"Sudah berapa kali sejak saat itu dia selalu menolongku"
Reina mengingat sebuah peristiwa sejak menjadi siswa baru sekaligus pertemuan pertamanya dengan Arian yang mau membantunya mencari pena berharga milik nya di taman penuh ilalang bersama-sama meskipun membuat Arian telat masuk juga karena dirinya padahal saat itu adalah hari pertama mereka menjadi siswa SMA.
Sejak saat itu entah mengapa selalu mendapat bantuan besar maupun sepele dari Arian bahkan Arian rela tubuhnya di pukul saat melindungi Reina demi membantu dirinya.
"Karena sangat banyak menolongku aku pun sampai bisa mengetahui jika dirinya sangat lemah lebih dari siapapun tetapi dia selalu memaksakan diri hanya untuk menolongku"
Reina dengan mata nya yang sembab menatap Arian yang sedang tersenyum tipis padanya, kemudian melirik sedikit berandalan yang kini sudah melepas cengkraman pada lengannya berkat teralihkan oleh Arian.
"Lihatlah sekarang, padahal dia tau dia tidak sebanding dengan berandalan ini tapi masih saja memaksakan diri" Reina mengakhiri perkataan dalam hatinya saat mengusap matanya yang sembab karena baru saja menangis kemudian, senyum simpul muncul dari dirinya yang masih memasang wajah ketakutan saat mencoba membalas senyuman Arian.
"Reina kami menunggu mu untuk ke rumah Sera" Arian melanjutkan perkataannya."
"Kau kan ketua kerja kelompoknya" Arian berdalih dengan wajah yang sedikit cemas jari telunjuk Arian tertuju pelan pada gadis yang disukainya itu.
Arian melangkah mencoba melangkah pelan untuk mendekati Reina tanpa menoleh pada berandalan yang juga berdiri di sana kemudian menarik lengan Reina dengan cukup kuat agar gadis itu menjauh dari berandalan di depan mereka.
"Ayo kita per_"
Perkataan ajakan Arian terhenti seketika ketika pada pundaknya bisa merasakan jika telapak tangan besar nan kasar berandalan itu hinggap di pundaknya.
"gi..." Arian yang suara nya mengecil karena sesak saat jantungnya berdegup ketakutan, diantara keringat dingin di dahinya Arian memberanikan diri untuk menoleh pelan dengan wajah ketakutan.
Tatapan mata berandalan itu sangat dalam sampai-sampai mampu membuat Arian merinding dan gemetaran kemudian karena kesal berandalan itu dengan suara yang berat berkata "Mau kemana kau membawanya sialan!"
"Sebentar"
Perkataan dengan volume yang besar dari Arian berhasil membuat berandalan itu membisu sesaat dengan memanfaatkan celah itu Arian pun merogoh kantung celananya dan meraih lembaran-lembaran uang di sana. Karena hanya tau jika berandalan kalau tidak tubuh wanita mereka hanya butuh uang untuk bersenang-senang Arian pun terbesit ide untuk memberikan uang pada berandalan itu agar niat buruknya pada Reina bisa teralihkan karena uang.
Arian yang ketakutan nya bertambah saat memperhatikan banyak tato yang terukir dari lengan berandalan itu memberanikan diri mengeluarkan uang yang hampir berjumlah 200 ribu dan memberikannya pada berandalan itu "Ini ada hadiah untuk kakak."
"Untunglah aku masih menyimpan belanja untuk 5 hari karena di paksa Sera untuk ditraktir olehnya terus akhir-akhir ini" Kata Arian dalam hati saat memejamkan matanya.
"Kami permisi!"
Arian dengan segera langsung berlari kencang meninggalkan berandalan itu dan menarik lengan Reina sekuat tenaga, Reina yang masih dalam keadaan terguncang terpaksa mengikuti langkah cepat kaki Arian di depannya.
"Woy!"
Berandalan itu berteriak karena tidak terima dengan tindakan Arian yang kabur darinya.
Tetapi sesaat kemudian ia berubah pikiran saat sadar jika uang pemberian Arian yang ada di genggamannya memiliki jumlah yang cukup banyak berandalan itu pun tersenyum saat memerhatikan uang itu sembari berkata dengan nada riang "Sudahlah, Ini sudah cukup, yang penting aku bisa beli beberapa bungkus rokok dengan uang segini."
Langkah lari Arian dan Reina berderap teratur di sepanjang trotoar yang cukup sepi menjelang malam hari di kota ini namun beberapa saat kemudian Arian yang mengetahui jika Reina larinya melambat karena mulai kehabisan tenaga pun akhirnya mulai memelankan langkah kakinya dan lambat laun merubah nya menjadi langkah lebar jalan biasa yang kecepatannya cukup.
Arian sesekali menoleh kebelakang untuk memastikan jika berandalan tadi tidak mengejar mereka berdua, karena di belakang mereka tidak ditemukan siapapun dan merasa sudah cukup jauh berlari Arian pun mencari tempat beristirahat di sekitar trotoar yang bersampingan dengan taman kota itu. tak lama mencari, satu-satunya kursi beton pinggir taman yang tak jauh dari trotoar muncul dalam jarak pandang Arian.
Arian dan Reina berjalan menuju kursi beton itu dan duduk dengan perlahan di sana untuk beristirahat, saat duduk sesudah mengusap matanya Reina menoleh pada Arian dan saat sedikit tersengal kemudian gadis itu berkata "Terimakasih Arian sudah repot-repot membantuku."
"Tidak masalah aku kebetulan jalan lewat sini tadi makanya aku bantu" Arian tersenyum untuk menaggappi perkataan Reina itu.
Reina merogoh kantung rok nya untuk mengambil dompet.
"Uangnya_"
Arian menahan tangan Reina yang mencoba untuk mengeluarkan uang pengganti yang telah Arian berikan pada berandalan tadi dan membuat perkataan gadis itu terputus.
"Hei tidak usah" Arian berkata dengan wajah yang serius.
"Hei Arian!"
Suara Alia yang baru-baru ini dikenali dan di pahami nya muncul dari arah yang berlawanan dengan jalur lari mereka tadi, Arian dan Reina pun menoleh pada Alia yang berada tak jauh dari tempat mereka duduk.
"Alia?" Arian memeringkan kepalanya saat melihat Alia yang berjalan mendekati dirinya dan Reina pada sore menjelang malam ini, karena merasa aneh dengan Alia yang tidak sekolah hari ini dan tiba-tiba saja muncul dengan sehat dan dengan wajah yang bahagia saat menyapa.
"Aku baru saja melihat Sera pergi dengan wajah yang begitu kesal tadi" Alia langsung melanjutkan perkataannya sehingga Arian tidak sempat menanyakan lagi kemana teman masa kecilnya itu seharian ini.
"Sial aku lupa soal Sera" dengan air muka terkejut Arian mencengkram erat rambut pada kepalanya karena dari perkataan Alia tersebut Arian baru saja sadar jika dirinya telah meninggalkan Sera di halte setelah Sera dengan baik hati akan membelikannya minuman untuk dirinya yang kelelahan karena bekerja, tatapan kosong dengan wajah yang cemas karena merasa bersalah dan akan dimarahi Sera pun mengalir di wajahnya dengan perlahan.
Alia melirik Reina di sebelah Arian yang diam dan sama sekali tidak ikut pembicaraan "Sedang apa kau disin_"
Alia terperangah saat dirinya yang memiliki kemampuan melihat jin sebagai pemburu mendapati jika pada punggung Reina terdapat satu sosok jin berukuran besar berkepala botak yang tertidur sembari menggendong tubuh gadis cantik itu.
"Gadis itu" kata Alia yang belum mengenal Reina sejak pindah sekolah ketika~~~~ menoleh pada Arian.
"Ada jin pembawa kesialan menyangkut di tubuhnya" diantara wajah seriusnya yang dicampuri rasa cemas Alia berkata dengan suara kecil yang mirip berbisik.
Arian terdiam saat menyetujui perkataan Alia sebagai pemburu jin dan tidak bisa berkata apa-apa karena tidak bisa melihat jin tersebut jika tidak ada bantuan dari Sera yang mengalirkan energi sihir padanya.
Karena Alia tahu jika jin sebesar itu pasti menyulitkan kehidupan gadis di hadapannya apalagi dengan aura dari jin itu yang mampu mendatangkan kesialan untuk gadis itu, Alia pun berinisiatif untuk melakukan sebuah tindakan sebagai pemburu jin yang memiliki misi membawa ketenangan untuk umat manusia agar bisa membantu gadis itu. Alia kemudian berjalan kebelakang punggung Reina dan berdiri di balik kursi beton itu.
Arian yang sadar dengan gerakan seperti menggunakan jurus kungfu dari Alia adalah teknik pemburu jin untuk melakukan sesuatu terhadap jin yang menempel pada tubuh Reina, dengan cekatan mengalihkan fokus Reina dengan mengajaknya berbicara agar gadis itu tidak tahu jika Alia sedang melakukan sesuatu pada tubuhnya dengan kekuatan serta teknik dari ilmu yang digunakan sebagai pemburu jin.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Genie Wife [TAMAT]
RomanceArian harus menikahi sesosok putri dari dunia jin setelah melakukan ritual pesugihan yang tidak biasa dibawah pohon beringin tua karena ingin memiliki uang satu miliyar untuk melunasi hutang ayahnya yang minggat dari rumah. Kehidupan SMA nya kemudia...