarahnya.

Wanita bernama Griselda bersama Tedi membangunkan tubuh Jack yang kesakitan, mata kanan Jack perlahan berubah menjadi ungu tua memar dan tulang pipinya sedikit terluka sampai berdarah karena terkena cincin Mahesa saat pukulan tadi.

Nana membawa buku catatan Kia pergi. Semuanya berjalan keluar dari rumah Kia melewati Mahesa yang berdiri dengan kedua bola mata terfokus kepada Kia.

Kia perlahan menatap ke arah Mahesa dengan tangan kanannya perlahan turun ke bawah. Kia juga mengusap air matanya meskipun tetap terlihat sisa air mata yang masih terkumpul, Kia perlahan tersenyum.

Mahesa berjalan menghampiri Kia, ia menarik tangan Kia untuk duduk di atas sofa. Mahesa mengambil slayer kain hitam miliknya dari kantong celana levis Mahesa seraya berjalan pergi ke luar rumah meninggalkan Kia.

Kia terdiam, merasa heran kenapa Mahesa menyuruh Kia duduk namun meninggalkannya pergi begitu saja tanpa melakukan sesuatu lagi.

"Gunanya gue di suruh duduk apa?" ucap Kia lalu menghela napas.

Tak lama setelah itu, Mahesa datang kembali membawa es batu berukuran lumayan. Mahesa berjalan menuju dapur, terdengar Mahesa sedang menghancurkan es batu tersebut lalu kembali membawa sebaskom ukuran mini berisikan air dengan es batu hancur.

Mahesa menaruh sebaskom air dingin tersebut di atas meja hadapan Kia. Ia duduk di samping Kia lalu memasukkan kain slayer miliknya ke dalam air es tersebut dan memerasnya.

Setelah diperas, kain tersebut di lipat dan ditempel pada pipi bagian kanan Kia. Tangan Kia perlahan naik ke atas memegangi kain tersebut, Kia dan Mahesa tampak saling berkontak mata berlama-lama.

"Biarin mereka sadar sendiri, jangan takut dikeluarin sama tim. Kia masih punya Mahesa, Mahesa juga bisa kalo nge-handle kamera. Soalnya Mahesa pernah berpengalaman ikut sama Erick buat syuting dan selalu handle kamera apapun itu. Masalah editing juga ada Rendi yang jago ngedit, dia biar gitu juga sering menangin event editing sekaligus ikut syuting sama rekan-rekan Erick kalo gabut. Lightingman ada Riki, Soundman ada Arkan, divisi set Make-up ada Nanda, divisi set wardrobe ada Agsa, divisi set decor ada Jidan. Belum lagi sutradara bisa pake Kang Asep yang udah ahli, jangan khwatir. Kita semua udah teruji, hahahh..." Mahesa membuat Kia kembali tersenyum seperti sebelumnya. Rasanya Kia lega setelah Mahesa mengatakan sesuatu yang berusaha menenangkannya.

"Aman. Kia juga udah biasa berantem sama mereka," ucap Kia tersenyum lega.

Mahesa hanya bisa mengusap kepala Kia dengan penuh perhatian, perasaannya begitu khwatir dengan Kia. Rasanya belum sepenuhnya emosi Mahesa kepada Jack beserta teman-temannya terpenuhi.

"Assalamu'alaikum," salam Erick yang baru saja kembali.

"Walaikumsalam," jawab Kia dan Mahesa secara bersamaan.

"Lho, yang lain pada kemana. Udah gue udah bawain nasi goreng banyak-banyak buat makan. Kok pada pergi?" tanya Erick seraya melihat-lihat suasana sudah sepi. Erick perlahan melihat Kia sedang mengkompres pipinya menggunakan air dingin.

"Sia kunaon?" tanya Erick.

"Sakit gigi," jawab Kia.

CATATAN KIA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang