19. Maaf Dari Jack

19 24 6
                                    

Pagi itu, Kia terbangun dengan perasaan tidak enak badan. Kepalanya terasa pusing dan berat, serta tubuhnya terasa lemas. Ia mencoba untuk bangkit dari tempat tidur, namun merasa sulit untuk melakukannya.

Kia berjalan menuju dapur dengan langkah gontai, mencoba untuk menyiapkan secangkir teh hangat untuk meredakan rasa tidak nyaman di tubuhnya. Namun, ia merasa kurang bersemangat dan sulit untuk berkonsentrasi.

Setelah menyesap teh perlahan, Kia memutuskan untuk kembali ke kamar dan beristirahat sejenak. Ia berbaring di tempat tidur, mencoba untuk menenangkan pikirannya dan membiarkan tubuhnya beristirahat.

Meskipun merasa tidak enak badan, Kia berusaha untuk bersabar dan tidak membiarkan kondisinya mempengaruhi aktivitasnya hari ini. Ia berharap bahwa dengan beristirahat sejenak, ia akan segera merasa lebih baik dan dapat kembali melakukan kegiatan sehari-harinya dengan semangat merevisi naskahnya.

Tok!
Tok!
Tok!

Erick mengetuk pintu kamar Kia dari luar untuk melihat kondisi Kia yang sepertinya sedang tidak baik-baik saja saat tak sengaja melihatnya memasuki kamar dengan kondisi kurang vit, tidak seperti hari biasanya.

"Hmm?" tanya Kia tanpa membuka mulutnya sedikitpun.

"Lo sakit sarapan dulu, baru minum obat," ucap Erick tanpa membuka pintu kamar Kia.

Namun Kia tidak menjawabnya sama sekali, melaikan ia tertidur nyenyak karena demamnya saat ini lumayan tinggi. Perlahan Erick membuka pintu kamar Kia, ia mengintip dengan sebelah matanya saja melihat kondisi Kia tertidur pulas. Erick mulai memasuki kamarnya, ia berjalan menghampiri Kia lalu menaruh punggung tangannya di atas kening Kia.

Langkah Erick kembali ke luar, ia segera mengambil air hangat beserta kain untuk mengkompres demam Kia agar mereda. Beberapa detik kemudian, suara bel rumah berbunyi. Erick membuka pintu terlebih dahulu untuk melihat siapa yang datang pagi-pagi seperti ini.

Pintu terbuka, telihat Jack datang membawa dia bungkus bubur ayam sebagai bawaan sarapan untuk Kia dan Erick. Erick tampak tersenyum menyapa Jack yang langsung mencium tangan Erick sebagai mana menghargai yang lebih tua.

"Kia ada?" tanya Jack.

"Ada atuh, jam segini jangankan bepergian, buka mata aja belum. Lagian, emang lagi demam si Kia juga," ucap Erick berjalan terlebih dahulu menuntun Jack masuk ke dalam menuju kamar Kia.

"Tuh, ketuk aja pintu kamarnya. Urang mau ke dapur dulu buat kompres si Kia." Erick yang langsung pergi meninggalkan Jack.

Jack mengetuk pintu kamar Kia dengan begitu pelan agar tidak membuat Kia terkejut. Karena bisanya orang yang sedang demam akan lebih mudah terkejut jika seseorang mengganggu tidurnya. Sudah beberapa kali Jack mengetuk pintu kamar Kia yang kunjung tidak bangun, akhirnya Jack memutuskan untuk melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar Kia.

Kedua bola mata Jack melirik ke seluruh raungan sampai di mana dirinya terpaku melihat sebuah foto Kia bersama Mahesa tersusun rapih di atas meja dekat lampu tidur. Jack mengambil foto tersebut, ia ingin melihatnya lebih jelas dengan rasa penuh penasaran. Ia terdiam menatap wajah Kia di foto tampak bahagia bersama Mahesa.

"Jack?" panggil Kia dengan nada lemah karena demam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jack?" panggil Kia dengan nada lemah karena demam.

Jack menoleh ke arah Kia seraya menaruh kembali foto Kia di atas meja seperti semula. Kia dengan posisi duduk menatap Jack sinis karena masih begitu kesal setelah semalam.

"Eh, Ki. Udah mendingan?" tanya Jack khwatir yang segera duduk di samping Kia di atas kasur seraya menempelkan punggung tangannya pada kening Kia.

Kia dengan lincah menangkis tangan Jack untuk menyingkirkan tangannya dari tubuhnya. Setelah itu Kia terbangun dan bergegas keluar dari kamar.

"Ki, kamu lagi sakit jangan kemana-mana dulu." Jack menarik pergelangan tangan Kia begitu erat membuat Kia tertarik.

"Lepasin gue! Lo gak tau diri, ya. Belum puas lo semalem?!" pekik Kia seraya berusaha melepaskan tangan Jack begitu keras semakin erat sampai membuat Kia merintih kesakitan.

"Ki, gue tau gue egois. Tapi gue sayang sama lo, mau gimanapun caranya gue berusaha ngelupain lo bahkan dengan cara nindas lo aja malah makin bikin gue kepikiran terus sama lo, Ki." Jack dengan perlahan melonggarkan genggamannya sampai Kia berhasil melepaskan tangan Jack.

Tidak menghiraukan ungkapan Jack, Kia justru tetap berjalan keluar dari rumah untuk menghindari Jack. Kia memakai sendal, pergi berjalan cepat meskipun tubuhnya begitu lemas. Jack yang terus mengejar menarik pergelangan tangan Kia kembali, memaksanya mendengarkan Jack mengucapkan sesuatu kembali.

"Kia, dengerin gue. Gue percaya sama lo, lo orang yang bisa diberi kepercayaan. Lo kerja keras selama ini demi tim. Gue percaya itu," ucap Jack.

"TERUS KENAPA KEMARIN LO KAYA GITU, BANGSAT!" teriak kesal Kia mengingat kejadian semalam.

"Itu karena gue udah ketutup cemburu, Ki. Gue cuma gak mau lo pergi sama cowok lain, termasuk yang di chat. Gue berpikir kalo lo punya pasangan di sini, itu sebabnya gue jadi egois cuma karena lo," ucap jelas Jack.

"Tapi gak gitu caranya, gue juga berhak bahagia sama pilihan gue sendiri," ucap Kia seraya meluapkan emosinya melalui air mata.

Jack perlahan memeluk tubuh Kia yang menangis deras karena kesal. Begitu juga dengan Jack yang merasa kesal karena dirinya yang egois. Jack tampaknya sudah lelah dengan semua energinya untuk mengejar Kia selama bertahun-tahun.

"Maafin gue, Ki. Gue emang egois, gue cuma mikirin lewat sudut pandang gua tanpa tau gimana rasanya jadi lo yang terus-terusan ke siksa sama gue. Gue ngaku salah, gue juga bukan ketua yang bijak buat ngebangun tim ini, gue nggak berani berbicara soal revisi naskah karena gue ngerasa kasian sama lo yang berturut-turut revisi. Bahkan gue bener-bener ngarasa kasihan sama lo di titik lo sampe ketiduran waktu revisi naskah dulu. Tapi di sisi lain gue salah berat karena kurang tegas, sekali lagi gue minta maaf. Gue janji bakal berusaha buat nerima semua jawaban lo dan berhenti ngejar. Semoga kita bisa tetep berteman sampai lulus, ya, Ki." Jack berbicara dengan pelan dan lembut perlahan mencium rambut Kia dengan sengaja untuk terakhir kalinya ia menyukai Kia.

Pagi itu tampaknya cuaca tidak baik-baik saja, awan mulai mendung menutupi sinar matahari pagi. Rintik hujan mulai berjatuhan gerimis, Jack dan Kia melepaskan pelukannya. Jack segera menarik tangan Kia untuk masuk ke dalam rumah, bola mata Kia tak sengaja melirik ke arah seseorang berdiri di bawah warung menatap ke arah Kia.

Pria tersebut adalah Mahesa, ia menatap Kia dengan raut wajahnya yang kecewa. Kia hanya bisa terdiam menatap Mahesa dari kejauhan karena takut Mahesa berpikir aneh tentang yang terjadi barusan. Mahesa menjepit rokoknya pada bibirnya lalu membakar rokok, setelah itu ia bergegas pergi menerjang gerimis kecil menggunakan motor Ninjanya.

"MAHESA!"

CATATAN KIA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang