Supir Yang terlibat

1 1 0
                                    

"Yap kita sudah sampai"

Supir bis itu menarik tuas rem dengan air muka yang kembali ceria dan berseri-seri karena senang saat memikirkan jika dirinya memliki emas dengan jumlah yang banyak dan sejak tadi dia juga hanya melihat jika Arian dan Sera tidak lagi berbicara dengan hal misterius sehingga membuatnya menyimpulkan kejadian sebelum pergi tadi hanyalah perasaan nya saja.

Karena bagi sang supir selama dua anak muda itu bahagia dengan kisah romansa mereka berkat berada di dalam bis ini sang supir juga ikut bahagia, dia pun tersenyum saat memerhatikan Sera dan Arian yang akan turun bus itu.

"Sudah lama sekali tidak ke kampung halaman ku saat kecil" supir bis itu membuka pintu bis nya.

Perkataan supir bis itu tidak terlalu di dengar oleh Sera yang telah turun duluan serta Sera yang berdiri di ambang pintu bis sembari melihat-lihat belakang kursi bis untuk memastikan para jin yang mengikuti mereka turun juga dari bis ini.

"Jarang-jarang soalnya ada yang mau ke desa ini" supir itu berkata dan bersiap untuk menekan tombol menutup pintu bis, dia pun menoleh pada Arian untuk menunggu remaja itu turun namun Arian memberikan seringai lebar tanpa bicara sedikit pun padanya, supir itu membalas seringainya namun untuk beberapa saat Arian belum turun juga.

"Aku mau menutup pintunya nak" Supir itu berkata keheranan karena tak mengerti kenapa Arian membuka pintu seakan menunggu sesuatu keluar padahal tidak ada siapa-siapa dan mencegahnya menutup pintu.

"Sebentar pak" kata Arian yang memastikan jika para jin yang mampu dia lihat berkat mendapat kekuatan yang di transfer dari Sera beberapa hari yang lalu itu turun semua dari bis itu.

"Terimakasih pak"

Sera berkata riang dan meninggalkan bis itu di buntuti dengan Arian yang hanya memberikan senyum kecut pada si supir.

"Sudah ku duga ada yang aneh dengan mereka"

Supir bis itu berkata dalam hati.

"Mereka anak Indigo seperti yang di televisi?"

Ketakutan dari dalam pikirannya yang sudah berusia hampir berkepala empat itu menghantuinya dan membuatnya kembali seperti anak kecil.

"Dia melihat ada hantu di bis ini?"

Supir bis itu menoleh ke sekeliling bangku pada isi dalam bis nya.

"Yang benar saja" Si supir mengacak-ngacak rambutnya dan beberapa kali memegangi tengkuknya yang merinding.

"Oh iya" Sera berkata saat teringat sesuatu ketika sudah agak jauh meninggalkan bis yang terparkir di pinggir jalan

raya.

"Tunggu disini sebentar ya pak!"

Teriak Sera sambil melangkah maju meninggalkan bis.

"Si_Siap" Si Supir yang masih diselimuti rasa takut menjawab tergagap.

Sera dan Arian yang berjanji akan mencari Giandra orang pada foto yang mereka pegang bertanya ke setiap orang yang mereka temui di jalan, setiap rumah, setiap tempat namun di desa yang cukup luas ini mereka tidak satupun menemukan orang-orang yang mengenali orang bernama Giandra pada foto itu.

Sesekali Arian melihat jam tangannya karena tidak ingin pulang malam dan merela kan pekerjaan paruh waktunya malam ini dan saat melihat jam orang-orang desa yang melihat mereka terdengar oleh arian sedang berbisik-bisik.

"Waaah manis nya"

"Cantik ya"

"Seperti Artis"

Kata-kata bisikan yang cukup kuat sampai bisa didengar Arian dengan cukup jelas, Arian yang sadar jika orang-orang memerhatikan dan memuji Sera membuat jarak pada gadis jin itu agak jauh kemudian mencari tempat duduk untuk beristirahat.

"Tidak ada yang mengenal wajahnya, bahkan namanya tidak ada yang tahu"

Arian berkata pada Sera dan juga sesekali menoleh pada Relom yang berdiri agak jauh darinya, Arian pun kemudian duduk pada kursi taman yang baru saja ditemuinya.

Sera mengangguk pelan dengan wajah kecewa menyetujui perkataan Arian kemudian dengan nada lesuh saat menemukan tempat duduk berupa kursi taman seperti Arian dia berkata "Mungkin saja dia sudah pindah ke luar kota."

"Sebentar"

Arian tersentak saat mengingat suatu hal sebelum turun dari bis tadi.

"kalau tidak salah pak supir tadi"

Kata Arian lagi saat bergumam sendiri saat sadar jika pak supir tadi mengatakan jika desa ini adalah kampung halamannya sejak kecil dahulu dan membuat Arian berharap mungkin saja pak Supir itu memiliki petunjuk mengenai orang bernama Giandra pada Foto yang digenggamnya.

Arian berdiri kemudian beranjak dari tempat duduknya kemudian berlari menuju luar desa Karuhan ini dan kali ini dia yang meninggalkan Sera bersama rombongan jin itu, tanpa memberitahu satu hal pun.

"Pak!"

Teriak Arian pada pak Supir Bis yang sekarang berada diluar bis karena ada rasa takut sesaat dan sedang duduk santai di trotoar, Supir itu menanggapi Arian dengan sedikit anggukan.

"Anda bilang tadi jika desa ini kampung halaman anda saat kecil kan..." Arian berkata kemudian mendekati pak supir itu.

"...Apakah anda mengenal orang ini?"

Arian memperlihatkan foto Giandra itu pada si supir, hingga muncul lah reaksi tak terduga dari pak supir itu saat Arian melihatnya.

"Bagaimana bisa kau punya foto muda ayahku?" tanya Supir itu yang wajah yang terkejut dicampur dengan kebingungan dan sontak langsung berdiri dari duduknya di trotoar.

"Dimana ayah anda sekarang?"

Tanya Arian lagi yang memasukan foto itu pada saku celananya.

"Ayahku sudah meninggal sejak 20 tahun yang lalu"

Jawab supir itu dengan senyum tipis kembali duduk pada trotoar.

Arian menundukkan wajahnya dan menggambarkan dirinya berempati kemudian berkata pelan dan perlahan "Sebenarnya ada orang yang mau menemuinya."

"Siapa itu?" tanya supir bis itu saat mendongak pada Arian yang berdiri dihadapannya.

"Heh agak, Sulit menjelaskan nya."

Arian menggaruk rambutnya sembari menyeringai lebar untuk menyamarkan dalihnya karena sadar tak mungkin jika menjelaskan tentang segerombolan jin yang ingin bertemu dengan ayah pak supir itu.

Pak Supir yang tadi merasakan tindakan aneh Arian, tidak ingin tahu lebih lanjut tentang orang misterius yang ingin bertemu ayahnya itu, supir itu kemudian itu beranjak dari tempat duduknya dan menuju kembali ke dalam bus.

"Sebentar kalau begitu ambil ini" kata Supir itu.

Supir itu merogoh sesuatu benda dari balik jok tempat menyetir bis dan mendapat beberapa amplop kertas surat.

"Sudah lama aku mencari orang yang bisa menerima surat ini" si Supir memberikan 3 buah amplop kertas itu pada Arian.

"Mungkin orang yang kau bilang itu bisa menerimanya" Senyuman yang tersimpul muncul dari Supir itu saat mengakhiri perkataannya pada Arian.

Setelah kembali dari menemui supir bis yang membawa mereka, dengan langkah yang biasa Arian mendekati Weyan yang sedang duduk di dekat Relom kemudian berkata "Nyonya Weyan mungkin surat dari tuan Giandra ini bisa menjadi petunjuk keberadaannya."

Weyan menyambut 3 buah amplop surat pemberian Arian itu kemudian membuka satu amplop surat paling atas untuk membacanya isinya dan membaca surat itu dalam hati "Maafkan aku Weyan karena tak punya pekerjaan dan uang untuk tinggal di sana lagi aku harus menetap di kampung halaman ku entah sampai kapan."

My Genie Wife [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang