Sera yang sedang berdiri di depan teras rumah Arian beberapa kali mengetuk-ngetuk telapak kakinya hingga memunculkan bunyi berdetak dari sepatu berhak dengan tinggi sedang yang ia kenakan dengan bunyi yang cukup kuat dari sepatu yang terlihat keras itu, Sera kesal menunggu dua pembuka portal yang akan menjemputnya di sore ini namun sudah hampir malam masih belum dijemput padahal ada urusan mendesak di kerajaan jin.
Eru yang menyaksikan gestur ketidak sabaran dari Sera yang akan pulang kampung di liburan kenaikan kelas tiga tersebut dari belakang kemudian dengan langkah yang cukup pelan mendekati sang tuan putrinya sembari tersenyum.
"Tuan putri"
Sera menoleh pada penjaga pribadinya itu dan membalas senyuman.
Mata Eru melihat-lihat sekeliling serta menggerak-gerakan kan jari jemarinya akibat gugup dengan perkataan-perkataan yang akan ia salurkan kepada Sera kemudian dengan sedikit tergagap ia melanjutkan perkataannya "Se_se_sebelum Tuan putri pergi aku ingin menanyakan sesuatu."
Sera yang bingung dengan tingkah Eru yang baru pertama kali dilihatnya itu hanya bisa mengerutkan kening seraya memiringkan kepala ke kiri dan ke kanan beberapa kali karena merasa aneh.
"Tu_tuan putri apa tuan mengerti tentang cinta?"
Perkataan Eru yang mengejutkan itu tentu saja membuat Sera memundurkan langkahnya satu kali karena begitu terkejut,
"Kenapa kau tiba-tiba menanyakan itu?" Tanya Sera sembari semi bergeleng dengan cepat.
"Drama yang aku tonton mengatakan itu terus namun aku tidak mengerti jadinya aku ingin tahu"
Eru mengatur nafasnya kemudian melanjutkan perkataan sembari terkekeh "Ta_tapi meski tidak mengerti kenapa aku malu saat menanyakan ya."
Sera tersenyum melihat reaksi alami seorang gadis yang manis dari Eru yang selama ini selalu menunjukan sosok serius, tegas yang keren dan jantan dengan tubuh atletisnya, Sera pun tersenyum sekaligus bertanya-tanya apakah ada laki-laki yang membuat Eru malu menanyakan hal seperti ini.
"Sebentar" Eru tertegun beberapa saat saat menundukkan kepalanya.
Sembari menyentuh dagunya dengan jari jemari Sera memberi pendapat untuk Eru "Cinta adalah saat kau selalu terfikir seseorang laki-laki di manapun kau berada."
"Terkesan dengan perlakuan nya"
Sera mulai melirik kearah Arian yang sedang membereskan sampah pada selokan depan rumahnya yang agak jauh dai posisi dirinya berdiri bersama Eru.
"Malu berlebihan saat dia memuji mu karena senang"
Saat Sera berkata tanpa diketahui tuan putrinya Eru juga ikut melirik Arian dengan wajah yang sedikit memerah.
"Bahkan cemburu jika dia dekat orang lain, mungkin seperti itu"
Sera mengakhiri perkataannya kemudian menoleh pada Eru kembali yang belum beranjak dari pandangannya saat melirik Arian.
"Jadi benar selama ini"
Eru yang masih melirik Arian kemudian melamun saat merenungkan sesuatu dalam hatinya.
"Perasaan cinta pada drama berarti sama dengan perasaan yang tak ku mengerti selama ini"
Eru sedikit menundukkan kepalanya saat berfikir, kemudian kembali menoleh dan memerhatikan Sera yang baru selesai berbicara namun belum bisa menghilangkan perkataan dari dalam hatinya.
"Perasaan yang sesekali muncul disaat aku harus fokus menjaga tuan putri"
Eru terdiam malu saat tahu jika Sera sedang memperhatikannya dengan begitu sesama ketika dia melamun sambil melirik Arian dan Sera pun menyipitkan matanya yang curiga melihat ekspresi penjaga pribadinya itu saat melirik Arian, Sera pun berdeham.
"Hee?"
Namun belum sempat berspekulasi gerbang ke dunia jin muncul dan dua orang pembuka gerbang yang biasa itu muncul untuk menjemput Sera.
"Tu_tuan putri jaga diri baik-baik ya selama aku tidak ada" Eru yang masih malu dengan cepat mendorong tubuh Sera agar tuan putrinya tidak banyak pertanyaan dan pikiran mengenai dirinya, Saat Sera akan memasuki gerbangnya Eru pun kemudian melambaikan tangan, diikuti dengan Arian yang baru saja selesai memberikan selokan.
"Sampai jumpa lagi" Sera membalas lambaian tangan dan saat berjalan memasuki gerbang Sera memarahi kedua penjaga gerbang itu karena membuatnya menunggu begitu lama.
"Sepertinya akan terasa sepi kalau tidak ada sera" Arian berkata sembari terkekeh dan dengan tangan yang penuh kotoran kemudian suami kontrak Sera itu masuk kedalam rumah.
Eru pun memasang senyum simpul karena agak cemburu mendengar perkataan Arian yang seakan-akan begitu merindukan Sera yang pergi untuk pulang ke dunia jin selama liburan kenaikan kelas karena ada urusan yang berkaitan dengan isu akan bangkitnya si iblis Sadan.
***
Setelah empat hari berlalu tanpa Sera meskipun terasa sepi Arian dan Sera bisa menjadi lebih akrab dari sebelumnya Sehingga dinding kecanggungan yang terbentuk selama ini terpecah dan akhirnya permintaan tolong dari Eru yang selama ini selalu menyelesakan pekerjaan sendirian pun datang untuk Arian ditengah libur sekolah pada Siang ini setelah pulang kerja paruh waktu.
"Mereka meminta ku untuk membereskan bola-bola basket ini" kata Eru pada Arian sembari bergerak juga menunduk-nunduk untuk mengambil bola basket yang berserakan di lantai aula olahraga sekolah mereka.
"Anak ekskul basket nya kemana?" Tanya Arian yang sesekali mengalihkan pandangan saat tak sengaja melihat mulusnya paha serta bokong Eru yang sedang menunduk diantara b aju basketnya.
"Pulang duluan karena ada rapat mengenai pertandingan mereka, karena aku hanya anggota relawan jadinya tidak ikut" Eru menoleh pada Arian kemudian menunduk untuk mengambil bola di dekat kaki Arian.
Arian yang profesional dalam pekerjaan apapun mengalihkan pandangannya lagi karena sekilas melihat celah antara dada dan kera leher Eru untuk menahan diri agar tidak mengacaukan fokus.
"Kau seperti diperbudak kalau begini" Arian berkata dengan nada tegas.
"Tidak apa mereka sudah sangat baik denganku selama ini" Eru berjalan dan mendorong gerobak isi bola basket kedalam ruangan penyimpanan bola, Arian yang mendorong gerobak sebuah lagi pun membuntutinya setelah proses pemungutan boleh sudah beres.
"Tapi kau memang orang yang baik" Arian berkata lagi saat memerhatikan Eru yang menyusun bola.
"Aku selalu melihatnya saat mengurus Sera dengan sifatnya yang merepotkan"
"Apalagi saat dia pergi sekarang kau selalu membantu ku dengan cekatan dan tanpa pamrih selama 4 hari ini"
"Kau selalu bisa diandalkan" Arian mengakhiri perkataannya kemudian mengikuti tindakan Eru untuk ikut menyusun bola-bola basket dari dalam gerobak ke beberapa lemari bola.
Perkataan-perkataan Arian membuat Eru yang baru saja selesai menyusun bola memunculkan wajah merah merona yang berseri-seri dia tidak menyangka tiba-tiba saja Arian mengatakan hal-hal yang membuatnya begitu senang, Eru yang tersipu malu pun berjalan cepat menuju keluar ruang penyimpanan bola.
"A_Ayo kita keluar" Eru berkata namun sesaat kemudian dia menyaksikan jika pintu didepan matanya dihembus angin dengan begitu kencang dan akhirnya tertutup rapat.
"Eh?" Eru terkejut saat mengetahui jika gagang pintu didepannya itu tidak merespon ketika ditarik olehnya.
Terbesit dipikiran Eru jika dia lupa mengingat peringatan teman-teman nya di klub basket yang mengatakan jika pintu ruangan penyimpanan bola harus diganjal oleh batu agar tidak tertiup angin kencang, karena jika tertutup karena angin kencang tidak akan bisa terbuka kembali karena pintu dengan fungsi antik itu sudah rusak.
"Pintunya terkunci" bersama keringat dingin di dahinya Eru menoleh pada Arian dengan air muka cemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Genie Wife [TAMAT]
RomanceArian harus menikahi sesosok putri dari dunia jin setelah melakukan ritual pesugihan yang tidak biasa dibawah pohon beringin tua karena ingin memiliki uang satu miliyar untuk melunasi hutang ayahnya yang minggat dari rumah. Kehidupan SMA nya kemudia...