Part 6 🍀Keributan di Istana Florienz🍀

121 10 2
                                    

.
.
.
.
Sementara itu, di ujung barat istana Florienz terlihat seseorang berjubah hitam sedang berdiri di antara barisan pohon sakura yang rimbun. Kepalanya menengadah ke atas menatap bulatnya sang rembulan yang bersinar terang. Sosok nya yang tenang menambah kesan dingin dan misterius.

Tak lama kemudian terlihat bayangan hitam melesat ke arah nya dan berdiri tepat di belakang sosok itu.

" lama menunggu ku, Jisoo?" Ucap sosok itu pelan, suaranya agak tersamarkan karena dia memakai sebuah topeng untuk menutupi wajahnya, penampilan nya tak jauh beda dari Jisoo, sosok itu memakai jubah hitam dan memakai penutup kepala. Hanya matanya yang tajam mengkilat di balik topeng.

" Tidak perlu bertele-tele, katakan saja sekarang juga" dengus Jisoo, tidak ada sorot mata hangat dan senyum lembut yang selalu ia tampilkan di hadapan Dewa Phoenix tadi siang, yang ada hanya wajah datar dan tatapan dingin.

" Kau sungguh pemain handal penyihir Soo." Tawa sinis mengiringi ucapan sosok itu.

" Katakan saja, aku malas bertarung sekarang!"

" Bukan karena kau sedang terluka_?," sosok itu menatap tajam ke arah Jisoo untuk melihat seperti apa reaksi penyihir itu, tapi wajah itu masih sama, DINGIN.

" Kau mungkin pemain handal Penyihir Soo, tapi kau lupa siapa aku." Lanjut sosok itu, ada nada tekanan di setiap kata nya, memberitahukan kepada lawan nya kalau dia tidak bisa di remehkan.

Jisoo mendecih sebal.

" Aku tahu, cepat katakan sebelum kau ketahuan dan berakhir tanpa kepala"

Giliran sosok itu yang memutar matanya. Cih! dasar makhluk tidak sabaran, dengusnya.

" Dia selamat," dengus nya kesal, terlihat wajah Jisoo mengernyit tidak senang.

" Tapi yang satunya sekarat, sebentar lagi kau akan segera bertemu dengan nya." Lanjut pria bertopeng itu sambil menyeringai.

" Aku akan menunggunya"

Santai sekali Jisoo menanggapi nada ancaman itu yang membuat lawan bicaranya memicingkan matanya tajam.

" Tidak perlu terburu-buru, tunggu sampai waktu perjamuan tiba, kau bisa kembali ke klan mu atau mati di tangan ku." Ancam pria bertopeng itu sebelum melesat pergi meninggalkan Jisoo yang terkekeh geli.

" Ingin melenyapkan ku...,tidak semudah itu. Selama Hannie masih hidup, aku tidak akan mati," ucapnya terdengar sinis.

" Sebalik nya, aku yang akan melenyapkan kalian."

Bola mata Jisoo memancar cahaya biru terang yang mengkilat tajam.
Dan keributan yang ia dengar dari kejauhan menetralkan kembali warna matanya, ia pun bergegas untuk memeriksa nya.

         =====================
.
.
.
.
.
" Biarkan kami lewat bodoh! kau tidak lihat dia sedang sekarat!!"

Terdengar bentak kan seorang pria yang sedang menggendong pria lain yang tampak lemah, matanya yang berwarna kuning keemasan menatap jalang ke arah Dino.

" Bukan urusan ku, pergi dan kubur kan saja teman mu itu." Dino balas membentak nya, tentu saja dia marah karena pria ini seenaknya saja menerobos ke istana nya dan hendak masuk ke dalam kediaman Dewa Phoenix. Bahkan jika itu Minho si adik bar bar nya Dewa Phoenix dia tetap akan menghalangi nya.

Beberapa pengawal dan Dewa kecil menghunus kan pedang ke arah pria aneh itu.

" Jangan bermain- main dengan ku bocah, aku adalah Raja Rimba dan aku sepupunya Dewa Phoenix" Kilatan mata itu semakin tajam dan menusuk, tapi Dino tidak gentar dia masih menanggapinya dengan santai.

Rivendhell CaratlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang