04. Tongkrongan Sejuk

63 67 95
                                    

Mahesa dan Kia telah sampai tepat di depan rumah Kia. Mahesa menghentikan motornya, lalu menuruni motor bersama Kia. Keduanya menghampiri Erick yang tengah mendengarkan musik menggunakan salon musik seraya memandikan burung barunya.

Tanpa menyadari kehadiran Mahesa dan Kia, Erick terus menyanyikan lagu bejudul 'Ai', lagu Doel Sumbang.

"Ayeuna Asép siga nu kabedil ku jangjawokan
Kapanah ku kinasihan, lieur ku Ai
Kabedil ku jangjawokan
Kapanah ku kinasihan, gélo ku Ai... "

"Assalamu'alaikum," salam Mahesa.

"Walaikumsalam. Eh, si Kia isuk-isuk geus ngarepotkeun Mahesa?" pekik Erick, bertanya kepada Mahesa yang mencium tangan Erick.

"Henteu atuh, ini teh namanya kebetulan," sela Kia membuat Erick terkejut, ia berdiri menghampiri Kia dan memputar-putar tubuh Kia.

"Ini si Kia, naha bisa Sunda kaya gink?" bingung Erick. Ia tidak percaya Kia diam-diam mulai bisa berbicara Sunda.

Kia menghentikan tubuhnya yang di putar-putar oleh Erick sampai pusing dan melepaskan tangan Erick dari lengannya.

"Apaan, sih. Orang gue udah belajar bahasa Sunda, emang aneh banget apa?!" pekik Kia emosi.

"Enggak, sih," ucap Erick seraya menggaruk kepalanya.

"Yaudah, gue mau ganti baju dulu. Bye!" ucap Kia berjalan menyenggol Erick dan segera masuk ke dalam.

"Ini bocah satu. Ampun aing, mah," celetuk Erick dengan kedua bola mata menatap Kia.

Mahesa menghampiri burung baru pelihara Erick dalam kandang besi, Ia melihat-lihat burung tersebut adalah burung Murai Batu persis milik ayahnya.

"Manuk meunang nangkep lain?" tanya Mahesa apakah burung tersebut hasil tangkap.

"Lain atuh. Kan, urang gak punya jaring manuk. Masa iya urang nangkep pake jaring laba-laba?" jawab Erick.

"Tapi, kan. Bapak Mahesa tukang nangkep burung. Siapa tau habis berburu bareng bapak urang," ucap Mahesa.

"Mang Abuy?!" tanya Erick.

"Eta, pisan! Saha deui atuh bapak urang selain Mang Abuy mah," ucap Mahesa.

"Eleh-eleh, kemarin urang nyari Mang Abuy ke rumah maneh. Teu ketemu, malah ketemu si Nanda. Nambah geulis kayanya si Nanda makin gede," ucap Erick seraya berjalan duduk di batu perbatasan tanaman halaman.

"Jangan jauh-jauh, abangnya Nanda ogeh kasep pisan. Siga artis Bollywood," ucap bangga Mahesa dengan tangan kanannya menepuk dadanya.

"Emang ngaco, sia. Beda jauh beungeut maneh sama si Nanda," ucap Erick bercanda.

Mahesa mengambil seplastik ikatan yang berisikan jangkrik makanan burung tersebut yang biasanya terjual di tempat jual beli burung. Ia mengambil salah satu jangkrik, melepaskan seluruh kakinya dan menekan kepalanya lalu membri makan jangkrik itu kepada burungnya.

"Manuk bagus ini," celetuk Mahesa.

"Bagus juga sebenarnya urang gak suka manuk, urang sukanya sapi, kebo, sama domba. Tapi nggak kesampean semenjak punya kerjaan di Film, mau ngoret rumput juga gak sempet," ucap Erick menjelaskan.

"Yaudah kalo gitu. Nanti kita ternak domba wae, lha," ucap Mahesa.

"Domba? Siga keinget sesuatu," kata Erick mulai berpikir.

"Domba-domba kuring
Diangon-angon ku kuring
Diparaban ku kuring
Anakna gé anu kuring..."

Erick melanjutkan ucapannya dengan nyanyian, Mahesa pun ikut goyang secara tiba-tiba terbawa. Kelakuan keduanya terlihat oleh Kia yang baru saja keluar setelah mandi dan mengganti pakaian. Menyadarinya, Mahesa segera behenti melakukan itu lalu tersenyum kecil.

CATATAN KIA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang