10. Pasar Keranggan

37 47 64
                                    

Malam yang cerah di tepi danau, bulan purnama bersinar terang menerangi permukaan air yang beriak pelan. Terdengar suara-suara canda tawa dan obrolan ringan dari sekelompok bapak-bapak yang asyik memancing di sekitar pemancingan.

Mereka datang setelah pulang kerja, menyempatkan diri untuk menikmati ketenangan malam sambil mencoba keberuntungan memancing ikan. Beberapa bapak tampak serius memperhatikan pancing mereka, berharap ada ikan yang tergoda umpan yang dipasang. Ada pula yang asyik bercengkerama, berbagi cerita seputar pekerjaan, keluarga, atau pengalaman memancing mereka.

Sesekali terdengar pekikan gembira saat salah seorang bapak berhasil menarik ikan yang terkait di kailnya. Mereka saling bersenda gurau, mengomentari ukuran dan jenis ikan yang ditangkap. Ada pula Caddy dengan sabar membantu melepaskan ikan dari kail sebelum melepaskannya kembali ke jaring masih-masing peserta.

Meski lelah setelah seharian bekerja, semangat para bapak-bapak ini tak surut. Mereka menikmati kebersamaan, menyambung tali silaturahmi, dan melepas penat di tengah ketenangan malam. Suara tawa dan obrolan ringan terus bergema, menemani aktivitas memancing yang berlangsung hingga semakin malam.

Sudah hampir dua jam Kia dan Mahesa memancing di sana, Mahesa tampaknya pemancing paling gacor dalam paling banyak memancing ikan dengan umpannya. Kia tampak senang setiap kali Mahesa mendapatkan ikan lele terutama yang berukuran paling besar. Meskipun terkadang tubuh atau wajah Kia terciprat air empang tersebut, Kia awalnya memang merasa jijik, namun lama-lama seperti biasa saja.

"Yakin si Mahesa inimah," ucap salah satu bapak pemilik kedai soto.

"Iya atuh, gera narik itu pancingan kasian diem aja. Sampe abis disenggol sama ikan itumah umpannya bukan dimakan sama ikan," ucap Mahesa seraya tertawa meledek.

"Yeeh, tingali ku maneh. Besok-besok aing mancing umpannya soto blender!" jawab si bos soto tersebut membuat Mahesa tertawa.

Pancingan Mahesa bergerak kuat, menandakan ada ikan yang terkait. Dengan sigap, Mahesa menarik pancing dan terjadilah aksi tarik-menarik yang sengit antara dirinya dan ikan yang tertangkap. Mahesa tampak begitu fokus, berusaha menarik ikan tersebut ke tepi sungai.

Setelah beberapa saat, Mahesa berhasil mendaratkan ikan yang cukup besar. Raut wajahnya tampak puas, seolah-olah ia telah memenangkan pertarungan melawan alam. Suasana semakin seru ketika Mahesa harus berhati-hati menangani ikan hasil tangkapannya di tengah kegelapan malam.

Angin malam yang berhembus kencang seakan menambah ketegangan suasana. Namun, Mahesa tetap tenang dan fokus, menikmati setiap momen memancing di tengah riuhnya orang-orang yang bercanda.

Sesekali Mahesa menoleh ke arah Kia yang tengah ikut fokus memperhatikan pelampung Mahesa. Ia berharap ada lele besar lagi yang tergiur dengan umpan Mahesa.

"Kia, udah ngantuk?" tanya Mahesa yang dijawab oleh sebuah gelengan kepala.

"Sebentar lagi selesai, Mahesa lagi nunggu waktunya," lanjut Mahesa tersenyum kepada Kia.

"Aman, kok. Orang Erick ada pergi ngejaring burung sama ayah kamu. Jadi, kalopun Kia pulang duluan pasti sendiri di rumah," jawab Kia tersenyum kembali.

"Okey," ucap Mahesa.

Malam semakin larut, angin berhembus semakin kencang. Mahesa telah menghabiskan berjam-jam di tepi empang bersama Kia, menikmati kegiatan memancingnya dengan penuh antusias.

Perlahan-lahan, Mahesa mulai merasakan kelelahan. Tubuhnya terasa pegal setelah duduk berjam-jam di pinggir empang yang lumayan bau bermacam-macam. Namun, rasa puas terpancar dari wajahnya. Ia berhasil mendapatkan beberapa ekor ikan yang cukup besar.

CATATAN KIA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang