"Karena kaum kami sepertinya telah begitu merepotkan SMA 46 jadi aku ingin memperbaiki kesalahan para jin yang selalu rutin merasuki siswa-siswi itu dengan membantu mereka kebetulan aku direkrut sebagai anggota PMR karena itu Aku menitipkan tuan putri padamu tuan Arian"
Arian membaca surat dari Eru yang diberikan Sera dan sesekali teralihkan karena terkesima dengan bagusnya tulisan tangan dari Eru.
Arian berusaha mengalihkan fokusnya kemudian membaca surat itu lagi dengan suara kecil dari mulutnya "Ingan tuan Arian, anda bisa dieksekusi jika sesuatu terjadi pada tuan putri...."
"Seram, untung saja tulisannya bagus"
Melipat kemudian memasukan kertas surat itu ke saku celana jeansnya setelah itu Arian dengan perlahan menoleh kearah Sera yang sedang berbincang bahagia dengan para jin yang mengikuti mereka hingga senyum tipis muncul dari wajahnya.
"Jadi adakah petunjuk atas tempat tinggalnya Giandra"
Kali ini Arian menoleh pada Relom si asisten Weyan yang berjalan tepat disebelah kirinya.
"Dia pernah bercerita jika dia tinggal di desa Karuhan"
Jawab Relom yang balas menoleh pada Arian.
Arian termangu beberapa saat kemudian hidungnya pun berkerut saat berpikir meski otaknya masih berenang dalam pikiran Arian melontarkan perkataan dengan pelan "Tempat yang cukup jauh kalau kita hanya berjalan santai seperti ini."
Relom yang mengerti perkataan Arian itu membisu karena tidak bisa memberikan solusi apapun dari pemikiran Arian, langkah kaki Relom yang sejak tadi mengiringi juga ikut melambat seperti langkah kaki Arian disebelahnya.
Mendengar percakapan Arian dan Relom disebelahnya Sera segera memutus perbincangan seru nya tentang kerajaan jin dengan para jin itu dan langsung menoleh pada Arian.
"Tunggu sebentar"
"Kenapa Sera?" Arian langsung menjawab perkataan Sera itu dan memerhatikan gadis jin itu yang sekarang berjalan menjauh dari Arian dan para jin hingga menyebrang jalan raya dan benar-benar menghilang dari pandangan.
Tanpa bergerak satu centi pun dari tempat saat ditinggalkan Sera para jin dan Arian terpaksa dibuat menunggu kedatangan putri jin yang meninggalkan mereka tanpa kejelasan, beberapa kali Arian pun memeriksa jam yang terikat di pergelangannya untuk memastikan sudah berapa lama waktu yang terkuras pada siang ini.
"Taraa..."
Teriakan euforia Sera mampu membuat semua jin termasuk Arian terfokus padanya saat dia baru saja kembali dari suatu tempat dan membawa sebuah bis pariwisata kehadapan Arian, hingga membuat Arian menyipitkan matanya.
"Untuk apa bis sebesar itu kau bawa kesini?"
"Ehem"
Sera berdeham wajahnya pun berseri-seri.
"Untuk dinaiki kita semua" Sera mendekat kearah bis itu.
Arian juga mendekat pada bis itu dan saat berada di dekat Sera dia berbisik "Mereka kan bisa terbang."
Sesekali Arian menoleh pada supir bis yang diperkirakan seumuran pamannya itu untuk memastikan agar si supir bis tidak mendengar pembicaraannya dengan Sera tentang 'mereka' yang tak tampak dan 'bisa terbang' tersebut tidak didengar.
"Atau lebih tepatnya kita berdua maksudku" kata Sera meluruskan alur perkataannya kemudian sedikit terkekeh saat sesekali ikut melirik pada supir itu dan kembali lagi menoleh pada Arian.
"Kau menyewa nya?"
Bisik Arian lagi.
"Iya" Sera mengangguk.
"Aku memberikan segepok emas pada supirnya, agar mau bis nya disewa dengan kita berdua saja" Sera mengangkat dagunya karena bangga dengan yang dia lakukan sebagai seorang tuan putri yang memiliki banyak harta.
"Kau berlebihan"
Alis Arian bertautan karena tidak mengerti tindakan sembarangan tuan putri didepannya itu.
"Dengan taksi atau ojek saja sudah bisa untuk dinaiki kita berdua saja, lagipula mereka bisa terbang saat menuju ke desa Karuhan"
Arian terpaksa membesarkan suaranya saat berkata ketika menyaksikan jika Sera lebih antusias melihat-lihat dalam bis dan langsung masuk kesana ketika pintu bisnya dibuka dan tidak begitu mendengar perkataannya.
"Selama hidup di dunia manusia kami tidak pernah naik kendaraan karena sering terbang" Relom berkata saat melangkah mendekati Arian.
"Tapi terbang sebenarnya membuat kami agak lelah"
Dengan tangan kurusnya Relom menggaruk rambut ikal putihnya beberapa kali.
"Karena kami juga ingin merasakan naik bisa layaknya bertamasya"
Relom mengalihkan bola matanya karena malu saat merasa tidak enak pada Arian dan Sera di hadapannya, kemudian menoleh ke belakang dan memandangi setiap rekan jin nya yang juga mengalihkan bola mata karena memiliki ekspresi dan perasaan yang sama sepertinya.
Relom menghela nafas panjang "Jadi..."
Sera yang mengerti maksud dari ekspresi para jin dan Relom itu mengangguk kencang sembari tersenyum wajahnya yang berseri-seri pun mengiringi perkataannya "Kalau begitu, ayo naik bis ini!"
Helaan nafas panjang serta sudut mata yang mengerut muncul pada Arian saat menyetujui keputusan para jin dan tuan putrinya itu, Arian memilih duduk di kursi paling depan yang bersebelahan dengan Sera dan saat duduk Arian berkata "Mereka tidak kesulitan karena bersempitan seperti itu?"
Sera menoleh kemudian menjawab pertanyaan Arian "Tidak apa mereka menggunakan wujud astral jadi tidak terasa karena bukan wujud yg padat."
"Relom, kapan terakhir kali kalian bertemu dengan Giandra ini?"
Tanya Sera saat menoleh ke Belakang.
"Sudah cukup lama"
Relom menatap langit-langit seraya mengingat-ingat suatu hal.
Relom kemudian menundukkan kepalanya lagi setelah tergambar di otaknya ingatan itu dan berkata "Kami tidak tahu berapa lama waktu lewat tapi yg ku tahu sejak sekolah kalian berganti-ganti bentuk beberapa kali hingga menjadi bagus seperti sekarang."
"Berarti cukup lama sudah pasti wajahnya berubah karena sudah menua"
Timpal Arian yang mendengar pembicaraan tersebut tanpa menoleh ke belakang.
"Kenapa kalian sangat ingin menemuinya"
Tanya Arian yang kali ini sedikit melirik ke belakang kearah Relom.
"Sebenarnya dia memiliki sebuah janji mulia untuk kami"
Relom berkata sembari memainkan jari jemarinya.
"Tapi bagi kami dia tak perlu susah payah memenuhi janji itu, asalkan kami bisa bertemu nya saja sudah cukup itulah yang kami mau"
Relom menoleh pada Weyan yang duduk dibelakang dan menoleh pada jendela bis untuk melihat keluar.
"Terutama nyonya Weyan yang begitu mencintainya"
Weyan yang tidak mendengar percakapan Asistennya itu masih termenung saat fokus matanya tertuju pada pemandangan luar jendela bis yang masih belum bergerak tersebut dan terbayang wajah ceria penuh senyuman dari Giandra yang dia ingat di waktu dulu, perkataan tentang 'membahagiakan mu dan rekan-rekanmu agar hidup dari pengakuan manusia' selalu terbayang olehnya.
Supir bis yang sedang menanti aba-aba dari Sera yang telah menyewa bis nya untuk pergi berdua bersama Arian bersenandung ria karena senang baru mendapatkan emas dalam jumlah yang banyak dari gadis itu.
"Indahnya masa muda" Supir itu tersenyum dan bergumam pada dirinya sendiri saat matanya melihat Sera dan Arian yang sedang asik mengobrol, namun karena sadar jika beberapa kali juga melihat Sera dan Arian menoleh ke belakang dan seakan-akan mengobrol dengan sesuatu hal padahal tidak ada satu orang pun di sana membuat supir itu sedikit bergidik dan memiringkan kepalanya.
"Dua remaja itu berbicara kepada siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Genie Wife [TAMAT]
RomanceArian harus menikahi sesosok putri dari dunia jin setelah melakukan ritual pesugihan yang tidak biasa dibawah pohon beringin tua karena ingin memiliki uang satu miliyar untuk melunasi hutang ayahnya yang minggat dari rumah. Kehidupan SMA nya kemudia...