07. Mang Abuy

59 55 77
                                    

Sinar matahari pagi yang lembut menerobos masuk melalui jendela kamar, menyinari ruangan dengan cahaya hangat. Tirai yang semula tertutup perlahan terbuka, membiarkan panorama alam di luar sana terlihat jelas.

Suasana kamar terasa begitu tenang dan damai. Hanya terdengar suara burung-burung yang berkicau riang, seolah menyambut datangnya hari baru. Udara segar berhembus lembut, membawa aroma tanaman dan bunga-bunga yang mulai mekar.

Di atas ranjang, selimut yang semula menutupi tubuh perlahan tersingkap. Pemilik kamar mulai menggeliat pelan, membuka mata perlahan-lahan, menyambut hari dengan senyum. Rasa kantuk perlahan menghilang, digantikan oleh semangat dan energi positif.

Perlahan-lahan, mata terbuka dan kesadaran mulai muncul. Setelah terlelap dalam tidur yang nyenyak, tubuh Kia terasa segar dan pikiran mulai jernih. Suasana kamar yang tenang dan damai menyambut, memberikan ketenangan batin.

Selimut yang semula menutupi tubuh perlahan tersingkap, membiarkan udara segar pagi hari menyapa. Aroma kopi yang baru diseduh tercium, menggugah selera dan memberikan semangat baru.

Dengan gerakan pelan, tubuh Kia mulai beranjak dari ranjang. Langkah kaki yang gontai perlahan berubah mantap, seiring dengan kesadaran yang semakin penuh. Sinar matahari pagi yang lembut menyinari wajah, memberikan kehangatan dan energi positif.

Suasana pagi yang tenang dan damai ini memberikan ketenangan batin, mempersiapkan untuk memulai hari dengan penuh semangat dan optimisme.

Kia menghampiri Erick yang tengah meminum kopi seraya menonton kartun Spongebob di pagi hari seperti biasanya. Tubuh Kia duduk di sofa samping Erick dengan nyawa tidak sepenuhnya sudah berkumpul.

"Lo tau, gak?" tanya Erick dengan pandangan fokus menonton TV.

"Enggak," jawab Kia.

"Waktu malem, ada begal di jalan kuburan kalamiring yang di belakang gereja. Warga lari-lari dateng ke SEKBER, untung aja semalem yang ngeronda lagi nonton bola, nggak keliling. Itu bilang katanya ada begal di kuburan, warga langsung rame-rame ngejar, sama ada gue di situ kebetulan. Terus yang ketangkep cuma satu, begalnya juga bocah baru lulus SMP," ucap Erick.

"Terus?" tanya Kia.

"Terus ibunya dateng, nangis-nangis minta maafin soal kesalahan anaknya di depan warga. Ngeliat ibunya kasian banget, akhirnya anaknya di lepasin tapi dengan syarat kalo sampe anaknya gabung jadi begal lagi, mau gak mau anaknya di serahin ke polisi." Erick setelah itu meminum secangkir kopi paitnya.

"Padahal, sebenarnya gue pengen banget gebukin itu anak, sumpah. Meresahkan warga banget, lo bayangin dia bawa celurit buat bacokin orang kaga punya salah di jalan," lanjut Erick dengan alisnya mulai mengkerut.

"Buset, Bang. Bahaya juga," ucap Kia.

"Bukan lagi bahaya juga, tapi udah bahaya banget!" tekan Erick.

Kia mengangguk mengerti, ia mulai membuka ponselnya untuk mengecek notifikasi atau pesan-pesan yang masuk. Kia melihat pesan dari grup kelompok filmnya, isinya perbincangan tidak penting jauh dari topik tugas dan hanya bercanda biasa yang tidak bisa membuat Kia tersenyum sedikit pun. Kia menaruh ponselnya, lalu berjalan menghampiri dapur berjarak tidak jauh dari ruang tamu tempat Kia duduk sebelumnya.

Kia mengambil susu kaleng lalu menuangkannya ke dalam gelas secukupnya, di beri setengah sendok makan kurang lalu tuangkan air panas dan mengaduknya secara merata. Setelah siap, Kia membawa segelas susu tersebut pada ruang tamu bersama Erick, ia menaruh segelas kopi susu miliknya di atas meja bersegel dengan kopi pait milik Erick.

"Lho, sejak kapan lo suka kopi? Biasanya yang berhubungan sama kopi, pasti lo nggak suka." Erick tampak bingung melihat Kia menyukai kopi.

CATATAN KIA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang