Bab29🍀 Cahaya peri🍀

98 10 1
                                    

Jeonghan berjalan ke arah paviliun pribadinya di ikuti oleh Soobin, Dewa kecil yang sudah ada di sana sejak ibunya meninggal. Soobin ini dewa yang ia temukan dalam keadaan terluka, dan karena ia tidak memiliki keluarga lagi maka Jeonghan membawanya dan mengangkatnya sebagai muridnya.

" Soobin, pastikan tidak ada yang menggangguku, jika ada yang bertanya tentang ku jawab saja guru sedang meditasi, kau mengerti" Titah nya sebelum ia memasuki kamarnya, Soobin mengangguk dengan cepat.

" Baik guru, kau istirahat lah dengan baik, aku akan menjagamu di sini" jawabnya penuh semangat dengan senyum manis mengiringinya, Jeonghan pun ikut tersenyum melihat semangat dari murid satu-satunya ini. Ya, dia hanya mengangkat Soobin saja sebagai muridnya, karena ia lihat bakat tersembunyi dari anak ini, selain penurut, dia juga sangat pintar dan manis. Ah, dia membesarkan anak kelinci yang manis.

" Terimakasih Soobinie"

Setelah mengacak rambut Soobin sebentar, Jeonghan pun langsung masuk ke kamarnya dan menutup nya rapat-rapat, menyisakan Soobin yang langsung siaga satu di depan pintu. Dia tidak ingin guru kesayangan nya terganggu dalam istirahatnya. Cukup dia merasa terpukul saat Jeonghan terluka kemarin, kali ini dia akan menjaga gurunya dan tidak akan membiarkannya terluka lagi, meskipun itu mustahil karena kemampuan Soobin masih tergolong rendah.

Setelah menidurkan Seungkwan di kamarnya, Jeonghan segera memanggilnya dan menyuruhnya untuk berjaga di paviliun pribadinya, jika sudah begini Soobin pun mengerti kalau gurunya sedang tidak ingin di ganggu.

Ya, Jeonghan memang sedang ingin menyendiri saat Seungkwan mengatakan semuanya.

Sejak dia bangun dari tidurnya dia merasa ada yang aneh, Minghao meskipun dia datang sebentar dia bisa melihat cahaya di tubuhnya meredup, dan Mingyu, serigala mesum itu, meskipun terlihat ceria, Jeonghan lihat kalau taring nya menghilang satu, tadinya ia berpikir kalau itu karna pertarungan nya dengan antek-anteknya Dewa Dermos, tapi kenyataannya itu karena dirinya.

Jeonghan meremas dadanya yang terasa sesak, ia menangis dalam diam, mengingat besarnya pengorbanan teman-teman nya demi dirinya yang lemah ini. Dan Vernon...,

Tubuh mungil itu semakin bergetar karena menahan isakan nya yang tidak bisa ia bendung, membayangkan seberapa hebatnya rasa sakit yang Vernon rasakan saat Sisik Pelindung itu lepas dari tubuhnya, melepas sisik pelindung sama dengan melepas separuh dari nyawanya.

Dan, paman Seokjin, dia pasti sangat sedih dan membencinya. Siapa juga orang tua yang rela anaknya melepaskan mustika berharga demi dirinya. Raja Naga tanpa Sisik Pelindung sama saja dengan seonggok ular biasa.

Lalu bagaimana dengan Seungkwan? Memikirkan Seungkwan, Jeonghan kembali meremas dadanya yang semakin sesak. Bagaiamana dengan nasib duyung itu, makhluk air itu pasti akan di olok-olok oleh yang lain nya saat tahu kalau dia menikah dengan ular biasa.

" Maaf...!" desis nya lirih di sela-sela isakannya.

" Maafkan aku...hiks! Kwanie...akan ku perbaiki semuanya, aku janji!" Ucapnya lagi.

Rasa kecewanya sangat besar saat mengingat tidak ada yang memberitahukan hal sebesar ini kepadanya, baik itu Seungcheol, Jisoo dan bahkan Minho adik kesayangannya pun menyembunyikan semua ini darinya.

Oh, jangan salahkan mulut lemes Seungkwan yang sudah membocorkan rahasia mereka, itu karena Jeonghan memberinya mantra kejujuran kepada bunga yang ia berikan kepada Seungkwan tadi. Karena itu duyung imut itu membicarakan nya dengan tanpa beban.

Salahkan Seungcheol dan Vernon yang membiarkan duyung polos ini mengunjungi Jeonghan tanpa pengawasan. Mereka lupa kalau Jeonghan itu Dewa yang pintar, yang akan mencari tahu akan rasa penasaran nya dengan cara apa pun.

Rivendhell CaratlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang